20 Juni 2009

Java Flood Learning Review, Karina Dua Keuskupan

Banjir bandang yang melanda sebagian besar wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur pada akhir tahun 2007 sampai dengan awal tahun 2008 memang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Perubahan iklim memang menjadi salah satu alasan utama terjadinya banjir besar ini, namun di sisi lain ternyata gaya hidup dan perilaku manusia juga ikut mempengaruhi banjir ini menjadi lebih parah. Dalam merespon kejadian ini, beberapa orang yang tergabung di dalam tim tanggap darurat ikut menyumbangkan tenaga mereka untuk menolong orang-orang yang terdampak. Tim-tim ini diantaranya adalah tim tanggap darurat dari Karina Keuskupan Surabaya dan Karina-Keuskupan Agung Semarang.

Dari tanggap darurat yang sudah dilakukan, muncullah satu kebutuhan jangka panjang untuk berproses bersama masyarakat dalam hal pengenalan strategi-strategi pengurangan resiko bencana. Hal ini ditujukan untuk mengurangi dampak dan resiko yang lebih besar bila terjadi bencana banjir atau bencana lainnya di masa depan dan untuk memberdayakan warga lokal selaku perespon pertama dari bencana yang terjadi.

Sampai sekarang, tim dari Karina Surabaya dan Karina KAS sudah melakukan beberapa kegiatan sehubungan dengan pemberdayaan dan peningkatan masyarakat dalam menghadapi bencana. Bencana yang bisa terjadi di wilayah mereka yang ada dalam satu rangkuman kegiatan Peningkatan Kapasitas: Banjir Jateng-Jatim 2008. Tim Karina Surabaya melakukan pelatihan tim Jaringan tanggap darurat, workshop CMDRR untuk para peserta yang tinggal di wilayah multi-ancaman (banjir dan letusan gunung api). Sedangkan Karina KAS secara spesifik mendampingi warga di wilayah Paroki Sragen dalam usaha peningkatan kesadaran dan pengetahuan tentang banjir dan apa yang bisa mereka lakukan untuk mengurangi dampaknya.

Selain untuk menjalankan salah satu peran Karina KWI sebagai fasilitator, tujuan pertemuan konsultasi antara Karina KAS dan Karina Surabaya ini adalah: pertama, mensinkronisasi kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas yang sudah dilakukan oleh Karina KAS dan Karina Surabaya. Kedua, sebagai media untuk bertukar pengalaman dan saling memperkaya pengetahuan antara para praktisi tanggap darurat dan pengurangan resiko bencana dari Karina KAS dan Karina Surabaya berdasarkan hasil temuan di lapangan. Ketiga, untuk mendukung usaha-usaha jaringan lembaga Karitas di Indonesia dalam menghubungkan kegiatan-kegiatan tanggap darurat dan pengurangan resiko bencana. .

Beberapa hasil yang bisa dipetik dalam kegiatan ini ialah, informasi narasumber dari Satkorlak Penanggulangan Bencana Propinsi Jawa Timur, yang diwakili Bp. Abdul Hamid. Pengalaman dari masing-masing Karina Keuskupan, Surabaya dan Karina KAS dalam kegiatan penanganan bencana dan pengurangan resiko bencana. Acaranya selanjutnya ialah menemukan benang merah penanganan bencana dan pengurangan resiko bencana, seperti mengumpulkan kembali kekuatan aksi tanggap darurat, elemen-elemen tanggap darurat antara lain: informasi melalui media, dukungan penduduk lokal, dukungan penduduk luar kota / luar negeri (eksternal), bantuan logistik, pihak militer, badan pemerintah, PMI, relawan dari luar negeri, organisasi lokal dan internasional, pekerja kemanusiaan, tokoh masyarakat setempat dan sarana tranportasi air darat, dan udara.

Rekomendasi untuk memperbaiki aksi tanggap darurat yang adalah: pentingnya penyuluhan dan sosialisasi PRB dengan masyarakat, pendataan secara spesifik tentang data yang ada dalam scenario tanggap darurat, standarisasi bantuan dari pemerintah untuk korban bencana, adanya koordinasi pemerintah; masalah transportasi, masalah komunikasi, dan ketegasan pemerintah dalam mengambil keputusan dan kesiapan mental relawan yang masih kurang.

Penemuan elemen-elemen PRB yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu: sistem peringatan dini, sosialisasi untuk masyarakat agar mereka mengerti dan tanggap pentingnya system peringatan dini serta penyadaran mengenai hal-hal yang menyangkut partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan, kepedulian dan perawaatan project dan rencana evakuasi. Selain itu beberapa contoh kegiatan PRB yang bisa dilakukan untuk mengurangi kerentanan masyarakat di masa depan adalah: penggalian tentang akibat bencana menggali informasi dampak akibat dengan masyarakat, penyadaran (tanpa menyalakan orang lain), melihat melihat perekonomian masyarakat, tindakan (semua orang) bahwa bencana terjadi karena ulah manusia dan merugikan. Serta penentuan program-program kecil untuk pengurangan resiko bencana, contoh penanaman pohon.

Kegiatan pertemuan konsultasi yang diadakan di Wisma Hening Griya Keuskupan Surabaya, dihadiri oleh 45 orang pelaku tanggap darurat dan pengurangan resiko bencana dari Karina KAS dan Karina Surabaya menjadi pembelajaran bersama di 2 Keuskupan. Harapannya, kedua Karina Keuskupan semakin mantap dalam kerjasama terutama dalam bidang tanggap darurat dan pengurangan resiko bencana berbasis komunitas. Semoga. (Tim notulensi Java Flood Learning Review)