31 Januari 2008

Dari Temu PSE Regio Jawa 28-31 Januari 2008

Sesuai agenda tahunan Komisi PSE Keuskupan Se-Regio Jawa, setiap tahun ada 3 agenda pertemuan. Pertemuan awal, yang biasa dilakukan pada bulan Januari membahas aneka persiapan menjelang masa Prapaska, yaitu seputar pendalaman iman APP 2008. Pertemuan kedua, diagendakan pada bulan Juni-Juli, berupa pelatihan, rekoleksi maupun retret. Agenda ketiga bulan Oktober, membahas evaluasi dan perencanaan tahun depan tiap-tiap Keuskupan.

Di awal tahun 2008 ini, pertemuan diadakan di Wisma Sanjaya, Muntilan. Semua Keuskupan di Regio Jawa hadir. Keuskupan Surabaya kali ini dihadiri, oleh Rm. Agustinus Eka Winarna, Pr (APP), Rm. Fusi Nusantara, Pr (PSE Regio III), Rm. Siprianus Yitno, Pr (PSE Regio IV) dan saya sendiri.

Senin sore, 28 Januari 2008, acara diawali dengan sedikit perkenalan. Ada beberapa wajah baru yang masuk dalam pengurus Komisi PSE. Acara kemudian diteruskan dengan sharing, pengenalan bahan pendalaman iman APP 2008 masing-masing Keuskupan dan gerak PSE mendukung kegiatan tersebut. Semua Keuskupan Regio Jawa memastikan diri untuk mengikuti tema yang telah dikeluarkan Komisi PSE KWI, yaitu: Kesejatian Hidup Dalam Pemberdayaan Lingkungan.

Keuskupan Agung Semarang mengawali dengan pemaparan bahan pendalaman iman APP dengan tema Memberdayakan Lingkungan Hidup. Tema ini difokuskan kepada anak-anak dan remaja yang telah menjadi pilihan prioritas tahun 2008 sesusi Arah Dasar Keuskupan. Memang kekhasan Keuskupan Agung Semarang memiliki Arah Dasar, sehingga bahan APP langsung dikenakan dengan Arah Dasar tersebut. Yang menarik dari Keuskupan Agung Semarang ialah mereka juga membuat bahan novena yang akan berlangsung sembilan hari serta tema tentang sampah.

Keuskupan Agung Jakarta mengambil tema khusus, Pedulikah Saya Dengan Lingkungan Hidup Kita. Tim APP tidak hanya membuat bahan pendalaman iman lingkungan, namun juga bahan tuguran, bahan untuk lansia serta ibadat tobat. Rm. I. Swasono, SJ, juga memberikan laporan tahunan, yang menampilkan laporan pemasukan dan pengeluaran keuangan hasil APP tahun 2007 lalu. Sebuah sajian yang patut ditradisikan. Keuskupan Bandung mengambil tema, Membangun Kesejatian Hidup Dalam Pemberdayaan Lingkungan. Bahan-bahan disajikan dalam beberapa kategori seturut usia sekolah. Keuskupan Bogor juga memfokuskan diri pada tema lingkungan. Keuskupan Malang temanya, Kesejatian Hidup Dalam Pemberdayaan Lingkungan. Yang menarik dari Keuskupan Malang ialah pengakuan Rm. Emil, Pr bahwa bahan kali ini dibuat sederhana, tak lebih dari Rp. 4.000.000,- dan para pemandu diajak untuk tidak membawa buku lagi namun mempersiapkannya secara sungguh, sehingga pendalaman berlangsung lebih menarik.

Keuskupan Surabaya juga konsisten menampilkan tema seputar lingkungan. Kekhasannya, tema tersebut digeluti secara khas di empat regio yang ada. Di regio I, fokus bahasannya Sampah Mengubah Tulah Menjadi Berkah, regio II, Lingkungan Hidup Sahabat Dan Hidupku, regio IV, Lingkunganku Rusak Keluargaku Bertindak. Gerak APP di Keuskupan Surabaya merupakan lapis pertama, lapis kedua akan didukung oleh PSE yang merencanakan aksi nyata, di mana di regio I akan diadakan pelatihan Pengolahan dan Pengelolaan Sampah serta Program Penghijauan kepada tiga regio yang lain. Acara ini akan dilaksanakan di Paroki St. Maria Tak Bercela Ngagel, minggu 10 Februari 2008. Dengan demikian, gerak APP dan PSE Keuskupan Surabaya menemukan titik temu.

Tidak hanya itu, gerakan aksi nyata dari regio I kepada tiga regio lain serupa kerjasama sukarela, solidaritas sosial dan penumbuhan rasa satu Keuskupan. Bukan rahasia lagi, selama ini paroki-paroki regio I tempat berkumpulnya sebagian besar umat dan dana. Namun kurang pengenalan akan situasi paroki-paroki di regio lain. Sementara, urbanisasi telah menyeret perpindahan umat dari ketiga regio ke regio 1. Sebenarnya, telah terjadi kerjasama secara sporadis antar paroki di regio 1 kepada ketiga regio lain, kali ini kerjasama itu ditegaskan dalam gerakan bersama.

