CU
Tyas Wisesa, Madiun
CU Tyas Wisesa berdiri pada tanggal 17 Agustus 2012. Pada
awalnya Seksi Sosial Paroki mendukung wirausaha di dekat kompleks sekolah
Bernadus. Mereka kemudian mengadakan simpan pinjam bagi para wirausahawan.
Awalnya hanya ada 8 orang, setelah berjalan mengalami perkembangan. Para
wirausahawan menjadi anggota awal CU. Memang sebelumnya pernah ada Koperasi
simpan pinjam, namun banyak anggota yang tidak aktif.
Saat
itu Rm Hardi Aswinarno mendukung keberadaan CU, meskipun belum memiliki modal.
Dukungan yang diberikan berupa bantuan gaji untuk karyawan. Kini ada 12 orang
pengurus yang diketuai oleh seorang muda, Bp. Iwan. Jika dulu anggota hanya
para wirausahawan, sekarang para penjemput anak di sekolah Bernadus bergabung
menjadi anggota. Pada akhir tahun, tercatat ada 134 anggota, aset sebesar Rp.
108 juta dan peminjam sebanyak 50 orang.
CU
memiliki anggota homogen yang tidak terbatas dari kalangan umat. Meskipun belum
pernah mengadakan RAT dan pendidikan anggota, pengembangan anggota dijalankan
dengan merekomendasi anggota baru secara selektif. Memang kebanyakan anggota
berasal dari wilayah kota. Kelak CU akan menjangkau anggota dari semua stasi.
Selama ini anggota yang meminjam telah memenuhi angsuran dengan baik, sehingga
CU dapat dikategorikan sehat.
PPU
Bintang Timur, Ponorogo
Para perintis di Ponorogo tidak menyebut kegiatan keuangan di kalangan umat sebagai
CU. Bp. Suminto menyebut kegiatan itu sebagai Paguyuban Pemberdayaan Ekonomi
Umat (PPU). Tujuannya supaya umat mengalami hidup yang lebih baik. PPU Bintang
Timur awalnya memiliki aturan Simpanan pokok Rp. 100.000,- dan Simpanan wajib
Rp. 10.000,-. Para perintis mengedepankan prinsip, selama 6 bulan awal anggota
hanya boleh menabung, lalu dana yang ada dikembangkan untuk berbagai kebutuhan
anggota.
Pada
2006, tercatat aset Rp. 40.000.000,-. Pada akhir tahun 2012, ada 153 anggota,
dengan aset bersih sebesar Rp. 482 juta. Meskipun yang aktif sebanyak 38
anggota, namun pinjaman yang macet hanya 1 orang. Ada juga anggota yang
mengalami kesulitan usaha, namun memiliki komitmen mengangsur secara rutin.
Anggota seperti ini tetap diberi pinjaman. Seperti CU lain, penerimaan tabungan
memang lebih mudah, namun untuk mengembangkan dana memerlukan strategi yang
tepat. Tahun lalu, PPU menyediakan dana sosial kepada anggota sebesar Rp.
10.150.000,-, bingkisan Natal dan bantuan pengobatan bagi 79 orang anggota.
KSP
Bintang Timur, Madiun
Selain CU Tyas Wisesa di Madiun ada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bintang Timur, sejak
tahun 2002. Setiap anggota terikat memenuhi Simpanan wajib sebesar Rp. 10.000,-
dan Simpanan pokok Rp. 15.000,- setiap bulan. Simpanan pokok bisa diangsur
sampai 3 bulan. Koperasi telah berbadan hukum per 9 Desember 2004. Saat ini ada
1.216 anggota dengan total aset sekitar Rp. 1,9 M. Sementara total jumlah SHU
tahun 2013, sebesar Rp. 205.000.000,-.
Menurut
Bp. Gunarto, KSP Bintang Timur memberikan kemudahan kepada anggota dalam bentuk
pinjaman yang bisa dicairkan sesuai permohonan, setelah anggota melakukan 5
kali simpanan. Anggota yang sudah memiliki simpanan lebih dari Rp. 1.000.000,-
dapat meminjam hingga Rp. 7.500.000,- dengan jangka waktu 2 tahun. Bunga
angsuran 2 % menurun atau sekitar 1.1 % flat. Pada saat meminjam, anggota
dikenakan potongan 2 % dari jumlah pinjaman. Potongan tersebut digunakan untuk
keperluan, sebagai berikut: 1,6 % untuk asuransi pinjaman dan 0,4% untuk administrasi. Asuransi dikelola
sendiri oleh KSP.
