06 Juli 2011

Memperkokoh Kerukunan Lintas Agama dan Budaya

Kegiatan Memperkokoh Kerukunan Lintas Agama dan Budaya diadakan dalam rangka HUT Yayasan Pondok Kasih. Yayasan Pondok Kasih didirikan oleh Pasutri Hary dan Hany Handayani yang pada kesempatan tersebut merayakan ulang tahun perkawinan. Yayasan sosial tersebut berada di kawasan Kendangsari. Hadir sebagai nara sumber dalam kegiatan tersebut ialah: Bp. Bambang Noorseno, dosen yang menganut Gereja Katolik Syiria, KH. DR. Syamsul Arifin, dosen tetap Pascasarjana STAIN dan Ketua PCNU Jember dengan moderator Bp.  Hanny Sumali.
 
Bp. Bambang Noorsena mengupas keberadaan sejarah agama-agama di dunia dan inkulturasi agama dan budaya. Tiga agama besar di dunia yaitu Yahudi, Kristen dan Islam memiliki sejarah yang sama. Ialah sebagai anak cucu Abraham atau Ibrahim. Maka ketiga agama tersebut di sebut agama Samawi. Namun demikian dalam perjalanannya ketiga agama ini mengalami konflik yang disebabkan oleh politik. Misalnya terjadi Perang Salib dan konflik antara Palestina dan Israel berkenaan dengan klaim wilayah. Ketika imperialisme Barat menindas negara-negara Arab, hal ini turut menimbulkan kebencian terhadap Eropa dan Amerika sebagai Polisi dunia. Pada tataran berikutnya hal tersebut memunculkan terorisme.

Padahal setiap agama mengajarkan perdamaian. Harus diakui agama juga mempunyai potensi sebagai perekat, namun demikian sering terjadi konflik. Penyebabnya ketiadaan saling pengertian antara satu dengan yang lain. Menurut Bp. Syamsul Arifin ada dua pola pemahan agama. Pertama, secara entrisik pemahaman keagamaan hanya bersifat formalitas saja, seperti rajin beribadah tetapi fanatik. Kedua, secara Intrisik agama dipahami sebagai sumber nilai, inspirasi atau sebagai alat perekat.

Pada saat agama-agama bersama mencari titik temu, tentu tidak membicarkan soal ritual keagamaan atau keimanan. Ada nilai-nilai bersama yang menjadi perekat antara kehidupan umat beriman. Yang perlu dilakukan oleh semua pihak, mulai dari tokoh umat dan seluruh pemeluk agama ialah selalu mencari titik temu dalam sumber nilai, bukan sebaliknya mencari sumber perpecahan.
Salah satu yang menjadi sumber perekat dalam kehidupan umat beragama di Indonesia ialah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Nilai-nilai Pancasila perlu dipraktekkan dalam kehidupan umat beragama di Indonesia. Untuk menghidupkan nilai-nilai Pancasila sebaiknya tidak dengan cara mengindoktrinasi, seperti terjadi pada jaman ORBA. Perlu ada metode atau cara mengajar yang tepat kepada para murid di sekolah, kata Bp. Syamsul Arifin (Silvester Woru).