Pada tanggal 17-20 September 2014, utusan dari
keluarga Caritas Indonesia (Karina), Frederikus Sundoko (Karina KWI) dan Emilia
(Karina Surabaya) menghadiri 2014 Asia
Regional Capacity Building Forum on Emergency / DRR / CBDP / CC di Phnom Penh,
Kamboja. Pertemuan tersebut dihadiri 48 orang mewakili 13 negara dari total 21
negara anggota Caritas Asia. Mereka berasal dari negara Bangladesh, India,
Kamboja, Myanmar, Mongolia, Indonesia, Nepal, Filipina, Pakistan, Singapura,
Sri Lanka, Thailand, Vietnam dan Australia. Hadir pula Caritas negara
lain seperti Caritas Austria, CAFOD Inggris, Catholic Relief Service Amerika,
Caritas Germany, Caritas Italiana, Caritas Switzerland dan Caritas
Internationalis.
Pertemuan ini merupakan pertemuan yang digagas
Caritas Asia, sebagai tindak lanjut pertemuan di Yogyakarta pada April 2013. Pertemuan membicarakan tentang apa yang
sudah dilakukan dan akan dilakukan di masa yang akan datang, kemungkinan
berjejaring antar anggota, berbagi informasi, sumber daya, sarana belajar,
pengembangan kapasitas dan pengembangan organisasi.
Pertemuan kali ini memiliki fokus pada menggali kerjasama antara CIMOs dan rekanan lain dalam memperkuat prosedur respon kemanusiaan yang sudah ada. Juga kesempatan berbagi dan belajar satu sama lain tentang inisiatif, intervensi, strategi dan pendekatan, termasuk mengidentifikasi peluang dan gap dalam ER, DRR dan DBDP serta upaya mengintegrasikan isu perubahan iklim. Para peserta melakukan kunjungan lapangan ke Desa Barong dan Preak Russey untuk melakukan pengamatan dan memberikan masukan kepada Caritas Cambodia berkenaan dengan program yang telah mereka lakukan di kawasan bencana banjir.
Pada sesi sharing, perwakilan Caritas negara yang hadir membagikan pengalaman dalam kegiatan ER, DRR dan DBDP. Caritas Cambodia mengisahkan pengalaman bersama HAN-net (The Networking for Humanitarian Accountability Network) yang didirikan untuk meningkatkan dan memperluas kapasitas anggota. Hal tersebut dilakukan agar transparan dalam melakukan tugas kemanusiaan, membuat sistem informasi antar pemberi bantuan dan memperluas kerjasama antar pekerja kemanusiaan dan pemerintah.
Beppe dari Caritas Italiana memaparkan tentang cycloon nargis dan ancaman lain, serta memberikan pemaparan struktur Gereja, hubungan dengan pemerintahan, situasi umat, donasi yang mereka dapatkan dan penyaluran dana mereka. Frederikus Sundoko dari Karina memaparkan kerentanan di Indonesia yang merupakan supermarket bencana karena ring of fire melintasi Indonesia. CRS memberikan dukungan dalam peningkatan kapasitas kepada para relawan dalam program CB4ER, Sphere dan ERICA kepada beberapa anggota. Sementara perwakilan dari Filipina menceritakan NASSA saat ini memiliki 2 orang di bagian program yang menangani peningkatan kapasitas serta tantangan yang dihadapi karena banyak NGO asing yang masuk ke Filipina. Saat ini mereka kekurangan orang.
Elizabeth dari CRS menceritakan pembentukan Emergency Respons and Preparedness Team yang dibentuk di Filipina. Pembentukan tersebut bukan kegiatan yang dilakukan sekali-sekali, tetapi kegiatan terus-menerus dalam bentuk TOT dan workshop. Di tingkat komunitas menyelenggarakan pelatihan regional, simulasi bencana, rencana aksi, evaluasi dan tindak lanjut.
Robert Cruickshank, manajer program CAFOD Pakistan, mengulas situasi kebencaan saat ini sebagai penyebab kematian terbesar karena menghilangkan mata pencaharian dan mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi negara berkembang. Caritas Internationalis memberikan kontribusi besar untuk memperbaiki kehidupan manusia lewat bantuan, mulai yang terbesar ke Haiti, Pakistan, Filipina dan Siria. Robert mengajak peserta mengindentifikasi kekuatan dan kekurangan dalam ER serta memikirkan untuk meningkatkan kemampuan Caritas Asia dalam respon bencana.
Pada sesi mengidentifikasi kekuatan dan yang perlu
ditingkatkan Caritas Asia, terungkap kekuatan Caritas Asia mampu menangkap
gagasan dalam waktu cepat, setiap negara memiliki dana cadangan dan memiliki kapasitas serta jaringan
meskipun masih memerlukan dukungan Caritas lain. Sementara yang
perlu ditingkatkan oleh Caritas Asia ialah sumber daya manusia, kemampuan
teknis (kepemimpinan, kemampuan teknis, komunikasi, kemampuan Caritas Asia masuk ke negara lain). Selain itu, kelemahan Caritas Asia tentang komunikasi
dan media, karena selama ini Caritas Asia bekerja tetapi kurang terekspos
media. Antara lain karena jejaring Caritas memilih karya di tempat yang membutuhkan bantuan namun tidak terekspos dan jauh dari jangkauan media.
Di
penghujung acara, Aloysius John dari Caritas Internationalis menjelaskan misi
dan Strategic Framework 2011-2015 serta tantangan dan solusi yang ditempuh. Zar
Gomez, Koordinator Regional Caritas Asia meminta pendapat dari para peserta
tentang kemungkinan Caritas Asia memiliki tim kemanusiaan, perbaikan jejaring
dan saran untuk Caritas Asia ke depan. (EML).