13 November 2011

HPS 2011 Paroki Ngawi, Dari Lahan Ke Persembahan




Program Kegiatan Penguatan Kemandirian Petani Organik, Kelompok Tani Mulyo, Desa Mojorejo, Stasi Sine, Paroki St. Yosep, Ngawi menekankan pada 2 hal pokok. Ialah proses produksi dan pemasaran hasil produksi pertanian organik. Kemandirian petani yang diusahakan meliputi produksi dan pemasarannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, Kelompok Tani Mulyo yang difasilitasi Sdr. Antonius Nurdianto melakukan berbagai kegiatan penguatan kemandirian petani meliputi, kemandirian lahan pertanian, kemandirian input faktor-faktor produksi dan kemandirian produksi pertanian dengan meningkatkan pemahaman tentang menanam dan memanen secara berkelanjutan.

Dalam hal kemandirian lahan, terjadi kegiatan di lahan milik kelompok seluas 40 are dan di lahan milik pribadi anggota seluas 40 are. Berkenaan dengan input faktor-faktor produksi yang diusahakan ialah pengadaan kompos sebanyak 10 ton, pupuk cair organik sebanyak 100 liter, pengembangbiakkan jamur antagonis sebanyak 100 liter, pengembangbiakkan tanaman pestisida nabati, berupa bibit tanaman sebanyak 20 jenis. Selain itu ada pengembangbiakkan predator pemakan hama tikus, ialah burung hantu, berupa 1 pasang induk burung hantu di dalam 5 pagupon (kandang). Saat pelatihan pengembangbiakkan burung hantu, diperkenalkan cara pengembangbiakkan, pembuatan dan pemasangan pagupon, pelepasan induk burung dan pemeliharaannya. Selain itu ada sosialisasi ke 4 RT di sekitar lokasi lahan, sehingga burung tidak diburu. Berkenaan dengan produksi pertanian, petani bersama kelompok menanam padi dengan sistem pertanian organik. Intinya ada kegiatan menanam padi tanpa pupuk kimia dan tanpa pestisida kimia.

Kegiatan penanaman padi berlangsung dalam lahan demonstrasi selama 6 bulan. Hasilnya, produk beras organik didistribusikan ke umat Paroki dan beberapa paroki di Kevikepan Madiun. Selain itu produk pertanian dipasarkan melalui jejaring distributor organik yang tersebar di wilayah Keuskupan Surabaya, melalui Seksi Sosial Paroki dan lintas Keuskupan bersama jejaring petani organik di kawasan Yogyakarta. Beras dikemas dalam kantong plastik 5 kg per kantong. Untuk memberikan pembelajaran kemandirian petani dan konsumen, dibagikan selebaran berisi materi pertanian organik komprehensif. Materi tidak hanya mengajak konsumen untuk membeli beras, sekalipun beras tersebut sehat, tetapi dilengkapi dengan animasi tentang nilai ekonomi, ekologi, sosial budaya serta spiritualitas. Dengan demikian, seluruh proses produksi yang diupayakan demi memandirikan petani, didukung dengan penyadaran kepada konsumen, yang sekaligus memperlancar pemasaran.

Saat ini, Kelompok Tani Mulyo didukung oleh 10 orang petani dari stasi-stasi sekitar. Selain memantapkan diri dengan pengembangan pertanian organik, mereka mengembangkan pemeliharaan burung hantu. Dampak positif kegiatan tersebut tidak hanya dialami anggota kelompok, tetapi juga dirasakan masyarakat sekitar. Mereka tidak hanya mendapatkan pelatihan, tetapi juga bantuan dan dukungan dalam mengusahakan produk pangan sehat. Selain dari Seksi Sosial Paroki, dukungan diberikan juga oleh Komisi PSE KWI. Dengan demikian sosialisasi Hari Pangan Sedunia (HPS) terjadi melalui tindakan nyata dan bukan hanya teori. Pengenalan HPS terjadi sejak dari lahan pertanian sampai ke tangan konsumen.

