30 Oktober 2012

Partisipasi Dalam Konferensi PRB

 
5th Asean Ministerial Conference Disaster Risk Reduction (AMCDRR) 2012 berlangsung tanggal 20-25 Oktober 2012. Platform Nasional Pengurangan Resiko Bencana (Planas PRB) bekerjasama dengan beberapa LSM yang peduli dengan Persoalan Anak dan Pengurangan Resiko Bencana turut hadir. Karina yang tergabung dalam Planas mengikutsertakan beberapa peserta. Perwakilan Karina untuk AMCDRR 2012 berkumpul di Yogyakarta sejak 20 Oktober 2012.

Peserta terdiri dari beberapa Karina Keuskupan di Indonesia, seperti Keuskupan Bandung, Surabaya, Semarang, Manado, Semarang, Maumere, Larantuka dan Purwokerto. Karina Surabaya mengutus Sdri. V. Dwi Farida Yanti (Posko Pare) dan Sdr. Martinus Sapto (Posko Madiun). Dari sebelas peserta AMCDRR 2012, dua di antaranya masih anak-anak berumur 12- 13 tahun. AMCDRR 2012 terbagi dalam tiga kelas yaitu Media Pre Conference, Children Pre Conference dan Youth Forum. Sejak 21 Oktober, para peserta perwakilan Karina menyiapkan diri dengan materi-materi dasar yang terkait dengan acara. Karena sebagian besar masih minim pengalaman dalam kebencanaan.

Pada hari pertama, 21 Oktober, para peserta bertemu dengan kaum muda dari Korea. Aktifitas diselenggarakan di lereng Gunung Merapi, tepatnya Desa Turgo, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Para anggota delegasi saling bertukar pendapat dan sharing dengan warga Turgo tentang peranan kaum muda dalam Penanganan Resiko Bencana. Karena terhambat bahasa peserta mengalami miss communication dalam pemahaman. Akhirnya diputuskan untuk sharing atau bertukar pikiran dengan kaum muda dari sesama delegasi Indonesia. Hasil diskusi disuarakan dalam konfrensi keesokan harinya. Untuk delegasi Korea, mereka melakukan live in selama satu hari satu malam, untuk mengenal Turgo lebih dekat. Sedangkan untuk delegasi Indonesia pulang ke penginapan Pre-Conference.

Keesokan harinya, delegasi Indonesia melakukan Pre-Conference di Jogya Expo Center (JEC) dengan beberapa perwakilan dari delegasi Jepang, India, Myanmar, Kamboja, Vietnam, Thailand, Indonesia dan Korea. Delegasi Indonesia diwakili dari komunitas Skala dan Dompet Dhuafa. Dalam Pre-Conference, para delegasi berpendapat dan saling memberikan penilaian tentang apa yang telah dilakukan negara masing-masing dalam PRB. Dari beberapa sesi Pre-Conference, delegasi dari Indonesia memberikan beberapa statement tentang kurangnya keikutsertaan kaum muda dalam PRB, kurangnya fasilitas komunikasi dan informasi, serta bagaimana mengemas konsep PRB sehingga melibatkan peran kaum muda. Dari beberapa statementyang muncul, delegasi Indonesia lebih mengacu pada kenyataan PRB yang pernah dialami.

Pada hari ketiga, delegasi Indonesia diajak bertemu delegasi dari Korea di Realino, Yogyakarta bersama teman-teman LSM yang terlibat dalam kebencanaan dan beberapa perwakilan dari instansi pemerintah. Masalah bahasa dan waktu membuat delegasi Korea segera meneruskan jadwal ke JEC. Tetapi, delegasi dari Indonesia meneruskan sesi sharing dengan LSM dan perwakilan instansi pemerintah. Dalam sesi ini, teman-teman memberikan tanggapan dalam enam statement yang muncul dari beberapa LSM dan perwakilan instansi pemerintah, yaitu :

i. Pembagian bantuan yang mengacu pada KTP, sangat menyulitkan masyarakat.

