09 September 2010

Pelatihan Batik Life Skills




Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Batik Life Skills, demikian nama pelatihan yang diadakan oleh Wanita Katolik Cabang Paroki St. Petrus dan Paulus Rembang. Pelatihan ini diudukung oleh Panitia APP Keuskupan Surabaya.

Sebagaimana diketahui, Batik merupakan aset asli budaya bangsa Indonesia yang ditetapkan oleh lembaga PBB untuk urusan pendidikan dan kebudayaan, Unesco. Begitu berharganya aset budaya tersebut, namun kenyataannya semakin sedikit penerus budidaya Batik. Data menunjukkan bahwa kapasitas produksi industri Batik Lasem di wilayah Kabupaten Rembang menurun drastis dari 144 pengusaha menjadi hanya 20 saja pada tahun 2006. Padahal Batik Lasem sebenarnya terkenal dengan batik pesisir atau batik yang cirinya indah dengan pewarnaan yang berani. Situasi inilah yang memanggil Wanita Katolik Cabang Rembang untuk ikut serta berperan aktif dalam memperkenalkan dan membudidayakan Batik.

Menurut penanggungjawab pelatihan, Ibu Agustina Dwi Indah Ratnawati, Batik Life Skills ini diikuti oleh sebagian besar kaum ibu anggota WKRI dan sebagian kecil kaum remaja putri. Total peserta sebanyak 25 orang. Peserta diajar untuk dapat membatik dari tingkat dasar hingga menjadi kain batik dengan 1 warna saja, harapannya sampai 2 atau 3 warna.

Sebelum memulai pelatihan panitia mempersiapkan beberapa peralatan pendukung, yaitu kain mori, gawangan sebagai kayu peyangga kain saat membatik, canthing alat tulis batik, kompor dan wajan untuk memanaskan bahan warna kain dari lilin, serta dingklik tempat duduk pembatik. Selain itu, diperlukan pula malam / bahan lilin sebanyak 30 kg, pewarna, minyak kethel dan minyak tanah serta meja kaca.

Materi yang diberikan meliputi pengetahuan teori dan sejarah Batik, mengethel yaitu membuat kain mori yang baru dibeli menjadi kain yang siap dibatik dengan menghilangkan zat kimia yang ada, lalu mendesain gambar, mengeblad yaitu gambar desain ditulis ulang di kain mori dengan pensil. Tahap selanjutnya peserta diajar cara memegang canthing alat pelukis di kain, kemudian diajar cara menggoreskan canthing yang telah diisi lilin panas pada kain yang telah didesain. Tahap inilah yang sesungguhnya disebut membatik. Tahap membatik ini dibagi dalam beberapa latihan yaitu membatik di kertas, di kain kecil dan akhirnya di kain besar.

Tahap berikutnya peserta belajar membuat isen atau memberi isi pada kain batik yang masih lowong belum digambari. Berikutnya tahap nerusi, membatik pada bagian belakang kain yang gambarnya belum jelas terlihat. Lalu diteruskan dengan mewarnai. Sesudahnya tahap melorot, ketika lilin yang ada di kain batik dibersihkan dengan cara merebus kain dengan air panas. Kain yang sudah dilorot kemudian dikanji dan diakhiri dengan tahap finishing atau yang biasa disebut tahap mengemplong.

Keduabelas tahapan pelatihan ini dilaksanakan dalam waktu 30 hari atau jika diringkas selama 1 bulan. Tepatnya pada bulan Maret hingga Juli 2010. Para instruktur terdiri dari 2 orang dan 4 asisten. Hasilnya peserta telah bisa membuat batik dari awal hingga sanggup menghasilkan batik meskipun dengan 1 warna. Ketua WKRI Cabang Rembang, Ibu Maria Regina Tri Maryati mengharapkan ada pelatihan Batik Life Skills Tingkat Lanjutan. Karena para peserta yang telah memahami dasar membatik akan lebih meningkatkan kemampuannya untuk membatik dengan lebih indah atau bahkan berani membuka usaha batik sendiri.

Hal itu tidak mengherankan karena batik selain menjadi budaya bernilai seni tinggi, nilai jual di pasar menjanjikan, dengan rata-rata harga kain batik Rp. 300.000,- ke atas. Beberapa nama batik dari pesisir pantura itu antara lain Bledak Campur, Geblok Kasur, Jahe Jahean, Kawung Kotak, Melati Manukan, Sekar Jagad, Jawaran, Lok Chan, Watu Pecah dan lain-lain yang tidak ditemukan di tempat lain.