Selama
bulan Oktober–Desember 2012, Tim Posko Madiun melakukan kegiatan
Pemberdayaan Kesiapsiagaan Warga Di Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor, Dusun
Bukul, Desa Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo. Fokus pendampingan pada
Pelatihan tanggap darurat dan kesiapsiagaan serta pengurangan resiko bencana
berbasis masyarakat. Selain itu juga ada awalan pembicaraan tentang
revitalisasi sarana berupa kegiatan penanaman pohon dan perencanaan pipanisasi
dari sumber air ke rumah warga.
Secara
keseluruhan, telah diupayakan kegiatan sesuai dengan jadwal ialah pertemuan
persiapan Karina Surabaya dengan Tim Karina Posko, pertemuan Tim Karina Posko
Madiun dengan warga. Kegiatan selama 3 bulan pertama ini meliputi kegiatan
Pelatihan tanggap darurat dan kesiapsiagaan warga serta Pelatihan pengurangan
resiko bencana berbasis masyarakat. Adapun detil kegiatannya ialah: Proses
pembentukan organisasi masyarakat dihadiri Ibu Kepala Dusun, Ketua RT 3 serta
tokoh masyarakat. Acara diawali dengan paparan Proposal dilanjutkan dengan
sarasehan pentingnya membuat organisasi masyarakat dan diakhiri dengan
Pembentukan organisasi masyarakat Dusun Bukul bernama Paguyuban Karya Mandiri
yang diketuai Bp. L. Kamsari.
Kegiatan
selanjutnya berturut-turut ialah Kajian Tanggap Darurat, Peringatan Dini pada
bulan November dan Peta Rawan Bencana dan Tempat Aman pada bulan Desember. Pada
kegiatan Kajian Tanggap Darurat dan Peringatan Dini ditemukan kearifan lokal
mengenai tanda-tanda alam sebelum terjadi
tanah longsor. Sebagai bentuk kesiapsiagaan, warga kelak akan melakukan
koordinasi dengan pengurus paguyuban dalam hal ini seksi kebencanaan. Selain
itu, disepakati alat komunikasi darurat yang akan diteruskan dengan pembuatan
kentongan, tata cara membunyikan kentongan dan hasilnya akan diinformasikan ke
warga.
Dalam
kegiatan Peta Rawan Bencana, peserta diajak membuat data: lokasi rumah
penduduk, jumlah penduduk, keberadaan kelompok rentan, daerah rawan longsor dan
letak fasilitas umum. Selain itu ditambahkan lokasi tempat aman untuk pengungsi
dan jalur evakuasi. Sebagai awal Mitigasi, dipilih warga dari 7 RT yang dilatih
menjadi regu penolong. Mereka akan menjadi pionir saat situasi darurat terjadi.
Mereka diperkenalkan dengan materi Pertolongan pertama gawat darurat, Kajian
cepat, Koordinasi dan Logistik serta Simulasi merespon bencana mengacu pada
Peta Rawan Bencana.
Pada
kegiatan Mitigasi, ada rancangan kegiatan ialah: Advokasi kepada
kepala desa, Sosialisasi peta rawan bencana, Sosialisasi jalur evakuasi serta
obrolan usul, saran dan masalah internal paguyuban. Dalam perencanaan Advokasi
hadir Kades Bp. Budi, pengurus Paguyuban diwakili Bp. Kamsari dan Bp. Yaidjo serta Tim Karina Posko Madiun. Beberapa hal yang dibahas ialah
penjelasan latar belakang, tujuan dan kegiatan. Beliau senang karena ada yang
membantu tugas beliau sebagai pamong masyarakat dan berharap terjadi pula di dusun lain. Tim
Karina Posko Madiun menginformasikan kegiatan belajar kesiapsiagaan dan tanggap
darurat warga selama mengikuti pelatihan. Kades menginformasikan ada bantuan
bibit Jabon. Juga bantuan alat biogas dari
Belanda. Kades mendapatkan materi pelatihan, gambar peta wilayah dan pamflet
bahan sosialisasi. Kades berharap ada program Karina yang lain yang dapat
digunakan untuk memajukan masyarakat Wates khususnya dalam peningkatan
kapasitas perekonomian dan lingkungan hidup. Beliau mengucapkan terima kasih
karena Karina membawa perubahan pada pola hidup masyarakat.
Selanjutnya
Tim Karina Posko Madiun menindaklanjuti rencana sosialisasi Peta rawan bencana.
Kegiatan ini akan dilakukan dengan pendekatan informal, mengundang beberapa
pengurus seksi terkait antara lain: Bp. Kamsari, Bp. Jarno, Bp. Yaijo, Bp.
Yatno dan Bp. Edi. Dalam kegiatan persiapan Sosialisasi peta rawan bencana,
pengurus Paguyuban mencermati 3 gambar peta yang berisi data posisi rumah
penduduk, keberadaan kelompok rentan dan letak tempat pengungsian, jalur
evakuasi dan titik berkumpul pengungsi. Selain itu dari 3 gambar peta yang
sudah diproses dengan corel-draw ditambahkan letak sumber-sumber air yang akan
dimanfaatkan warga. Hasil revisi akan disempurnakan sehingga bisa dicetak menjadi spanduk sebagai informasi kewaspadaan
terhadap ancaman tanah longsor.
Bersamaan
dengan itu ada sosialisasi rambu Jalur evakuasi yang mengacu pada 3 peta rawan
bencana di Dusun Jati, Petung dan Bukul. Paket rambu terdiri dari 1 unit papan
plat besi berstiker bertuliskan Titik kumpul pengungsi, 4 unit papan plat besi
berstiker bertuliskan Jalur evakuasi. Semua telah
ditempelkan di poskamling di Bukul bersama pemasangan 3 paket rambu jalur
evakuasi.
Dalam
pertemuan lanjutan, masih terbuka kesempatan masyarakat memperbaiki data yang terpasang
kepada pengurus Paguyuban untuk direvisi. Dari obrolan warga RT 3 mereka akan
membuat poskamling di dusun yang tidak ada poskamplingnya, meskipun pembicaraan tersebut belum final. Tim Karina
Posko Madiun mendorong agar pembangunan bisa dilaksanakan swadaya. Hal ini
sangat menggembirakan karena warga memahami perlunya poskamling sebagai sarana
siaga bencana dan media informasi.
Tim
Karina Posko Madiun didukung oleh Karina Keuskupan Surabaya yang dikoordinasi
Bp. Marcus Hariastono memang memiliki kompetensi dan waktu melakukan
pendampingan bagi organisasi masyarakat. Hal ini karena beberapa anggota Posko
Madiun pernah terlibat, memiliki dan menguasai materi dalam kegiatan
Pengurangan Resiko Bencana di Dusun Bayeman dan Kasreman serta terlibat dalam kegiatan
tanggap darurat di Dusun Bukul saat terjadi bencana.
Berkenaan
dengan rencana revitalisasi sarana air bersih, telah diusahakan
informasi awal tentang jarak sumber air ke pemukiman warga. Lokasi tersebut ada
di 3 tempat di wilayah Desa Wates, dengan perincian jarak sebagai berikut:
daerah Petung ke sumber air sekitar 1 Km, daerah Bukul ke sumber air sekitar 2
Km dan daerah Konang, Gunung Payung ke sumber air sekitar 3 Km. Informasi ini
didapat dari warga di lokasi tersebut ialah, Ibu Lasmini (Sesepuh Dusun Bukul)
dan Bp. Yatno (tokoh masyarakat). Selanjutnya akan ada diskusi dan perencanaan
untuk menindaklajuti rencana tersebut. (HAN/ALW).