Seksi
PSE Paroki St. Maria, Blitar, merupakan paroki yang banyak mengajukan bantuan dana
usaha produktif yang diajukan perorangan. Namun Seksi PSE paroki merancang
sistem yang baik, sehingga tidak ada kredit macet. Apabila ada gejala munculnya kredit macet, tim Seksi PSE paroki melakukan kunjungan sehingga para peminjam tetap mampu mengangsur. Kunjungan
kepada para penerima dana usaha memiliki nilai strategis. Karena dengan begitu kelihatan
bahwa kredit macet berawal dari pemanfaatan dana yang tidak sesuai dengan pengajuan.
Saat
ini ada dana kas yang digunakan. Seksi PSE mendampingi 3 kegiatan
kewirausahaan. Pertama, kelompok batik yang selama ini memberi hasil, bahkan
dipesan oleh Wanita Katolik Regional yang mengenakan batik khas Blitar. Mereka mengharapkan ada modal lebih besar, menambah ilmu batik dan pemasaran. Kelompok bordir, memiliki 3 mesin.
Pelatihan bagi mereka yang berminat sebenarnya tidak sulit, tetapi belum
terlaksana. Harapannya pelatihan bisa menjangkau banyak orang dan kelak menekuni
bidang ini. Kelompok berikut ialah kelompok jamur, mereka merancang paket pelatihan dan kegiatan
inovatif lain. Mereka telah mengikuti aneka pelatihan dan memberikan hasil.
Mereka harus menyiapkan tempat, berjuang dan belajar membuat log (media tanam)
dan mengajak kaum muda dalam budidaya jamur. Selain memiliki modal kegiatan
produktif, ada pula kegiatan karitiatif. Sampai saat ini ada sekitar 25 KK yang
mendapat bantuan.
Tim
Seksi PSE yang berpengaruh pada kinerja ialah Ketua Ibu Elisabeth,
bendahara Ibu Asis, sekretaris Bp. Pius,
sedangkan Ibu Sunaryo dan Bp. Agus mengawal gerakan CU. Sementara Ibu Sri dan Ibu Sutejo memberikan dukungan logistik. Tim secara tetap mengadakan kunjungan ke 12
stasi. Mereka berangkat jam 8 pagi dan pulang jam 8 malam. Dari beberapa kunjungan,
muncul beberapa hal yang perlu ditanggapi dalam program pendampingan.
Antara lain:
peningkatan kualitas SDM dalam mengembangkan usaha. Karena beberapa umat yang memiliki
aneka usaha produktif, belum didukung dengan pengetahuan dan ketrampilan,
sehingga usaha yang dirintis tidak maksimal. Ibu Elisabeth memberikan resep
untuk bertahan dalam situasi sulit, hal ini perlu ditularkan kepada kelompok
usaha. Ketika mengalami tantangan, pelaku usaha ditantang menemukan inovasi
mengembangkan usaha. Pelaku usaha jamur mengungkapkan perlu pelatihan
intensif, sehingga menghasilkan produk dengan manajemen sirkulasi yang baik.
Sedangkan keterlibatan kaum peremupan dalam usaha, perlu didukung dengan forum
sharing dengan para suami, sehingga ada pengertian dan perhatian dalam pengembangan
usaha.
Seksi
PSE Paroki St. Yusup, memiliki tim ialah: Ibu Bambang selaku ketua, Ibu Veronika
Susanti sebagai bendahara, Bp. Marsilam sebagai sekertaris dan dr Tripomo
selaku bagian kesehatan. Mereka mengintegrasikan kegiatan usaha produktif
dengan Credit Union. Karena itu dana Seksi PSE Paroki disimpan di Credit union.
Ibu
Elisabeth menceritakan pengalaman kesulitan
mengatasi kredit usaha yang macet. Para penerima dana ketika ditagih tidak
lagi hadir dalam kegiatan gereja. Karena itu untuk pengajuan dana, tidak lagi diberikan
secara perorangan, tetapi kelompok. Dalam kelompok ada saling kontrol dan kebersamaan, terutama ketika mengalami kesulitan. Saat ini ada usaha pengembangan pertanian
organik, budidaya jahe dan ternak kambing. Di Stasi Slorok, kegiatan
pengembangan pertanian organik didukung dengan modal pembelian pupuk. Jika modal pembelian
kembali, maka akan masuk kas stasi. Mereka menyediakan tanah, sementara hasil padi
dibeli, sehingga penggarap bersemangat. Saat ini, ada seperempat hektar sawah ditanam padi secara organik dan telah 3 kali panen. Namun umat belum banyak yang tertarik. Karena
pengenalan organik kepada umat masih kurang.