Ada pencerahan menarik dari pertemuan ini, ialah aksi nyata Prapaska hendaknya merupakan kegiatan nyata berkaitan dengan tema lingkungan. Seperti yang digagas Rm. Luhur Prihadi, Pr dari Keuskupan Agung Semarang, aksi nyata yang dirancang ialah memberikan bibit kepada pasangan yang melakukan perkawinan di Gereja atau pemberian bibit tanaman kepada baptisan baru dan penerima sakramen Krisma. Pula, ide menarik yang dilontarkan Rm. Teguh, Pr dari Keuskupan Purwokerto tentang perubahan bahan pendalaman iman APP yang tidak lagi berupa bahan katekse yang padat, sangat kognitif dan liturgis menjadi bahan pendek, singkat, lebih mengajak umat untuk menggali dan menemukan sendiri masalah lingkungan di tempat masing-masing. Penemuan itu kiranya menjadi ”milik” umat untuk merumuskan sendiri tindakan nyata yang sebaiknya dilakukan setelah menemukan persoalan itu.

Bahan semacam ini yang pasti lebih singkat, hemat, tidak menjenuhkan dan tidak menakutkan bagi umat. Sementara dari Keuskupan Surabaya, selain kekhasan gerak aksi nyata solidaritas antar regio juga telah disediakan sarana pendukung berupa VCD. Para Ketua Komisi PSE Keuskupan Se-Regio Jawa memprihatinkan penggunaan sebagian besar uang untuk pembuatan bahan APP, sementara dana APP sebenarnya lebih tepat untuk karya sosial yang nyata daripada sekedar bahan yang mahal.

Pertemuan ini juga menemukan beberapa benang merah untuk tiap Komisi PSE di Keuskupan Se-Regio Jawa. Pertama, penekanan kolekte di tiap paroki hendaknya dialokasikan pula sebagai dana sosial. Selama ini belum terjadi secara merata, bahwa kolekte dialokasikan beberapa persen untuk dana atau kas sosial. Ada banyak rupa kejadian: persentase untuk dana sosial dari kolekte ada, namun ketika seksi sosial membutuhkan untuk karya sosial, paroki tidak mengeluarkan. Lain lagi, persentase dana sosial dari kolekte ada, tetapi peruntukannya tidak untuk kegiatan sosial bahkan tidak jelas. Ada keprihatinan, jangan-jangan dana sosial tersebut telah digunakan dalam dana pembangunan, pembelian mobil atau keperluan lain yang bukan sosial. Yang paling parah, tidak ada persentase untuk dana sosial dari uang kolekte. Padahal, sebagaimana diketahui salah satu maksud harta benda gerejawi ditujukan untuk penyelenggaraan amalkasih dan pelayanan rakyat kecil (bdk., Statuta Keuskupan Regio Jawa, pasal 137; KHK, kan.1254). Hal yang sama ditegaskan dalam Panduan Seksi Sosial Paroki Keuskupan Surabaya bahwa sebagian anggaran Dewan Paroki untuk karya sosial sesuai dengan kebijakan paroki masing-masing (bdk,. Buku Panduan Seksi Sosial Paroki Keuskupan Surabaya, bab III, 2.1). Karena itu, para Ketua Komisi PSE Keuskupan Se-Regio Jawa akan mencoba meneruskan penekanan hal ini di Keuskupan masing-masing, sembari mendorong seksi sosial paroki untuk sadar dan mengetahui peluang tersebut.

Kedua, berkaitan dengan penanganan bencana, sebagaimana dialami Keuskupan Surabaya pada empat paroki yang akhir Desember lalu dilanda banjir. Para Ketua Komisi PSE Keuskupan Se-Regio Jawa menyepakati komitmen dukungan, bantuan dan kerjasama dalam penanganan bencana. Bentuknya berupa back-up dan jejaring. Sementara penangganan bencana ditangani Keuskupan masing-masing yang terkena bencana. Rm. I. Swasono, SJ menekankan kejelasan, data dan relawan yang akan memudahkan dalam mengukur bentuk bantuan yang akan diberikan.

Berkenaan dengan bencana, Komisi PSE Keuskupan Se-Regio Jawa akan mengadakan pelatihan Pengurangan Resiko Bencana yang akan diadakan di Sasana Krida Jatijejer, Trawas, Mojokerto pada tanggal 2-4 Juli 2008. Keuskupan Surabaya kali ini akan menjadi tuan rumah. Harapannya, pertemuan tersebut memberikan pencerahan seputar manajemen bencana dan pembentukan jejaring di antara para aktivis seksi sosial lintas Keuskupan. Sampai jumpa di Trawas, Mojokerto. (A. Luluk Widyawan, Pr, Ketua Komisi PSE Keuskupan Surabaya)