Pertemuan
perwakilan Credit Union (CU) kelompok 1 diadakan oleh Komisi PSE Keuskupan
Surabaya di Wisma Hening Griya, Surabaya 13-14 Oktober 2012. Pertemuan tersebut
dihadiri 10 CU yang masing-masing mengirimkan 3 orang dari unsur
manajemen CU, pengawas atau pengurus.
Selain memberi kesempatan para aktivis CU membagikan pengalaman, tantangan serta refleksi, pertemuan tersebut memberi kesempatan para aktivis menyampaikan usulan untuk mendukung gerakkan CU di Kuskupan Surabaya. Beberapa usulan yang menjadi masukan penting ditujukan kepada, Komisi PSE yang memiliki prioritas program Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) / CU, kepada masing-masing primer serta Tim CU yang diharapkan dapat mendorong prioritas program tersebut.
Komisi PSE
Komisi
PSE diharapkan terus mendorong, mempromosikan gerakan CU. Misalnya dengan membuat
brosur, promosi melalui media gereja atau mendorong Seksi sosial paroki
mensosialisasikan CU. Yang sangat mendesak
ialah mengadakan pertemuan atau Forum CU. Forum ini terdiri dari seluruh paroki
yang memiliki kegiatan pemberdayaan keuangan mikro atau CU. Mereka dapat
dikumpulkan setahun 2 kali entah dalam bentuk rekoleksi, retret, pendampingan
atau pembinaan yang sifatnya soft
competences, dalam hal spiritualitas, rohani, moral atau etika ekonomi menurut
pandangan Gereja.
Berkenaan dengan pembekalan yang sifatnya hard competences, pertama-tama bukan wilayah forum ini, melainkan bagian dari pendampingan Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) di mana masing-masing primer CU dapat didorong untuk bergabung. Meskipun demikian, beberapa pelatihan yang mendesak dapat dilakukan, misalnya berkenaan dengan kaderisasi aktivis CU.
Berkenaan dengan pembekalan yang sifatnya hard competences, pertama-tama bukan wilayah forum ini, melainkan bagian dari pendampingan Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) di mana masing-masing primer CU dapat didorong untuk bergabung. Meskipun demikian, beberapa pelatihan yang mendesak dapat dilakukan, misalnya berkenaan dengan kaderisasi aktivis CU.
Sebagaimana
diketahui, ada 4 kelompok ditinjau dari sudut pandang gerakan CU ialah,
kelompok yang mantap, kelompok yang belum mantap, kelompok yang tergerak
mendirikan dan kelompok yang belum tergerak. Harapannya kelompok yang mantap
membantu kelompok yang lain. Inilah yang dapat diusahakan agar setiap CU saling
mendukung dalam aneka pendampingan, pembinaan dan pendidikan CU
yang berkelanjutan.
Forum dan Tim CU
Tim
CU yang kelak dibentuk akan mendukung persiapan dalam hal pengembangan CU secara
berkelanjutan. Sosialisasi ini dapat berupa penerbitan buku atau
menyelenggarakan seminar, lokakarya yang sifatnya memperkenalkan CU. Hal penting
yang perlu disampaikan dalam materi itu ialah pengenalan tentang CU, perintisan
CU dan pengembangan CU modern.
Materi gerakan CU dalam bentuk sarasehan atau pendalaman iman di komunitas basis perlu dirancang dengan menyampaikan 3 pilar CU. Yang pertama ialah gotong-royong yang terkait dengan pengembangan persekutuan di komunitas, dengan menekankan nilai saling percaya. Lalu penjelasan tentang CU yang menekankan swadaya untuk saling memberdayakan dengan menabung, sebagai wujud membangun persekutuan, bukan mengutamakan meminjam. Umat dan perangkat pastoral perlu memahami bahwa gerakan CU adalah bagian dari karya sosial pemberdayaan atau transformatif yang perlu diinisiasi, bukan karya sosial karitatif. Tak ketinggalan testimoni dari anggota CU, yang merasakan manfaat positif dan aktivis CU yang menekankan semangat pelayanan. Materi akan dibingkai dalam kemasan kisah nyata aneka masalah, alternatif solusi dari CU serta menyampaikan teks Kitab Suci dan kutipan Ajaran sosial gereja.