Di
Stasi Ngeni, ada kelompok petani yang menanam ketela pohon. Seksi PSE
memberikan bantuan modal. Kegiatan ini juga didukung Komisi PSE. Penanaman tersebut
merupakan pemanfaatan lahan di bawah pohon jati. Kaum muda terlibat
aktif. Mereka mendapatkan dukungan dari perusahaan penerima ketela. Mereka
berlatih memilih bibit, menanam dan merawat ketela sampai memanen. Hasil panen dijual ke perusahaan yang menampung untuk diolah menjadi tepung (mocaf, modified cassava flour). Ibu Elisabeth,
selaku Ketua Seksi PSE mengatakan bahwa ketela pohon, dari satu tanaman mampu menghasilkan
12–15 kg. Untuk memanen harus mencabut, maka diperlukan minimal 3 orang. Jika
ketela ditanam dilahan seluas 7 ha, memerlukan dana untuk membayar orang yang
mencabut. Ketela yang dipanen, seluruhnya diolah dan tidak ada yang tersisa. Jika
hasilnya baik, maka memberikan tambahan pendapatan yang baik pula.
Selain
itu, kaum muda terlibat dalam pembuatan mebel dari kayu jati. Bangku,
kursi, meja altar di beberapa gereja stasi, berasal dari kayu jati yang dipesan
dari Ngeni. Mereka mendapatkan pelatihan. Mereka difasilitasi oleh Bp. Bambang yang
memberikan pendampingan serta informasi pemasaran, sehingga dapat menerima pesanan. Kedua kegiatan
tersebut mendapat dukungan dari pengurus Stasi Ngeni dan Seksi PSE Paroki St.
Yusuf Blitar. Usaha penanaman ketela pohon dan pengolahan mebel kayu jati,
merupakan produk unggulan dari Stasi Ngeni. Rm. Agustinus Made mengharapkan agar
setiap stasi memiliki produk unggulan yang mampu membuka lapangan kerja bagi
umat. Harapannya ada pula dukungan pemasaran oleh pihak gereja dan umat yang
mau mempromosikan.
Dari
berbagai kegiatan tersebut masih mengalami beberapa kesulitan, antara lain, produk
unggulan usaha perlu disertai dengan pemasaran yang baik. Perlu pula pembinaan mental
usaha sehingga dapat bertahan ketika menghadapi situasi sulit. Harapannya mereka tidak mudah meninggalkan
pekerjaan yang sedang ditekuni. Berhadapan dengan kebutuhan petani akan pupuk,
peralatan dan sebagainya, memunculkan gagasan membuka toko pertanian.
Beras organik dan bunga dari Tulungagung
Kunjungan
selanjutnya di Paroki St. Maria Tak Bernoda Asal, Tulungagung. Bp. Thomas selaku ketua Seksi PSE
paroki yang memiliki usaha krupuk meluangkan waktu memberikan informasi kegiatan
Seksi PSE. Saat ini fokus diarahkan pada pengembangan pertanian organik.
Pengembangan tersebut sudah mendapatkan sertifikat dari pemerintah. Berdasarkan
pengalaman sebelumnya, ketika panen hasil langsung digiling sampai habis. Pada
suatu waktu beras yang dihasilkan tidak baik. Maka diupayakan agar beras tetap
aman dari gangguan kutu. Belajar dari pengalaman itu, hasil panen akan digiling jika ada
pemesanan.
Selain
itu ada usaha pengembangan penanaman bunga. Pada awal menanam warga belum tampak antusias.
Saat ini, tempat penanaman bunga menjadi semacam tempat wisata, di mana orang datang
untuk menikmati indahnya tanaman aneka bunga. Warga juga mendapat pelatihan merangkai
bunga dan menambah jenis penanaman. Pemerintah Kabupaten pun memberikan dukungan
kepada para petani. Ibu Ratna yang mengorganisir kegiatan ini,
akan tetap terlibat dalam Seksi PSE paroki periode berikut.
Berkenaan
dengan kegiatan CU, di Tulungagung ada 3 CU. CU yang sangat berkembang adalah
CU Bahtera Sejahtera. CU ini didirikan tahun 2005, dengan aset per bulan
November 2012 berjumlah Rp. 3,424,327.847. Anggotanya sebanyak 490 orang
terdiri dari berbagai kalangan.
Dari
beberapa kunjungan ke paroki, yang juga dilakukan di kevikepan lain, Komisi PSE
Keuskupan Surabaya mendapatkan gambaran tentang pemanfaatan dana bantuan yang
diberikan. Kunjungan seperti ini, selain menjalin komunikasi dengan perangkat
pastoral di paroki juga melihat nilai pemanfaatan serta memantau faktor yang menyebabkan
keberhasilan atau kegagalan. Harapannya ada evaluasi dari pemberian
bantuan modal usaha yang diberikan dan melihat kesesuaian dengan tujuan yang
hendak dicapai, ialah kesejahteraan. (EDL).