01 Mei 2009

Evaluasi Gerakan Credit Union


Para ketua seksi sosial paroki dan aktivis gerakan Credit Union (CU) se-Keuskupan Surabaya berkumpul di Pohsarang, Kediri, 25 – 26 April 2009. Mereka merefleksikan gerakannya dalam mengembangkan CU di parokinya masing-masing. Acara dibuka dengan ibadat bersama. Setelah itu, masing-masing kevikepan berkumpul dalam kelompok untuk mensharingkan kegiatan pengembangan CU di kevikepannya masing-masing. Lalu disampaikan dalam pleno.

Malam harinya, Bp. Antonius Boyni mensharingkan pengalaman mendirikan CU Bintang Timur di Garum, Blitar. Dari pengalamannya, beliau memberikan 7 resep pengembangan CU. Pertama, memahami bersama credit union bahwa CU menjadi sarana dalam menjalankan kerasulan umum dan mendatangkan kebaikan bersama. CU berarti orang yang saling percaya dalam suatu ikatan dan bersepakat untuk menabungkan uang sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan antar sesama, dengan bunga yang layak serta tujuan produktif dan kesejahteraan. Kedua, membangun kesepakatan berkaitan dengan anggota, siapa pengurusnya, berapa jumlah simpanan pokok, wajib dan lainnya. Ketiga, membangun kesehatian, sehati antar pengurus, pengawas dengan manajemen kehati-hatian. Keempat, memperjuangkan badan hukum dan masuk jaringan Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit). Kelima, menyadari arah pengembangan karena CU adalah usaha mikro yang memiliki nilai untuk membantu anggotanya sendiri maka semua diperlakukan secara sama. Keenam, tiada sukses tanpa perjuangan. Ketujuh, membuka produk simpanan dan pinjaman baru sesuai dengan kebutuhan real anggotanya.

Selanjutnya, Bp. Boyni memaparkan paradigma baru CU. Paradigma baru menyangkut keanggotaan minimal 1000 orang, punya manager yang bertanggungjawab pada manajemen harian, punya kantor tetap, menggunakan IT, memiliki aset simpan anggota sebesar Rp. 1 milyar, berbadan hukum, dikelola secara harian, ada rencana strategis, memiliki pola kebijakan dan standar operasional prosedur serta ada imbal jasa untuk para pengurus dan pelaksana.

Keesokan harinya, acara diawali dengan Misa Kudus yang dipimpin oleh Rm. A. Luluk Widyawan, Pr. Dalam kotbah yang disampaikan Rm. P. Kusnugroho, Pr dikatakan bahwa Yesus sangat mementingkan perjamuan. Maka, warung-warung murah sudah dibuka di paroki dapt menjadi sarana awal untuk menjaring anggota CU.

Pada sesi selanjutnya, Rm. Stephanus Bijanta, CM dari Komisi PSE KWI menyemangati peserta bahwa gerakan CU menjadi alternatif yang dianjurkan Gereja. Dalam Nota Pastoral KWI 2006 para wali Gereja mengajak seluruh warga Gereja untuk memulai habitus baru dalam membangun ekonomi yang berkeadilan. Selain itu, peluang berdialog karya dengan seluruh lapisan masyarakat menjadi mungkin dalam gerakan CU. Menurut beliau, di beberapa tempat yang dianimasi Komisi PSE KWI seperti di Papua, Banjarmasin, Nias, Batam dan Jakarta sudah mulai kelihatan anggota yang meningkat pesat dan jumlah aset di atas Rp. 3 milyar dalam tempo rata-rata 2 tahun saja. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mampu dan tidak miskin asal mau berdaya. Gerakan CU menjadi koreksi karya pelayanan sosial Gereja, karena bagaimanapun Gereja selama ini memberikan pengaruh negatif dengan karya sosial karitatif yang mudah namun menjerumuskan dan membuat tergantung, hal ini tampak dari pemerintah membagikan bantuan langsung tunai (BLT). "Sebenarnya kita harus malu kalau ternyata yang selama ini kita bantu tidak maju dan tetap mengharapkan bantuan kita. Padahal kita hidup bersama mereka, mereka ada di depan mata kita, namun mereka tidak sejahtera. Sangat memprihatinkan", tegas pastor kelahiran Ambarawa.

Sesi selanjutnya, Bp. FX Soegeng membawa peserta untuk menyadari manfaat CU untuk dipasarkan kepada masyarakat. Kalau CU dianggap bermanfaat dan bernilai, para anggota akan otomatis menjadi tenaga pemasaran yang sangat handal dengan mengupayakan members get members. Maka, para aktivis CU harus yakin dengan apa yang dipromosikannya, memiliki trik dan strategi, juga kepada kaum menengah ke atas yang selama ini enggan bergabung dalam CU.

