11 Oktober 2009

Exposure Visit Karitas Indonesia (Karina) Ke Caritas India



Lima belas ketua Karina Keuskupan yang tergabung dalam Karina KWI pada 27 September – 6 Oktober 2009 mengadakan Exposure Visit ke Caritas India. Bersama rombongan terdapat Uskup Agung Medan, Mgr. Anicetus Bongsu Sinaga, OFM.Cap sebagai wakil badan pengurus Karina KWI, Rm. Ign. Ismartono, SJ, mewakili Direktur Karina KWI, 2 orang supporting unit Karina dan 2 orang wakil dari Secuors Catholique-Caritas France.

Kegiatan yang didukung oleh Secuors Catholique-Caritas France ini bertujuan untuk mendukung pengembangan struktur keuskupan yang relevan dengan situasi teritori, memfasilitasi proses refleksi atas identitas Caritas dalam keuskupan, mendukung pengembangan orientasi strategis di tiap keuskupan dari perspektif sosio-pastoral dan mempromosikan pembagian pengalaman dan pembelajaran untuk memperkaya tanggapan Gereja terhadap persoalan sosio-pastoral. Hasil yang diharapkan dalam acara ini, identitas Caritas dipahami dan dibagikan kepada semua pemangku kepentingan di Keuskupan, orientasi strategis dibangun sesuai dengan keadaam di setiap Keuskupan serta kegiatan baru dilakukan seiring dengan temuan selama kegiatan kunjungan.

Untuk mencapai tujuan dan hasil tersebut, maka ditempuh 3 tahap. Tahap pertama persiapan yang diadakan oleh para ketua Karina Keuskupan di kantor KWI pada 29-31 Juli dan 25-26 September. Persiapan itu menentukan orientasi teori tentang lembaga Caritas, perkembangannya di Asia, identitas Caritas, refleksi atas tanggapan Gereja Indonesia terhadap kemiskinan, uraian tentang Caritas India, situasi kemiskinan dan tindakan Gereja India serta perbandingannya dengan konsep dan praktek di Indonesia. Tahap kedua, kunjungan ke India, 27 September – 6 Oktober untuk menemukan analisis praktis atas situasi sosial dan tanggapan Gereja India, perkembangan Caritas, strategi sosio-pastoral, pengembangan organisasi, sistem dan kebijakan, sharing pengalaman membangun komunitas melalui animasi dan tantangan Caritas setempat. Dan tahap ketiga, evaluasi para peserta, hasil pembelajaran serta rencana tindakan yang dapat dilakukan di setiap Keuskupan.

Pada hari pertama, para peserta yang tiba pukul 23.30 waktu India segera menginap di Young Men's Christian Association, New Delhi. Pada hari kedua, tepat hari libur nasional, maka para peserta meluangkan waktu menuju Agra, Selatan New Delhi di mana terdapat Taj Mahal, makam yang termasuk ketujuh keajabian dunia.

Pada hari ketiga, para peserta mengunjungi Catholic Bishops' Conference of India (CBCI) di mana terdapat kantor Caritas India di lantai 4. Para peserta langsung ke lokasi untuk bertemu dengan seluruh unsur Caritas India. Ketua Caritas India, Fr. Varghese Mattamana memberikan sambutan, memperkenalkan diri bersama perangkatnya. Kemudian disusul dengan paparan tentang sejarah, organisasi dan karya Caritas berdasarkan strategic planning dan organizational development Caritas India. Serta paparan tentang Dalit Commision, bagian yang memperjuangkan kaum tersisih di India karena sistem kasta maupun perbedaan agama. Pada kesempatan makan siang, Archbishop Stanislaus Fernandes, Secretary General CBCI bergabung dan menyerahkan cendera mata khas India kepada seluruh peserta. Para peserta kemudian dibagi dalam kelompok pendalaman, ialah berkunjung ke bagian keuangan, bagian pemberdayaan perempuan, bagian program dan pengembangan jaringan hingga pukul 5 sore. Perjalanan kemudian di lanjutkan menuju Chennai, wilayah Selatan India melalui pesawat udara.

