SURYA Online, KEDIRI - Sebanyak 600 warga dari tiga dusun di Kecamatan Pare dan Puncu mengikuti simulasi bencana di halaman kantor Desa Asmorobangun Kecamatan Puncu, Minggu (25/11/2012) siang.
Ratusan warga dilatih untuk siaga menghadapi datangnya bencana yang bisa terjadi sewaktu - waktu. Mereka didampingi oleh para relawan jaringan siaga bencana dari Karitas Indonesia (Karina).
Dalam simulasi tersebut, ratusan warga berkumpul di titik aman setelah sirine tanda datangnya bencana berbunyi. Layaknya situasi saat bencana sungguhan terjadi, mereka berbondong - bondong di sebuah rumah.
Di sana sudah tersedia dua truk yang digunakan untuk evakuasi warga. Anak - anak dan warga berusia lanjut didahulukan saat menaiki truk. Mereka lantas dibawa ke lokasi pengungsian di kantor desa setempat. Di lokasi itu, sebuah tenda pengungsian berukuran besar telah tersedia.
Simulasi tidak hanya diisi dengan teknik evakuasi dan penanganan gawat darurat. Dalam simulasi itu juga dilakukan praktek penanganan traumatis (traumatic healing) terutama pada anak - anak. Mereka dihibur dengan sajian musik dan permainan.
"Ya lumayan capek karena lari - lari tapi manfaatnya besar karena untuk menghadapi bencana," ujar Sugik, salah satu warga.
Koordinator Karina Pare, FA Yunanto mengatakan, simulasi dilakukan agar masyarakat kembali meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana yang mengancam. Meski saat ini belum ada informasi tentang datangnya bencana, namun kewaspadaan tetap harus dijaga.
"Ada atau tidak ada bencana, warga harus waspada. Simulasi ini diharapkan menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa bencana bisa datang kapan saja," ujarnya.
Selama ini, tiga dusun yakni Kapasan, Sumbersuko dan Sumberdono merupakan daerah rawan bencana. Tiga dusun yang berada sekitar 10 kilometer dari puncak Gunung Kelud itu masuk dalam peta rawan bencana banjir lahar dingin.
Jaringan siaga bencana di ketiga dusun itu terus memantau kondisi di sekitar aliran lahar Gunung Kelud agar apabila sewaktu - waktu bencana terjadi, penanganan dini dapat dilakukan. Para relawan juga terus berkoordinasi dengan petugas vulkanologi dan pemerintah daerah untuk memberikan informasi bencana yang cepat dan akurat pada masyarakat.
"Kami membentuk jaringan yang terdiri dari warga dan dinas terkait agar informasi yang diperoleh benar - benar dapat dipercaya," kata Mugi, seorang relawan.
(http://surabaya.tribunnews.com/2012/11/25/600-warga-latihan-hadapi-bencana; http://www.adakita.com/article-2405-hindari-bencana-sebanyak-600-warga-siap-diungsikan.html)
Ratusan warga dilatih untuk siaga menghadapi datangnya bencana yang bisa terjadi sewaktu - waktu. Mereka didampingi oleh para relawan jaringan siaga bencana dari Karitas Indonesia (Karina).
Dalam simulasi tersebut, ratusan warga berkumpul di titik aman setelah sirine tanda datangnya bencana berbunyi. Layaknya situasi saat bencana sungguhan terjadi, mereka berbondong - bondong di sebuah rumah.
Di sana sudah tersedia dua truk yang digunakan untuk evakuasi warga. Anak - anak dan warga berusia lanjut didahulukan saat menaiki truk. Mereka lantas dibawa ke lokasi pengungsian di kantor desa setempat. Di lokasi itu, sebuah tenda pengungsian berukuran besar telah tersedia.
Simulasi tidak hanya diisi dengan teknik evakuasi dan penanganan gawat darurat. Dalam simulasi itu juga dilakukan praktek penanganan traumatis (traumatic healing) terutama pada anak - anak. Mereka dihibur dengan sajian musik dan permainan.
"Ya lumayan capek karena lari - lari tapi manfaatnya besar karena untuk menghadapi bencana," ujar Sugik, salah satu warga.
Koordinator Karina Pare, FA Yunanto mengatakan, simulasi dilakukan agar masyarakat kembali meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana yang mengancam. Meski saat ini belum ada informasi tentang datangnya bencana, namun kewaspadaan tetap harus dijaga.
"Ada atau tidak ada bencana, warga harus waspada. Simulasi ini diharapkan menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa bencana bisa datang kapan saja," ujarnya.
Selama ini, tiga dusun yakni Kapasan, Sumbersuko dan Sumberdono merupakan daerah rawan bencana. Tiga dusun yang berada sekitar 10 kilometer dari puncak Gunung Kelud itu masuk dalam peta rawan bencana banjir lahar dingin.
Jaringan siaga bencana di ketiga dusun itu terus memantau kondisi di sekitar aliran lahar Gunung Kelud agar apabila sewaktu - waktu bencana terjadi, penanganan dini dapat dilakukan. Para relawan juga terus berkoordinasi dengan petugas vulkanologi dan pemerintah daerah untuk memberikan informasi bencana yang cepat dan akurat pada masyarakat.
"Kami membentuk jaringan yang terdiri dari warga dan dinas terkait agar informasi yang diperoleh benar - benar dapat dipercaya," kata Mugi, seorang relawan.
(http://surabaya.tribunnews.com/2012/11/25/600-warga-latihan-hadapi-bencana; http://www.adakita.com/article-2405-hindari-bencana-sebanyak-600-warga-siap-diungsikan.html)