Di bagian akhir, Rm. A. Luluk Widyawan, Pr menggariskan prioritas kebijakan Komisi PSE yang salah satunya mengembangkan CU. Selama tahun 2008, dana Komisi PSE yang dimanfaatkan untuk mendukung gerakan CU masih minim, hanya 7 % saja, mereka antara lain Paroki St. Petrus dan Paulus, Rembang dan Paroki St. Pius X, Blora yang mengajukan proposal pelatihan dan dukungan mendapatkan status badan hukum. Selain itu, Komisi PSE Keuskupan Surabaya sudah membentuk tim kecil yang secara khusus menangani Credit Union yakni Rm. Kusnugroho, Pr, Bp. Antonius Boyni dan Bapak Boediono. Tim ini yang akan mendorong, mengolah rencana strategis, memonitor dan mengevaluasi gerakan CU. Rm. A. Luluk Widyawan, Pr menanyakan kembali komitmen gerakan CU, mengharapkan usulan yang dapat dilakukan Komisi PSE untuk pengembangan CU serta menghimbau dibentuknya Tim CU di setiap kevikepan. Kelak tim CU kevikepan didukung oleh tim CU Keuskupan akan mulai merancang rencana strategis di setiap vikep dengan mendatangi paroki-paroki mempromosikan terus menerus gerakan CU.

Sebagaimana dikatakan romo yang menjadi Ketua Komisi PSE / Karina ini, gerakan ini tidak bisa dijalankan sendirian, bahkan tidak oleh tim CU vikep dan Keuskupan. Maka perlu trik lain, misalnya melibatkan pastor paroki dan dewan paroki, mendorongnya melalui kebijakan dewan pastoral Keuskupan dan kebijakan Bapa Uskup sendiri atau dengan menyebarkan brosur disertai formulir pendaftaran peserta. Semua agar CU benar-benar menjadi alternatif dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. Berikut ini hasil diskusi dan beberapa usulan tentang gerakan CU dari setiap kevikepan:

Kevikepan Madiun :

Harapan
- CU digarap lebih serius dengan pendidikan calon anggota dan anggota
- Program CU disuarakan oleh pastor dalam homili, di paroki, stasi atau lingkungan
- Dewan Paroki berpartisipasi dalam sosialisasi CU mulai dari bawah
- Diharapkan kehadiran motivator dari CU yang sudah maju

Usulan
- Perlu diadakan Pendidikan Dasar Manajemen Koperasi I dan II, khususnya kredit macet, analisa kesehatan CU, dan pengembangan anggota dan aset

Tim: Bp. A. Gunawan, Bp. AL. Kuntoro, Bp. RN. Bambang Gunadi, Bp. H. Sunardi

Kevikepan Blitar dan Kediri

Harapan
- Paroki yang belum punya CU supaya segera mulai mendirikan
- Bapa Uskup mengeluarkan surat mendukung dan mengembangkan pemberdayaan ekonomi umat lewat CU

Usulan
- Diadakan bulan CU
- Romo Paroki, Dewan Pastoral Paroki mendapat pencerahan tentang gerakan CU agar mendukung perkembangan CU di paroki masing-masing.

Tim: Bp. P. Hogie, Bp. Dwi Santosa, Bp. Aris, Bp. Pius Supriyono

Kevikepan Cepu

Harapan:
- Memperkuat komitmen memajukan CU yang sudah ada
- Mendorong terbentuknya CU bagi paroki Cepu dan Bojonero

Usulan Strategi :
- Membangun jejaring antar CU primer serta CU primer dan CU sekunder
- Mencanangkan tahun gerakan CU, tim CU Keuskupan membina CU di paroki-paroki

Tim: Bp. FX. Sardiono, Bp. FX. Ristianto, Bp. Gino Prakoso

Kevikepan Surabaya Kota

Harapan
- 11 paroki yang belum memiliki CU, agar membentuk CU dan melaporkan ke Komisi PSE
- Mendidik umat dengan mensosialisasikan CU
- Menumbuhkembangkan CU yang sudah ada dan merawat yang sudah berkembang

Usulan
- Menghimbau Dewan Paroki dan Romo Paroki mensosialisasikan CU melalui pengumuman atau kotbah
- Mengadakan penyuluhan CU di setiap paroki
- Mengadakan pelatihan secara berjenjang.

Tim: Bp. Thomas Suhari, Bp. Ignatius Djermingin, Bp. Katman, Bp. Hadi Priyono

(Bp. Edi Locke dan Bp. Heri Risdianto)