16 Oktober 2009

Kabar Relawan Keuskupan Surabaya Di Padang



Teman-teman, Keuskupan Surabaya merespon gempa di Padang dengan mengirimkan kita (Rm. Markus Rudi Hermawan, CM, saya Yoseph Hany Hendra, Indro Wicaksono, Eko dan Dolies). Kita bersyukur bahwa kepedulian pada sesama yang menjadi korban bencana di Padang benar-benar diwujudnyatakan. Pemilihan mereka tentu dengan berbagai pertimbangan yang cukup meskipun mendesak (cepat) karena 1 X 24 jam harus berangkat ke Padang dari Surabaya. Saya masih ingat betapa beratnya situasi dan kondisi saya juga teman-teman yang diberangkatkan.

Tim ini dinamai Tim Karina Keuskupan Surabaya dengan pertimbangan bahwa Tim ini akan mudah diterima dan menerima informasi dari Kelompok / Lembaga yang telah hadir di Padang. Tim Karina Keuskupan Surabaya mempunyai tugas sebagai supporting unit bagi PSE / Karina Keuskupan Padang. Jadi kami diperbantukan ke Padang untuk mensupport kegiatan teman-teman di Padang. Untuk itu perlu kemampuan koordinasi, bahasa Inggris, mengatur strategi, pembuatan laporan assesment serta komunikasi. Jelas, hal ini merupakan keuntungan bagi kita. Mungkin hal ini merupakan pengalaman pertama kita bergaul, bergerak dan bekerja secara internasional. Kita pun belajar banyak dari Caritas manca negara. Antara lain, kita mendapatkan hal baru dalam assessment, yakni lima poin: makanan, rumah / shelter, kesehatan, air dan sanitasi serta non-makanan seperti selimut, alat masak dll).

Situasi di Padang, secara umum situasi kota sudah berangsur-angsur pulih, kehidupan sudah mulai berjalan normal, pasar dan para pedagang sudah mulai beraktivitas. Di beberapa tempat masih berserakan gedung dan rumah roboh namun sudah mulai dibersihkan. Di beberapa tempat memang masih tercium bau mayat. Situasi di Pariaman, tepatnya di Nagari Lubuk Alung dan Tuju Koto, tempat kita turun, sebagian besar rumah roboh dan rusak berat. Kehidupan memang sepertinya normal namun dalam hati siapa tahu ?

Di Posko Joint Response Caritas, tepatnya di Jl. Kampung Batu 55, Kec. Padang Selatan (dekat Jembatan Siti Nurbaya) inilah kami berkumpul: tidur, memulai aktifitas harian, awal dan akhir. Di sini ada beberapa anggota, Caritas Internasional yang berkumpul bersama Caritas Indonesia (Karina). Mereka antara lain: - Karina, Catholic Relief Services (CRS), Karina Keuskupan Padang, Karina Keuskupan Surabaya, Karina Keuskupan Palembang, Cordia Keuskupan Agung Medan, Deutscher Caritas Verband (Caritas Jerman), Caritas Swiss, Trocaire (Caritas Ireland), Secours Catholique (Caritas France), Caritas Australia, Cordaid (Caritas Netherlands) dan Catholic Agency For Overseas Development (CAFOD, Caritas United Kingdom). Suasana cukup ramai dan hidup, namun juga ruwet. Fasilitas seadanya, tapi tidak begitu menjadi kendala.

Adapun kegiatan kami, seperti biasa setiap malam ada koordinasi, menggunakan bahasa Inggris. Pagi hari melakukan assessment dan melakukan distribusi. Cukup “njelimet” juga. Karena Caritas Internasional ikut turun bersama kita. Beberapa pengalaman baru muncul, yang lain sudah ada yang pernah kita lakukan. Ketegangan terkadang muncul di saat distribusi bantuan. Memang diperlukan skill and knowledge untuk melaksanakan kegiatan ini, selain kemampuan berbahasa, metode penyaluran bantuan, kemampuan persuasif, fisik yang tangguh dan kemampuan cepat beradaptasi. Situasi warga sangat responsif dan kita harus mengikuti aturan main, mengingat kita adalah utusan Keuskupan Surabaya. Kegiatan beberapa hari ini saya rasakan cukup melelahkan baik fisik maupun mental, namun tak perlu dikhawatirkan.

Sampai hari Sabtu, 10 Oktober 2009, jumlah relawan di posko mulai berkurang. Relawan dari Palembang hanya satu orang tersisa. Mulai tanggal 12 Oktober, kehidupan kota Padang dihimbau pemerintah untuk bernafas lagi. Artinya, kantor-kantor dan sekolah-sekolah mulai masuk. Artinya akan berdampak, relawan-relawan lokal Padang akan menurun drastis. Padahal, merekalah tulang punggung di lapangan. Kemungkinan besar tulang punggung itu akan berpindah ke tim Karina Surabaya yang sekarang ini masih lima dan akan menjadi empat orang di hari Selasa mendatang. Pergantian relawan seperti yang telah kita rencanakan akan sangat berarti bagi posko Caritas.

Teman-teman, situasi dan kondisi yang kami alami saat ini sangat berbeda dengan yang ada di tempat kita. Sebagai koordinator emergency response Karina Keuskupan Surabaya, saya merasa perlu menyampaikan hal ini. Saya berpesan, marilah kita menjaga sikap supaya semua dapat menjalankan misi dengan baik dan benar. Kita perlu berbuat sesuatu yang berguna untuk sesama yang menjadi korban bencana di Padang. Kami mohon doanya supaya dapat berbuat yang terbaik untuk kita semua. Padang, pada hari ketujuh, 12 Oktober 2009. (Yoseph Hany Hendra Wardhana, koordinator Emergency Response Team dan Rm. Markus Rudi Hermawan, CM, koordinator lapangan )