Kelompok Tani Mulyo, pada awalnya hanya menggarap lahan seluas 40 are di daerah Desa Mojorejo. Lokasi itu menjadi tempat praktek dan belajar organik bagi petani. Saat ini, yang bertanggung jawab atas pengelolaan lahan adalah Bp. Hilarius Sunardi. Selama ini, hasil pertanian dibagi secara merata sesuai kesepakatan bersama. Sebagian hasil panen dimanfaatkan oleh pemilik lahan, sebagian lagi untuk Bp. Sunardi dan sebagian lain untuk seluruh anggota kelompok. Lokasi tersebut terbuka untuk pembelajaran bagi para petani, siswa-siswi dari lembaga pendidikan, peneliti serta siapa saja yang hendak mempelajari pertanian organik, mulai dari pembuatan kompos, mikro organisme lokal, pestisida nabati dan pengembangbiakkan burung hantu. Namun, hal utama yang dilakukan ialah pembelajaran pertanian alami, sejak dari pengadaan bibit, penanaman, proses panen dan lain-lain.

Pada saat perayaan HPS 2011 di Paroki St. Yosep, Ngawi, para petani diberi kesempatan untuk menceritakan pengalaman mengusahakan produk pangan sehat. Sebagaimana dikisahkan, Bp. Antonius Paidi, seorang anggota Kelompok Tani Mulyo, baginya mengusahakan pertanian organik merupakan usaha nguri-uri bumi pertiwi (memelihara kelestarian bumi). Bumi pertiwi adalah ciptaan agung Sang Pencipta. Jika bumi dipelihara dengan baik, maka orang memuliakan ciptaanNya dan Tuhan sendiri. Sejak masa menanam sampai memanen, ia mengaku tidak menaburkan pupuk kimia dan tidak menyemprotkan pestisida kimia sama sekali.

Menurutnya, dalam bertani organik, petani harus memiliki iman. Selanjutnya biarlah kehendak Tuhan yang terjadi. Selama proses pertanian organik berlangsung, petani harus jujur. Jujur akan niat bertani organik, jujur mengusahakan hasil produk pangan sehat, jujur dalam bekerja keras dan jujur atas hasil panen. Jika tidak jujur, seperti perumpamaan Yesus, apa yang dilakukan ibarat benih yang jatuh di tanah berbatu atau di antara semak duri sehingga benih itu mati. Jika jujur, petani akan menuai hasil melimpah. Ketika hasil panen diperoleh, setelah memenuhi kebutuhan pangan bagi keluarga, Bp. Paidi merelakan beras hasil kerja kerasnya dan campur tangan dari Tuhan itu, dirasakan oleh orang lain. Ia menjual beras organik sebagai upaya berbagi dan mendapatkan dukungan bagi karya pertanian organik berikutnya. Tanpa dukungan dari konsumen, maka niat untuk mengusahakan produk pangan sehat akan berhenti.

Bp. Paidi mengutip kata-kata imam saat mengunjukkan persembahan dalam perayaan Ekaristi, “Inilah hasil bumi dan usaha manusia, yang bagi kami akan menjadi santapan rohani”. Maka, ia bersyukur atas hasil bumi berupa makanan, mempersembahkan yang terbaik dan sehat kepada Tuhan serta membagikan kepada sesama. Seraya mengharapkan supaya Tuhan selalu memberi kemurahan.

Semoga dengan Perayaan HPS sedemikian itu, semakin banyak orang yang menyadari pentingnya mengusahakan pangan sehat. Dan semakin banyak orang yang memilih mengkonsumsi produk organik, yang berarti mendukung usaha petani dalam mengusahakan produk pangan sehat. (Sdr. Antonius Nurdianto, pendamping Kelompok Tani Mulyo, Desa Mojorejo, Stasi Sine, Paroki St. Yosep, Ngawi).