Pada hari keempat, di tempat menginap diadakan pertemuan dengan staf regional Caritas India. Perlu diketahui, kantor regional merupakan kepanjangan tangan dari Caritas India sebagai national Caritas yang mengkoordinir Diocesan Social Service Societies (atau Komisi PSE Keuskupan). Para pembicara, Mr Chrsity, Mr. Nandakumar dan Miss Sweety menyampaikan kegiatan regional Caritas antara lain orientasi, struktur tingkat regional, koordinasi, metode pendekatan partisipatif, kerjasama manajemen proyek dan keuangan, fokus perhatian karya serta pengarusutamaan gender. Pada malam harinya, Fr. Nithiya Sagayam, OFM.Cap dari Komisi Justice and Peace CBCI memaparkan kegiatan dengan pendekatan right based approach yang membedakan dengan fokus kegiatan Caritas di bidang relief dan emergency serta koordinasi di antara keduannya.

Pada hari kelima, para peserta dengan kendaraan bus meninggalkan Chennai menuju Madurai. Madurai terletak di bagian Selatan Chennai dengan jarak sekitar 200 km. Setelah menempuh perjalanan panjang seharian, para peserta sampai di Keuskupan Madurai disambut oleh Fr. Jayabalan yang merupakan representasi dari Diocesan Social Service Societies (DSSS)

Pada hari keenam, para peserta mendapatkan paparan dari Fr. Jayabalan ketua DSSS Keuskupan Madurai tentang tanggapan Gereja lokal atas situasi sosio-pastoral, strategi motivasi kepada umat, penterjemahan ajaran sosial Gereja, tantangan serta koordinasi dengan komisi lain di Keuskupan. Setelah makan malam, para peserta mengunjungi twin temple terbesar di Madurai, The Meenakshi Sundareswarar temple. Candi yang menarik dengan lukisan berwarna pada langit-langitnya serta pahatan dinding itu dibangun pada masa Nayaka, sekitar abad 16-17 Masehi.

Pada hari ketujuh, para peserta berkunjung di kantor Madurai Multiperpose Social Service Society (MMSSS). Di tempat tersebut diawali dengan doa pagi bersama, Fr. Jayabalan memperkenalkan stafnya, memperkenalkan situasi kerja dengan para pegawai yang dibayar oleh Keuskupan. Acara diteruskan dengan diskusi bersama para staf MMSSS mengenai tanggapan atas isu sosial, manajemen, administrasi, monitoring dan evaluasi proyek serta bagaimana MMSSS berkoordinasi dengan Caritas India dan kelompok lain di luar Gereja. Acara yang berlangsung hingga sore hari itu dilanjutkan dengan perjalanan ke menuju kelompok dampingan atau yang disebut community based organization.

Di sebuah dusun dekat kawasan indutri pabrik korek api terbesar di India itulah MMSSS mendampingi kaum Dalit, masyarakat miskin yang kebanyakan berprofesi sebagai buruh pabrik. Dalam interaksi yang dipandu Fr. Jayabalan, dikisahkan bahwa pada awalnya warga dalam kondisi yang suram apalagi tertindas oleh sistem kasta. Namun dengan pengorganisasin yang difasilitasi animator dari MMSSS, mereka kini mampu berdaya. Pemberdayaan itu tampak dalam pembentukan struktur organisasi di kalangan mereka sebagai buruh, pengorganisasian dan penyelesaian persoalan hidup antara lain masalah air, peran serta kaum perempuan, pendidikan anak dan kesehatan lingkungan serta kegiatan menabung. Sehingga dalam setiap proyek yang dimohonkan kepada Caritas, mereka tidak hanya sebagai penerima, namun mampu memberikan swadaya dari hasil tabungan.

Hal ini diakui oleh Fr. Jayabalan bahwa peran animator sangat penting. Menurutnya MMSSS, setelah sekian tahun mengalami transformasi. Jika di masa lalu para staf MMSSS yang hadir di komunitas dampingan sebagai pekerja sosial karitatif, pada tahap berikutnya hadir sebagai pekerja kesejahteraan, lalu berubah menjadi pendidik komunitas, namun kini menjadi animator. Fungsi animator ini lebih mengajak komunitas dampingan menentukan sendiri pilihan penyelesaian persoalannya, di mana animator hanya memfasilitasi, mengajak diskusi diawal saja sehingga keputusan yang lahir sungguh bottom up dari warga, bukan lagi top down. Tampilnya animator yang mumpuni tak lepas dari aneka capacity building yang bersifat pendekatan partisipatif dan pendalaman ajaran sosial Gereja kepada seluruh staf. Bahkan, tak jarang di antara para staf memberikan sumbangan untuk mendukung karya sosial yang dilakukannya.

