29 Juli 2009

Lumpur Tak Terkendali, Tanggul Rawan

Pola aliran lumpur Lapindo makin tak terkendali. Pengaliran ke Kali Porong juga tidak maksimal. Aliran terus mengarah ke utara dan sekitarnya. Akibatnya, tanggul sebelah utara semburan terdesak. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) pun tidak bisa berbuat banyak. Yang dilakukan hanya mempersiapkan kolam baru dan memperkuat tanggul terluar.

Pantauan di lapangan, lumpur masih menyembur. Debit rata-rata 100 ribu meter kubik per hari. Di sebelah utara semburan, lumpur menggenang seperti lautan. Kondisi itu mendesak tanggul terluar. Apalagi, tanggul terluar paling utara rawan ambles. Terbukti dalam sebulan tanggul sepanjang 330 meter itu ambles antara 2 meter sampai 4 meter. Tanggul itu berbatasan dengan kawasan tidak terdampak. Seperti Desa Kali Tengah dan Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin dan Desa Glagaharum, Kecamatan Porong. Kawasan lain yaitu Jalan Raya Porong. Jika jebol atau luber, akan timbul kawasan terdampak baru. Sebenarnya ada wilayah terdampak yang bisa dijadikan kolam. Yaitu, Desa Kedungbendo, dan Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera (TAS) I, Kecamatan Tanggulangin. Namun, karena Desa Kedungbendo belum dilunasi PT Minarak, BPLS tidak bisa menanggulnya.

Humas BPLS Achmad Zulkarnain mengatakan, ada dua langkah yang akan dilakukan BPLS. Yakni, mempersiapkan kolam baru dan memperkuat tanggul terluar. Tanggul baru itu berlokasi di Perumahan TAS I. "Kawasan itu sudah dibayar sehingga tidak masalah," ujarnya. Luas kawasan itu mencapai 32 hektare. BPLS belum memastikan kapan pembangunan dimulai. Sebab, pembangunan itu tentu menghadapi beberapa persoalan. ''Salah satunya persiapan infrastruktur," katanya. Tanggul itu dibangun untuk mengamankan kawasan di luar peta terdampak. Saat kolam penuh, lumpur bisa dialirkan ke kolam baru tersebut. Beda halnya jika kolam baru itu tidak ada. Lumpur yang meluber bisa menggenangi kawasan lain yang tidak masuk peta 22 Maret 2007 (terdampak).

Selain membuat tanggul tambahan, BPLS memperkuat tanggul terluar yang berbatasan dengan Jl Raya Porong. Apalagi, tingkat penurunan tanggul itu sangat tinggi. Sementara lumpur mulai memenuhi kolam tersebut. "Kalau meluber, lumpur bisa mengancam Jl Raya Porong," terang Zulkarnain. Untuk memperkuat tanggul terluar, BPLS membutuhkan pasokan sirtu 200 dump truk (DT) per hari. Secara terpisah peneliti alumnus Institut Teknologi 10 November (ITS) Djaja Laksana mengatakan, penurunan tanah akan terus terjadi. Fenomena itu disebabkan semburan yang terus keluar. "Meski diperkuat, tanggul tetap berpotensi ambles," katanya. Langkah yang seharusnya diambil adalah menghentikan lumpur. Metodenya menggunakan landasan hukum Bernoulli. "Saya yakin jika lumpur terhenti, penurunan tanah tidak terjadi lagi," terangnya.