Program Reanimasi Ajaran Sosial Gereja
merupakan mandat dari Konpernas PSE di Manado. Tujuan program tersebut agar setiap
regio membekali para penggerak PSE dengan pemahaman tentang
ajaran sosial Gereja.
Regio Jawa memulai gerakan ini dengan menyelenggarakan Reanimasi ASG. Setiap Keuskupan mendapat kuota 10
peserta. Rm. Dr. T.
Krispuwana Cahyadi SJ menjadi narasumber. Kegiatan dilaksanakan di Susteran OSF, Muntilan tanggal 3-5 Agustus 2012. Peserta penggerak Komisi PSE dari Keuskupan Surabaya ialah: Rm. A. Luluk Widyawan (Ketua Komisi PSE), Rm. Agustinus Made (Moderator PSE Kevikepan Blitar),
Bp. Valentinus dari Kevikepan Kediri, Pare, Bp. Sukiyono dari Kevikepan Madiun, Bp. Rahmadi dari
Kevikepan Surabaya Selatan, Ibu Elisabeth dari Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, Ibu
Emilia Susan, bendahara Komisi PSE, Bp. AHM. Budiawan, dari Kevikepan Madiun dan Bp. Eddy Loke.
Sikap Dasar ASG
Rm. Kris mengajak para peserta untuk mendalami prinsip solidaritas, subsidiaritas dan kesejahteraan umum Solidaritas yang dibangun tidak hanya berdasarkan rasa tersentuh atas nasib sesama, tetapi lebih pada komitmen dan upaya nyata untuk membantu sesama. Para peserta diajak untuk membangun rasa kepedulian, melawan kultur individualis sekaligus membangun kebersamaan, melawan kultur kepentingan serta membangun sikap berbagi, melawan kultur konsumtif.
Berkaitan
dengan subsidiaritas, hendaknya ada gerakan agar lembaga atau tatanan yang lebih tinggi,
menolong yang lebih rendah. Bila prinsip ini diterapkan
maka akan ada keterlibatan yang semakin banyak, untuk mencapai pertumbuhan sosial
yang efektif. Artinya berbagai aksi kepedulian tidak mematikan
potensi dan inisiatif pribadi atau kelompok masyarakat yang dilayani.
Sedangkan kesejahteraan umum yang menjadi
sikap dasar ASG adalah bentuk kehidupan masyarakat yang memungkinkan, baik
pribadi maupun kelompok, mencapai kepenuhan. Ada keadilan bersama, terjangkau
dan merata bagi semua orang. Di dalamnya terdapat gerakan dari saya untuk kita
(from me to us), membangun kepentingan bersama, membangun kultur dialog dan toleransi bagi kepentingan bangsa.
Rm, Kris membantu para peserta mengenal
tema-tema dan cakupan ajaran sosial Gereja. Ada tema keadilan, perdamaian,
kerja, budaya, politik dan ekonomi. Gereja mengharapkan hadirnya para penggerak kerasulan sosial yang memiliki
pengalaman yang mendalam tentang Allah, tegar menghadapi tantangan, memiliki
kemampuan mengerti sesama, tidak mudah merasa terluka, berani menghadapi stress
dan ketegangan dan memiliki kedewasaan emosional (self awareness, self
management, kedewasaan sosial, empati, simpati dan relasi).
Bila setiap
penggerak PSE memiliki kemampuan seperti di atas, maka ketika
mereka berkarya di tengah masyarakat dan masyarakat pun akan melihat kemuliaan
Tuhan yang nampak dalam karya-karya pelayanan.
Dalam kesempatan diksusi, Rm. Kris mengajak merefleksikan, sejauh mana karya pelayanan pengembangan sosial ekonomi itu sudah menerapkan prinsip solidaritas, subsidiaritas dan kesejahteraan umum. Para peserta berdiskusi dalam kelompok lintas keuskupan.