Kelebihan
lain, anggota yang sakit diberikan santunan. Jika anggota menjalani rawat inap
selama 3 hari, mendapat santunan Rp. 200.000. Jika peminjam meninggal, maka
pinjaman dianggap lunas. Ketika anggota meninggal, keluarga akan menerima bantuan
duka Rp. 250.000,-, sedangkan untuk pasangan dan anak yang bukan anggota,
diberikan santunan Rp. 150.000,-.
Dalam
menghadapi kredit macet, pengurus yang didukung oleh Romo Paroki, Dewan
Pastoral Paroki dan para Ketua lingkungan, melakukan pendidikan kepada para
peminjam dengan mengambil inspirasi dari perumpamaan tentang talenta.
Harapannya para peminjam dapat mengembangkan modal pinjaman dan tidak mengubur
modal, sehingga mampu mengangsur. Cara tersebut memiliki dampak positif. Hal
ini terbukti ampuh, kredit macet yang terjadi tidak melebih 12,5 %, sehingga
KSP dapat dikatakan sehat.
CU
Cipta Mandiri, Sidoarjo
CU
Cipta Mandiri di Sidoarjo dirintis oleh para ibu
anggota WKRI. CU awalnya hanya memiliki 6 orang anggota dan berjalan baik.
Namun pada tahun kedua, beberapa pengurus mengalami kejenuhan. Padahal
keberadaan CU dirasakan manfaatnya oleh anggota, terutama warga non Katolik dan
keluarga pra sejahtera. Misalnya tukang becak dan pemilik warung kecil. Ketika
diadakan rapat luar biasa, sebagian besar anggota keberatan jika beberapa
pengurus mundur. Karena mereka menganggap jika keuangan dikelola orang Gereja
akan aman. Untuk menyikapi persoalan tersebut, CU Cipta Mandiri melakukan merger
dengan CU Shanti dari Pasuruan. Umat, terutama dari warga pra sejahtera
didorong oleh Seksi Sosial Paroki menjadi anggota CU. Saat ini ada 150 anggota,
sebanyak 30% aktif menabung setiap bulan, sehingga melebihi target yg
diharapkan. CU Cipta Mandiri menempati lokasi eks SDK Untung Suropati, di Jalan
Monginsidi, Sidoarjo.
CU
di 3 Paroki
Umat di Widodaren, Surabaya, memiliki Koperasi sejak tahun
2005. Sampai saat ini ada 300 orang anggota dengan aset mencapai Rp.
400 juta. Para pengurus belum memahami tentang Puskopdit dan sedang
menjajaki kemungkinan bergabung dengan salah satu Puskopdit yang ada. Sementara
di Wlingi sedang menggagas keberadaan CU. Memang,
saat ini di wilayah paroki ada CU, namun bukan dipelopori Seksi Sosial. Banyak
umat yang bergabung, tetapi beberapa umat merasa Simpanan pokok dan Simpanan
wajib terlalu memberatkan. Karena itu, pengurus Seksi Sosial sedang melakukan
kajian untuk mendirikan CU yang dapat menjangkau umat, terutama dari kalangan
menengah ke bawah. Sedangkan di Perak, Surabaya memang tidak akan mendirikan
CU lagi. Karena di Stasi Ujung ada CU yang cukup berkembang. Seksi Sosial Paroki akan
mendukung keberadaan CU itu dengan melakukan animasi, promosi sehingga semakin
banyak umat tergerak menjadi anggota CU.
Harapan
Komisi
PSE diharapkan menjadi jembatan pembinaan dan relasi dengan Pusat Koperasi
Kredit (Puskopdit), memfasilitasi pembinaan teknis seperti: pendidikan kepada
anggota lama dan baru, pelatihan adiministrasi pembukuan atau manajemen, serta
tenaga pendidik atau pendamping CU. Komisi PSE dapat mempromosikan CU
kepada umat agar tertarik menjadi anggota. Misalnya dengan menyediakan pamflet
atau informasi tentang CU. Juga animasi kepada Romo, Dewan Pastoral Paroki
(DPP), Badan Gereja Katolik Paroki (BGKP), para Ketua wilayah dan Ketua lingkungan,
agar CU semakin dikenal dan didukung. Tak ketinggalan mengkaitkan pengembangan
wirausaha yang menjadi program Komisi, dengan mengajak para wirausahawan
menjadi anggoota dan menabung di CU. Sehingga CU turut mendukung para
wirausahawan mikro untuk memperoleh akses modal.
Ada juga harapan kepada Komisi PSE agar CU yang belum memiliki kantor
dan masih menumpang di ruang Seksi Sosial, dibantu mengusahakan kantor sendiri,
misalnya dengan memberikan bantuan komputer untuk mendukung administrasi. (EML/BUD/ALW).