15 Juli 2009

Lumpur Kembali Menenggelamkan Rumah

Dampak semburan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo makin mengkhawatirkan. Land subsidence (penurunan tanah) kembali terjadi. Selasa (14/7) sekitar pukul 10.00 WIB, gazebo atau rumah kecil di depan rumah induk milik warga Siring Barat mendadak ambles. Hanya dalam hitungan lima detik, gazebo tersebut lenyap ditelan bumi. Gazebo tersebut adalah milik Oki Andriyanto, 45, di Jl Beringin 5, Siring Barat, Kecamatan Porong. Tidak hanya gazebo, dinding rumah induk Oki juga ikut ambruk. Di lingkungan rumah ini, sejak 19 hari lalu memang muncul titik semburan lumpur baru yang cukup deras. Bahkan semburan lumpur campur gas metan yang ada di rumah itu, Selasa (7/7) lalu terbakar dan menyebabkan satu orang luka. Saat itu, api berwarna merah kebiru-biruan membumbung tinggi hingga mencapai ketinggian 8 meter. Dinding rumah dan relief di kolam ikan juga turut terbakar.

Peristiwa ambruknya gazebo dan dinding rumah Oki mengejutkan warga dan petugas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) yang saat itu berada di lokasi. Gazebo ukuran 3 x 4 meter dan dinding yang roboh itu tepat di lokasi semburan baru. Semburan yang membentuk kubangan itu luasnya sekitar 20 meter persegi. Warga sekitar yang rumahnya berdekatan dengan rumah Oki semburat keluar rumah. Mereka takut kawasan itu ikut ambles. “Orang yang melihat panik. Kebetulan saya melihat di dekat titik semburan dan tahu persis proses ambruknya gazebo dan dinding rumah Oki,” tutur Abdul Rouf, warga setempat. Diceritakan Rouf, saat kejadian ada seorang petugas BPLS sejak pagi berada di lokasi memantau semburan. “Amblesnya gazebo dan dinding sudah ada tanda-tanda sejak pagi. Tetapi warga tidak menyangka kalau gazebo dan dinding penyekat dua rumah Oki itu langsung lenyap ditelan bumi,” jelasnya.

Proses ambruknya gazebo dan dinding rumah berlangsung dalam tiga tahap. Begitu gazebo ketarik dalam kubangan lumpur, beberapa saat kemudian tembok runtuh dan atap belakang toko turut ambruk. Suaranya cukup keras, sehingga warga sekitar semburat keluar. Saat kejadian berlangsung, Oki dan para pembantunya sedang mengemasi barang-barang yang ada di rumahnya. Barang-barang itu akan dititipkan ke rumah anaknya di kawasan Trawas. Sebelumnya, Oki sudah mengemasi barang-barangnya ke rumah sanak keluarganya. “Rumah saya sejak muncul semburan baru itu sudah tidak bisa ditempati lagi,” ujar Oki saat mengevakuasi barang-barangnya.

Rawan Ambles Susulan

Sementara itu, Kepala Divisi Gas BPLS, Dodi Irmawan, menjelaskan pada Selasa pagi di sekitar semburan terjadi penurunan tanah sekitar 30 cm-50 cm. “Kami tidak menyangka jika dinding dan gazebo langsung ambles,” ujarnya. Menurut Dodi, di sekitar semburan baru itu masih rawan ambles susulan. Karenanya ia mengimbau warga tidak masuk kawasan yang sudah dipasang police line oleh polisi dan BPLS. Dijelaskan, semburan di rumah Oki mirip dengan semburan yang terjadi di pabrik baja Lion di Siring Barat. Semburan yang terus membesar itu akhirnya membentuk kubangan, setelah menyembur selama 5 bulan akhirnya berhenti. “Saya berharap semburan di rumah Oki seperti yang terjadi di pabrik Lion yang berhenti dengan sendirinya,” paparnya.

Staf Humas BPLS, Akhmad Kusairi yang ada di lokasi menuturkan, gazebo dan dinding rumah Oki yang ambruk diakibatkan penurunan tanah. “Tiap detik 24 liter material keluar dari semburan. Karena tanah di bawah keropos, maka dinding rumah dan gazebo yang ada di dekat semburan itu ambles,” katanya. Rumah Saiful Bahri yang jaraknya sekitar 30 meter dari semburan atau berseberangan, juga keluar air. Hampir seluruh lantai rumah ukuran 9 x 13 meter itu tergenang air karena muncul semburan baru di dalam rumah.

Melihat hal itu, Saiful langsung mengevakuasi barang-barangnya. “Kami terpaksa pindah ke rumah ibu di Wunut. Rumah ini sudah tidak bisa ditempat lagi,” kata Siti Hidayatul, istri Saiful. Menurut Siti, sejak Senin (13/7) lalu halaman rumahnya yang dipakai usaha penitipan sepeda sudah muncul rembesan air. Namun ia tidak menghiraukan dan tetap tinggal di rumah itu karena warga lainnya juga belum pindah. “Sejak muncul semburan di rumah Pak Oki, ibu saja yang pindah ke rumah di Wunut. Setelah di rumah ini keluar air, ya terpaksa harus pindah walau belum mendapat bantuan sosial,” keluhnya. Dalam bantuan sosial ini, Siti beserta warga lainnya berharap agar segera dicairkan. bantuan sosial berupa uang evakuasi Rp 500.000, uang kontrak rumah Rp 2,5 juta setahun, dan uang jaminan hidup Rp 300.000/jiwa. Tidak itu saja, aset warga berupa rumah dan tanah kering juga harus segera diberi ganti rugi oleh pemerintah.

Camat Porong, Saiful Aji bersama petugas Dinas Sosial Pemkab Sidoarjo kemarin ke lokasi menyaksikan evakuasi barang-barang milik warga dengan menggunakan truk Dinsos dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). “Untuk sementara, warga tinggal di rumah kerabat masing-masing. Jika sudah mendapat bantuan social, bisa kontrak rumah,” tutur Saiful Aji.