Pada hari kedelapan, para peserta menuju ke arah pegunungan di Kodaikanal. Kodaikanal adalah tempat yang indah di perbukitan tepatnya di sisi Selatan Bukit Palni, Western Ghats wilayah Tamil Nadu. Dari Madurai perjalanan sepanjang 120 km ke arah barat daya. Di kawasan wisata di ketinggian 6854 kaki di atas permukaan laut itu terdapat hutan pinus, kebun bunga dan buah, air terjun, temple dan danau sekaligus. Karena hari Minggu perlu perayaan ekaristi, maka peserta menuju sebuah Gereja kuno beraksitektur kombinasi Barat dan interior khas India yang didirikan oleh para imam Jesuit. Di Gereja yang ramai didatangi peziarah dan juga dibawahnya menjadi makam para misionaris itulah, Mgr. Anicetus Bongsu Sinaga, OFM.Cap memimpin misa.

Setalah makan siang, para peserta mengadakan kunjungan ke desa sekitar Kodaikanal di mana kaum perempuan mengalami persoalan hidup di kawasan wisata yang rentan dengan pemborosan dan hura-hura. MMSSS mengisahkan kehadirannya di komunitas dampingan tersebut dengan pengorganisasian warga dan kegiatan menabung. Di desa berikutnya, para peserta diajak menyaksikan teater rakyat atau yang dikenal sebagai Red Nose Theater sebagai upaya kerjasama Komisi Komunikasi Sosial dalam rangka mendukung karya sosio-pastoral pemberdayaan masyarakat. Keberadaan teater itu menjadi sarana mengkomunikasikan nilai dan alat perjuangan kaum Dalit.

Perjalanan diteruskan dengan menginap satu malam di kota Tiruchirapalli, masih di distrik Tamil Nadu. Keesokan harinya, perjalanan kembali ke Chennai. Di kota yang dikenal dengan nama Madras inilah, para peserta mensharingkan hasil temuannya selama exposure visit, sesuai dengan bidang perhatian yang telah ditentukan sejak persiapan di Jakarta. Sampai siang hari, terkumpul sudah semua hasil pendalaman pembelajaran dan disimpulkan dalam sebuah catatan akhir disertai dengan penuntun bagaimana temuan itu memperkaya karya sosio-pastoral di Indonesia.

Setelah makan siang, para peserta melakukan city tour berkeliling kota Chennai diantar Mr. John Arokiaraj, staf regional Caritas India yang sejak tiba di Chennai menjadi pendamping rombongan. Chennai, ibu kota wilayah Tamil Nadu, merupakan kota terbesar ketiga di India, yang menjadi kota industri dan pendidikan. Kota di tepi Teluk Benggala ini menjadi kawasan industri automobil, kesehatan, teknologi, manufaktur serta eksportir terbesar software dan teknologi informasi. Selain tiga perguruan tinggi besar yaitu University of Madras yang memiliki tiga kampus, Madras Christian College dan Loyola College The New College.

Tak hanya itu, di kota pesisir pantai indah terdapat Santhome Cathedral Basilica atau Katedral Santo Thomas persis di tepi Marina Beach. Katedral tersebut memang dibangun di atas makam St. Thomas rasul yang menjadi persamaan dengan Basilika St. Petrus Roma di mana terdapat makam St. Petrus dan Gereja di Santiago, Spain Santiago de Compostela, makam St. Yakobus. Lokasi bersejarah tersebut pernah disinggahi Marcopolo, tahun 1292 dan Paus Yohanes Paulus II berdoa di tempat tersebut tahun 1986. Gereja yang dijadikan pusat ziarah Katolik ini memiliki ketinggian 50 meter, berarsitektur Gothik, berhiaskan lukisan kaca saat St. Thomas berjumpa Yesus sesudah kebangkitanNya dan dilengkapi dengan museum yang berisi tulang-tulang dan perlengkapan suci yang tertinggal.

Dari Katedral di Kuthchery Road itu para peserta meluangkan waktu untuk membeli oleh-oleh khas India di kawasan belanja. Malam harinya, tepat pukul 23.30 waktu Chennai, rombongan Karina meninggalkan India menuju Indonesia. Pada 7 Oktober 2009, rombongan sampai di bandara Soekarno-Hatta pukul 09.00 pagi dengan selamat. (A. Luluk Widyawan, Pr)