29 Agustus 2011

Pemulihan Ekonomi Korban Lumpur



Sudah lebih dari 5 tahun semburan lumpur Lapindo terus berlangsung, sejak 29 Mei 2006, tanpa ada upaya tuntas untuk mengatasinya. Area kerusakan semakin meluas tanpa terkendali. Ancaman tidak hanya pada hilangnya wilayah hidup bagi ratusan ribu warga, melainkan juga terus menurunnya kualitas hidup yang jauh dari kata layak.

Warga yang kehilangan sumber produksi akibat tertimbun maupun tercemar lumpur tidak dapat dengan mudah terpulihkan. Dibutuhkan penyesuaian dan eksperimentasi untuk tetap menjadikan area sekitar semburan sebagai wilayah produksi. Pembiaran kondisi tercemar menjadikan warga tidak bisa mengolah lahan. Pendapatan keluarga tersendat. Nasib pendidikan anak-anak menjadi tak menentu.

Lebih bahaya lagi, wilayah di sekitar semburan lumpur yang tercemar berbagai kandungan logam berat dan hidrokarbon. Penurunan kualitas kesehatan senyatanya tercatat pada Puskesmas setempat. Untuk penderita ISPA, naik sangat signifikan setahun sejak semburan terjadi. Pada 2009, tercatat 52.000 warga menderita ISPA, lebih dari dua kali lipat dari tahun 2005 yang berjumlah 24.000.

Tidak banyak informasi substansi yang bisa diakses oleh warga. Ketiadaan informasi ini menjadi penghalang warga untuk memahami situasi dan berjuang mendapatkan hak-haknya. Padahal perlu upaya memperoleh informasi-informasi kepada warga secara seimbang. Termasuk upaya agar informasi dari warga tersampaikan secara luas.

Program

Program pemulihan ekonomi tersebut ialah, Pemanfaatan lahan sempit. Program ini merupakan inisiasi atas kondisi lingkungan yang buruk. Sawah dan lahan warga yang telah tercemar tidak dapat digunakan lagi. Satu hal yang terpikirkan untuk tetap bertani adalah dengan pengembangan pertanian dengan tidak menggunakan sumber daya lahan yg telah rusak. Pertanian lahan sempit dengan pendekatan organik diinisiasi sebagai upaya pemulihan ekonomi warga yang sebelumnya telah bertani. Pada tahap awal dibutuhkan setidaknya satu demonstrasi area (demplot) untuk ujicoba. Masa uji coba hanya 3 bulan mengingat masa panen pertanian sayur kurang dari satu bulan. Posko telah melakukan penguatan pengetahuan model pertanian ini kepada warga Besuki dengan belajar pertanian Organik pada kelompok tani organik di Trawas, Mojokerto.

Selaras dengan pemanfaatan lahan dengan memakai media dan pupuk organik perlu didukung dengan budidaya cacing Lumbricus Rubellus. Pemakaian kascing sebagai media dan pupuk bisa saling silang dengan hasil sisa sampah tanaman yang bisa menjadi pakan cacing. Selain bisa dikelola sebagai penghasil media dan pupuk, lebih lanjut cacing juga bisa dipasarkan sebagai bahan pakan ternak dan lain-lain. Kebutuhan yang disiapkan ialah pembuatan kolam-kolam dengan ukuran maksimal lebar 1,5 meter dan tinggi maksimal 1 meter

Sama halnya dengan pertanian lahan sempit, kerusakan lingkungan perlu diadaptasi demi keberlanjutan kehidupan di wilayah sekitar semburan. Budidaya ikan hias merupakan introduksi model pertanian yang tidak memeanfaatkan banyak sumber daya lingkungan lokal. Jenis-jenis ikan hias Beta, Guppy, Lobster air tawar masih diprediksi memungkinkan dilakukan di wilayah sekitar semburan. Program dijalankan setelah selesai dilakukan assestment pasar di wilayah Porong dan Sidoarjo yang sedang berjalan.

Untuk mendukung pengembangan ketrampilan, kaum muda yang terdampak secara ekonomi perlu mendapatkan kegiatan yang bernilai ekonomis. Pasca lahan rusak dan hilangnya pabrik menjadikan kaum muda memiliki kekosongan waktu. Keterbatasan ketrampilan yang didapatkan selama masa sekolah membatasi ruang gerak kaum muda beraktivitas. Penguatan ketrampilan sablon dan pertanian budidaya diharapkan memberikan kelaluasaan bagi kaum muda untuk mendapatkan sumber produksi. (disarikan dari: Program Pemulihan Ekonomi Korban Lapindo; foto oleh: Rere Christanto dan Novik Ahmad)