Materi gerakan CU dalam bentuk sarasehan atau pendalaman iman di komunitas basis perlu dirancang dengan menyampaikan 3 pilar CU. Yang pertama ialah gotong-royong yang terkait dengan pengembangan persekutuan di komunitas, dengan menekankan nilai saling percaya. Lalu penjelasan tentang CU yang menekankan swadaya untuk saling memberdayakan dengan menabung, sebagai wujud membangun persekutuan, bukan mengutamakan meminjam. Umat dan perangkat pastoral perlu memahami bahwa gerakan CU adalah bagian dari karya sosial pemberdayaan atau transformatif yang perlu diinisiasi, bukan karya sosial karitatif. Tak ketinggalan testimoni dari anggota CU, yang merasakan manfaat positif dan aktivis CU yang menekankan semangat pelayanan. Materi akan dibingkai dalam kemasan kisah nyata aneka masalah, alternatif solusi dari CU serta menyampaikan teks Kitab Suci dan kutipan Ajaran sosial gereja.
Untuk
mendukung terwujudnya aneka masukan itu, selain Forum CU, perlu pula dibentuk
Tim CU yang terdiri dari perwakilan masing-masing CU. Mereka ini yang
diharapkan dapat mengolah berbagai masukan dalam program-program kegiatan
dengan sasaran stakeholders gerakan CU, Pastor paroki, Dewan pastoral paroki,
perangkat pastoral di wilayah, stasi, lingkungan, sekolah dan lain-lain.
Harapannya, di dalam Tim tersebut selain terdapat unsur Komisi PSE, perwakilan
CU juga perlu didukung akademisi dari berbagai Pergururuan Tinggi Katolik
Keuskupan Surabaya, misalnya Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya dan
Madiun, Dharma Cendika dan STKIP Widya Yuwana, Madiun.
Kerjasama Antar Primer
CU
Sementara masing-masing primer CU, diharapkan dapat berinisiatif menjalin kerjasama. Misalnya CU yang sudah mantap sebanyak 10 CU, perlu bekerjasama di tingkat antar paroki atau kevikepan, dengan difasilitasi Seksi sosial. Mereka dapat melakukan kegiatan yang sifatnya membantu lahirnya CU, mendampingi perintis CU serta perkembangan CU, khususnya yang masih belum tergabung dengan Puskopdit.
Sementara masing-masing primer CU, diharapkan dapat berinisiatif menjalin kerjasama. Misalnya CU yang sudah mantap sebanyak 10 CU, perlu bekerjasama di tingkat antar paroki atau kevikepan, dengan difasilitasi Seksi sosial. Mereka dapat melakukan kegiatan yang sifatnya membantu lahirnya CU, mendampingi perintis CU serta perkembangan CU, khususnya yang masih belum tergabung dengan Puskopdit.
Hasil
yang dicapai ialah CU yang sudah mantap, menjadi referensi bagi CU lain atau
paroki lain di kevikepannya masing-masing. Hal itu dapat ditempuh dengan saling
berkunjung dan belajar, antar paroki dan antar CU, tukar menukar informasi,
magang dan sebagainya sehingga meminimalkan kecenderungan saling bersaing,
melainkan saling membantu. Karena selama ini, selalu muncul pertanyaan tentang perlu
atau tidak mendirikan CU yang diajukan oleh perangkat pastoral paroki. Padahal
pendirian CU bergantung pada komitmen anggota, demikian pola pendiriannya,
apakah mendirikan sendiri atau menjadi tempat pelayanan saja.
