05 April 2011

Masa Pra Paska, Masa Aksi Puasa Pembangunan

Masa Pra Paska dikenal sebagai masa pertobatan. Masa pertobatan identik dengan masa pantang dan puasa. Pantang dan puasa menjadi bagian pokok dalam Aksi Puasa Pembangunan atau yang biasa disebut masa APP.

Sejak awal kekristenan, pertobatan merupakan bagian penting dalam kehidupan umat Katolik. Yesus sendiri mengatakan, "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil" (Mrk 1: 15). Pertobatan diletakkan pada masa Prapaska, ketika umat diajak menyadari dosa dan kelemahan. Dosa yang sama itu telah menyebabkan Yesus menderita dan wafat di salib. Maka, tepat sekali di masa menjelang Paska umat memasuki Retret Agung dalam suasana pertobatan, merefleksikan dosa dan kelemahan demi mengenangkan Yesus yang menderita. Umat Katolik diajak untuk menapak tilas sengsara Yesus dalam laku pantang dan puasa.

Di masa prapaska ada beberapa hal yang dapat ditempuh untuk mewujudkan pertobatan itu:

- Doa, Ibadat Jalan Salib dan Sarasehan Iman

Di masa prapaska, umat Katolik diharapkan mendalami dan menghayati kehidupan doanya. Penghayatan doa tentu bukan memperbanyak doa hafalan semata. Selain doa pribadi, umat sebaiknya berdoa dalam ibadat atau dalam persekutuan umat. Doa yang dimaksud tentu juga doa bagi kepentingan masyarakat dan Gereja. Doa tersebut berupa pula Ibadat Jalan Salib setiap Jumat selama masa Prapaska. Dalam ibadat jalan salib, umat diajak mengenangkan sengsara Yesus sambil merefleksikan diri bahwa karena dosa dan kesalahan yang sama, manusia jalam ini pun telah menyelibkan Yesus. Selain itu, ada pula bahan sarasehan iman yang dipakai di lingkungan atau komunitas basis umat. Sarasehan iman ini didasarkan pada tema dan kerangka dasar APP Nasional yang dikontekstualkan dalam sub tema di setiap Keuskupan. Sarasehan iman mengajak umat mengamati situasi dunia saat itu, menilai dan menemukan jawaban iman atas situasi tersebut dan terdorong untuk melakukan aksi nyata untuk memperbaiki situasi sebagai bentuk pertobatan

- Pantang dan Puasa

Puasa dan pantang dapat dimaknai sebagai ikut serta dalam penderitaan Yesus dengan menahan diri serupa latihan rohani. Keduanya tidak sekedar tidak makan makanan tertentu, mengurangi jatah makanan atau bahkan tidak makan atau minum sama sekali. Puasa dan pantang diaharapkan sebagai ajakan untuk kesediaan mengikuti Yesus, mengatur diri lebih baik serupa mati bersama Yesus (Kol 2: 20). Puasa dan pantang tidak sekedar berhenti dengan mengurangi, namun efek dari mengurangi itu diwujudkan dalam rupa amal kasih kepada sesama yang membutuhkan. Pantang dan puasa menemukan essensi dalam penyangkalan diri. Penyangkalan diri dapat berupa mengamalkan sikap jujur, kerja keras, tahu batas, solider dan sebagainya. Dengan demikian puasa dan pantang selain merupakan ekspresi sukarela mengikuti Yesus yang menderita juga merupakan bentuk solidaritas nyata kepada mereka yang berkekurangan dan menderita.

- Amal Kasih

Amal kasih merupakan bentuk nyata dari pertobatan. Pertobatan menemukan bentuk yang berdampak baik kepada sesama jika disertai ungkapan silih atas dosa. Jika seorang berdosa dan mengakui kesalahan akan semakin sempurna dilengkapi dengan niat baik untuk melakukan amal kasih. Kisah Zakheus yang mengembalikan apa yang didapatnya secara tidak halal merupakan bentuk ungkapan pertobatan yang bertanggung jawab. Amal kasih merupakan bentuk nyata pertobatan, ialah perubahan dari sikap yang mengabaikan perintahNya, menjadi sikap berbalik kepadaNya. Di masa Prapaska, amal kasih diungkapkan dalam dimensi persekutuan, dihayati dan dijalani sebagai tindakan bersama. Tindakan itu berupa mengumpulkan dana, sebagai bagian dari pantang dan puasa. Pengumpulan dana tersebut digunakan untuk membantu karya-karya nyata bagi siapapun yang membutuhkan. Kegiatan itu disebut sebagai Aksi Puasa Pembangunan.