ii. Pembagian bantuan yang tidak merata dan terkesan hanya terhenti dalam satu tempat saja, sehingga terlihat banjir bantuan dalam satu titik.

iii. Penanganan untuk balita masih sangat kurang, karena makanan yang kurang pas. Akibatnya banyak balita yang rentan terkena penyakit.

iv. Satgas Linmas atau BNPB telah diberikan mandat khusus untuk menangani kebencanaan yang lebih disudutkan dalam kegiatan untuk evakuasi. Jumlah anggota sekarang 365 personil sudah terlatih dan disiapkan untuk SAR dan Rescue.

v. Kurang terorganisirnya badan-badan yang menangani kebencaan, terlihat seperti berlomba-lomba dalam penanganan bencana menunjukkan kurang dalam koordinasi dengan pemerintah.

vi. Mengajak dan melibatkan kelompok rentan dalam PRB.

Dari beberapa statement yang muncul, kaum muda pun memberikan tanggapan yang cukup signifikan, yaitu :

i. Menanggapi tentang bantuan yang mengacu pada KTP, delegasi Indonesia memberi tanggapan bahwa semua itu bisa dilakukan semaksimal mungkin. Solusi lain untuk menghindari kesalahan jika tidak mengacu pada KTP, bisa melakukan assessment door to door dan tidak hanya mengacu data –data yang ada.

ii. Pembagian bantuan yang tidak merata dan terkesan berlimpah pada satu titik, statement tersebut mendapatkan tanggapan dari delegasi Indonesia. Bahwa belum tentu semua itu benar, karena setiap penanganan masing-masing LSM atau instansi berbeda konsep cara penanganannya. Ada yang melakukan penanganan hingga pasca bencana dan ada juga yang melakukan penanganan pada saat bencana saja. Oleh karena itu terkesan seperti berhenti pada satu titik.

iii. Melibatkan kelompok rentan pada penanganan resiko bencana, mendapat tanggapan positif dari teman–teman delegasi Indonesia. Hal itu bisa menjadi langkah baik, karena dengan melibatkan kelompok rentan memberikan kesempatan dan juga pembagian tugas dalam penanggulangan resiko bencana.

Dari beberapa statement, disimpulkan bahwa setiap penanggulangan mempunyai langkah dan kapasitas yang masih beragam dan juga harus diikuti koordinasi yang baik dengan berbagai pihak, yang terkait kebencanaan.

Pada tanggal 24 Oktober delegasi dari Indonesia diajak singgah di Daerah Sarimulyo, Bantul. Di tempat itu, karang taruna sangat berperan aktif di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Contoh konkret adalah mengelola sampah dari pasar yang kemudian dikumpulkan dan diproses menjadi pupuk organik. Dari hasil penjualan pupuk digunakan untuk operasional dan juga dikelola sebagai bentuk koperasi, yang juga diharapkan membangkitkan kesadaran warga pasar dari jerat rentenir.

Jogya Expo Center telah menunggu kehadiran peserta Karina untuk mengikuti kegiatan yang memang berbeda dengan kegiatan-kegiatan terdahulu. Delegasi Indonesia masih mempunyai waktu untuk mengikuti beberapa sesi, yaitu teman-teman delegasi Children Pre Conference. Walau hanya untuk anak- anak, kaum muda tak mau kalah untuk ikut andil dalam kegiatan.
  
Pada sore hari beberapa pihak yang tergerak hati dalam kebencaan mengadakan kegiatan alternatif yang diberi istilah Pesta Rakyat. Maksud acara tersebut supaya masyarakat luar dapat menyuarakan apa yang menjadi keingginan mereka dalam penangganan bencana. Banyak sekali yang terlibat dan ikut menyumbangkan ide kreatif. Termasuk deklarasi yang memberi dukungan bagi perjuangan teman-teman difable. (Karina)