Sebagai contoh, praktek yang berjalan di CU Barerod Gratia di Keuskupan Agung Jakarta, jika anggota sudah melebihi 4.000 orang, maka ada pola sel untuk membentuk tempat pelayanan atau unit tersendiri. Namun demikian, unit tersebut tetap terikat dengan primer CU, sehingga badan hukum dan manajemanya sudah tertata.
Sebagai contoh, praktek yang berjalan di CU Barerod Gratia di Keuskupan Agung Jakarta, jika anggota sudah melebihi 4.000 orang, maka ada pola sel untuk membentuk tempat pelayanan atau unit tersendiri. Namun demikian, unit tersebut tetap terikat dengan primer CU, sehingga badan hukum dan manajemanya sudah tertata.
Sasaran akhirnya, setiap CU atau paroki yang akan serta sedang merintis CU dapat memenuhi kriteria berbadan hukum, manajemen yang baik, bergabung dengan Puskopdit, menyelenggarakan sosialisasi dan pendidikan terus-menerus kepada anggota. Dan tentu agar CU mendukung pemberdayaan kewirausahaan serta gerakan Hari pangan sedunia kepada para petani.
Beberapa
hal yang diusulkan masing-masing primer yang harapannya didukung oleh Komisi PSE
ialah menerbitkan brosur atau buletin, panduan sosialisasi CU, perintisan dan
pengembangan CU modern. Selain itu perlu ada penyelanggaraan pendirikan berkelanjutan bagi para
pengawas, pengurus dan manajemen, kaderisasi aktivis, pembekalan katolisitas
bagi para aktivis CU dan lain-lain. Untuk sosialisasi CU, dapat ditempuh melalui media tabloid Jubileum dalam bentuk konsultasi keuangan.
Kerjasama Jejaring
Berkenaan
dengan kerjasama di tingkat jejaring antar CU, perlu ada koordinasi gerakan
dengan CU yang tidak berbasis paroki. Misalnya CU Primadanarta, Pukat Swadaya
Sejahtera atau yang lain. Sementara terkait dengan Puskopdit, Komisi PSE dapat mengadakan
koordinasi dengan 3 Puskopdit yang ada di Jawa Timur, ialah Puskopdit Jatimtim,
Jatimbar dan Jatimsel. Kerjasama itu tentu dalam rangka pengembangan CU di
wilayah Jawa Timur, agar semakin melayani masyakarat dan mewujudkan
kesejahteraan bersama.
Di akhir acara, setelah disepakati terbentuknya Tim CU, maka terpilih perwakilan CU yang terdiri dari unsur pengawas, pengurus dan manajemen. Mereka adalah: Bp.
Alrino, dari manajemen CU PUKAT Swadaya Sejahtera, Surabaya, Bp. Istanta, dari
manajemen CU Prima Danarta, Surabaya, Bp. Sudarmadji dari pengawas CU Lembaga
Karya Dharma, Surabaya, Bp. Sunardi Rudikan, dari pengurus CU Swadaya
Sejahtera, Paroki Aloysius Gonsaga, Surabaya, Bp. P. Rahmadi dari pengawas CU
TP Prima Danarta, Paroki Sakramen Mahakudus, Surabaya, Bp. Antonius Wadjija,
dari pengurus CU Gotong Royong, Paroki St. Maria, Jombang, Bp. RN. Bambang
Gunadi, dari pengurus CU Bina Sejahtera, Paroki St. Yosep, Ngawi, Bp. Didik
Widyanto, dari pengurus CU Tri Tunggal, Paroki St. Petrus, Tuban, Bp. Gregorius
Dwi Santosa, dari manajemen, CU Dwi Jasa, Stasi Kristus Raja, Kampung Baru,
Pare dan Bp. Antonius Boyni dari pengurus, CU Bintang Timur, Paroki St. Yusup,
Blitar. (Notulensi pertemuan CU ketegori 1).