07 Agustus 2011

Refleksi Gerakan APP

Aksi Puasa Pembangunan (APP) dalam beberapa tahun terakhir mendapat tanggapan. Beberapa tanggapan itu berkenaan dengan hal-hal primer seperti biaya, bahan pendalaman iman, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan APP. Tanggapan itu menjadi masukan yang berguna di saat keberadaan APP pada tahun 2011 ini, tepat telah berlangsung selama 40 tahun.

Aneka tanggapan itu antara lain, pertama, pembuatan bahan pendalaman iman APP ternyata membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Laporan keuangan menunjukkan pembuatan bahan pendalaman iman memang cukup besar. Hal ini karena, sejak 15 tahun terakhir pembuatan bahan APP di Keuskupan Surabaya tidak dilakukan terpusat, satu bahan di tingkat keuskupan. Panitia APP keuskupan hanya memberikan kerangka dasar. Selanjutnya masing-masing kevikepan, yang memiliki tim mengolah kerangka dasar itu menjadi bahan pendalaman iman. Sejak dari persiapan, pertemuan pembuatan bahan hingga sosialisasi di tingkat kevikepan, paroki dan stasi dilakukan oleh tim kevikepan, didukung oleh Panitia APP keuskupan. Hal ini dilakukan agar bahan APP sesuai dengan konteks situasi di kevikepan tersebut, namun tidak lepas dari kerangka dasar yang disepakati. Ketika itu jumlah kevikepan yang ada hanya lima. Sejak tahun 2007, jumlah kevikepan bertambah menjadi tujuh. Tentu, hal ini meningkatkan anggaran dana pembuatan bahan pendalaman iman APP.

Kedua, bahan pendalaman iman APP yang dibuat dan dipakai di seluruh wilayah keuskupan, dinilai kurang menarik, membosankan dan terkesan hanya menyentuh sisi kognitif. Hal ini menunjuk pada metode yang dipakai dari tahun ke tahun tidak ada pembaharuan, ialah metode tuturan lisan yang dibawakan oleh pemandu. Padahal, sebagian besar umat telah terbiasa dengan aneka tayangan atau bahan yang tidak lagi sekedar tuturan lisan atau gambar, yang membuat peserta cenderung kurang tertarik. Masukan yang muncul, bahan lebih menarik jika didukung dengan, misalnya tampilan audio visual, penggunaan film yang dikemas dalam VCD atau penggunaan metode lain seperti presentasi dengan power point. Bahan yang terbatas seringkali semakin kurang menarik apabila dibawakan oleh pemandu yang kemampuannya juga terbatas. Memang kenyataannya, para pemandu adalah mereka yang rela dan mau melaksanakan. Sementara mencari orang untuk menjadi pemandu bukan perkara mudah. Banyak orang enggan menjadi pemandu, sehingga yang menjadi pemandu adalah orang yang itu-itu saja.

Ketiga, saat pelaksanaan bahan pendalaman iman APP, umat yang hadir dinilai sedikit sekali. Jika dilihat dengan perbandingan jumlah umat yang tercatat di suatu lingkungan atau kelompok kecil umat, mereka yang menghadiri pendalaman iman APP tak sebanding. Misalnya, kasus di suatu lingkungan yang berjumlah 30 kepala keluarga, yang menghadiri pendalaman iman APP hanya 10 orang saja. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan pelaksanaan doa-doa, misalnya Doa Rosario di bulan Maria atau di bulan Rosario. Jumlah umat yang hadir lebih banyak. Agaknya, umat lebih membutuhkan atau menganggap perlu berdoa, dibandingkan mengikuti kegiatan pendalaman iman APP. Jumlah kehadiran umat yang sedikit itu dapat disamakan dengan jumlah kehadiran mereka pada saat pendalaman iman di Bulan Kitab Suci atau pendalaman iman Masa Adven. Kenyataan tersebut dapat disimpulkan sebagai, umat kurang berminat mengikuti kegiatan yang sifatnya kognitif, mengajak berpikir dengan bahan yang dianggap "berat", dengan metode yang tidak menarik dan pemandu yang monoton.

Keempat, pasca pelaksanaan APP, apa yang dimaksud dengan gerakan / aksi nyata APP tidak diwujudnyatakan secara maksimal. Dengan kata lain, perwujudan aksi nyata gerakan APP tidak dilakukan. Atau jika dilakukan di beberapa tempat pun, bukanlah sebagai gerakan se keuskupan, melainkan gerakan sporadis saja. Penyebabnya bisa saja karena faktor pelaksanaan pendalaman iman APP yang sepi peminat sehingga gerakan / aksi nyata tidak terlaksana. Atau justru tindak lanjut aksi nyata dalam gerakan tidak dipahami karena hal itu tidak ditekankan dalam bahan. Padahal APP merupakan aksi. Pasca pendalaman iman APP hendaknya ada gerakan / aksi nyata umat di berbagai tingkatan, sekaligus menjadi perwujudan tobat di Masa Pra Paskah.

Aksi nyata / gerakan umat itu memiliki subyek sasaran ialah umat beriman agar semakin melayani kaum miskin yang membutuhkan bantuan. Bahan pendalaman iman APP memang mengikuti tema tertentu dan tema itu diarahkan agar menjadi gerakan / aksi nyata. Pesan untuk mengarahkan pada gerakan / aksi nyata pun sebenarnya telah diusahakan, namun kenyataannya tidak cukup memotivasi umat untuk melakukannya. Selain itu, tema atau fokus setiap tahun, dirasakan tidak serius, karena tidak berkelanjutan dan tidak dipantau pelaksanaannya. Tema yang setiap tahun berganti, menyebabkan tema yang tahun lalu belum dikerjakan secara serius dan rencananya akan diulang lebih baik tahun berikutnya, justru telah terganti dengan tema baru. 

Berbagai tanggapan tersebut disertai dengan aneka persoalan sekunder lain. Pertama, bahan yang dikerjakan di setiap kevikepan memberi warna terlalu beragam. Hal ini justru tidak menampakkan bahwa sebenarnya ada gerakan bersama yang menjadi fokus tahunan. Setiap kevikepan memang membuat bahan dengan tema tertentu yang ditentukan berdasarkan kerangka dasar se keuskupan, namun tekanan pada aksi nyata / gerakan kurang tegas. Sehingga tidak kelihatan ada gerakan bersama se keuskupan pada tahun tertentu atau bahkan tidak ada gerakan apapun di setiap kevikepan, paroki, stasi, wilayah atau lingkungan.

Kedua, keprihatinan yang ada dalam pembuatan bahan pendalaman iman APP ternyata juga disebabkan oleh pembuat bahan yang masih terbatas. Di kevikepan-kevikepan, yang memiliki tim pembuat bahan pendalaman iman, bahan APP tidak mengalami pembaharuan yang berarti, baik dari segi personel maupun pemanfaatan metode dan sarana. Lebih memprihatinkan, ada kevikepan yang tidak memiliki tim pembuat bahan pendalaman iman APP.

Rupanya, APP yang dipandang oleh umat menjadi kesempatan baik dan strategis menjadi peristiwa pertobatan dan perwujudan gerakan / aksi nyata berdasarkan fokus tertentu, pada saat yang sama kurang mendapatkan dukungan dan solusi. Kiranya keprihatinan ini mengundang siapapun yang memiliki kepedulian memberikan dukungan, agar APP sungguh menjadi kegiatan yang tidak hanya berdimensi ritual namun sosial, demi mewujudkan kesejahteraan umum.