28 Juni 2015

PRB Di Mata Seorang Ibu

 
Pada akhir kegiatan pendampingan Pengurangan Risiko Bencana (PRB), Tim Karina Keuskupan Surabaya melakukan kunjungan ke 2 dusun dampingan. Sesuai rencana, kunjungan akan menuju Dusun Sumber Tumpeng dan Selopuro. Tetapi ada kabar bahwa jalan menuju dusun sedang diperbaiki sehingga tidak bisa dilewati kendaraan. Akhirnya, dengan mengendarai sepeda motor, tim segera menuju lokasi diantar oleh seorang fasilitator.

Fokus wawancara kali ini untuk mendapatkan umpan balik kegiatan PRB. Kebetulan tim bertemu dengan Ibu Emil, salah seorang warga Dusun Sumber Tumpeng. Ibu Emil, sebagai representasi kaum perempuan, memberikan  informasi yang menarik. Menurutnya, kehadiran Karina di Dusun Sumber Tumpeng, awalnya ditanggapi penuh curiga. Karena pengetahuan yang sederhana warga dan apa adanya. Kelompok ibu sempat bertanya-tanya, apakah akan ada pembangunan gereja di Sumber Tumpeng? Keraguan ini, menyebabkan para ibu kurang berminat memenuhi undangan ketika Karina mengadakan kegiatan.

Ketika Karina bersama warga memperbaiki saluran pipa air bersih menuju rumah warga, termasuk ke masjid dan rumah di sekitar masjid,  mereka mulai terbuka bahwa Karina tidak akan membangun gereja. Mereka mulai tergerak mengikuti perkembangan  kegiatan Karina. Selanjutnya, Karina mengajak masyarakat mengenal program peternakan kambing etawa yang dipelihara dengan sistem kandang yang baik. Tidak hanya itu, kandang dibuat secara gotong-royong oleh kelompok para bapak yang mengusulkan pemeliharaan kambing yang hasilnya kelak digunakan sebagai dana cadangan bencana. Setelah kandang dibuat, 6 orang mendapat kesempatan pertama menerima kambing disaksikan oleh warga, Karina pun diberi apreasiasi yang baik. Karina tidak lagi dicurigai sebagai pihak yang akan membangun gereja, namun pihak yang mau memperhatikan kehidupan masyarakat.

Kenyataan ini dapat terlihat dalam aktivitas kaum ibu. Para istri yang suaminya mendapatkan giliran memelihara kambing tahap pertama, begitu antusias. Mereka mengajak anak-anak mencari rumput untuk memberikan makan kambing. Ketika kambing makan, warga datang menonton dan mencari informasi pembuatan kandang, pemberian makan dan sebagainya. Kandang kambing menjadi tempat pertemuan warga untuk mengetahui secara langsung teknik pemeliharaan ternak.

Perubahan yang sangat menonjol adalah berubahnya pola pikir dan pandangan masyarakat terhadap kehadiran Karina di tengah masyarakat yang 100% beragama Islam. Karina diaanggap sebagai pihak yang membantu warga secara nyata, karena mereka mendapatkan kemudahan mengakses air bersih, mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memelihara ternak.

Kami pun mendapat informasi dari Ibu Emil bahwa di Dusun Sumber Tumpeng, ada banyak orang hanya tamat SD dan tidak melanjutkan sekolah.  Jumlah ibu dan anak-anak cukup banyak. Para ibu sebenarnya ingin membuka PAUD, agar anak-anak bisa dipersiapkan sebelum masuk TK. Hal ini akan membantu para ibu yang hanya memiliki pendidikan terbatas, terutama dalam mendidik anak.  Sampai saat ini, permintaan para ibu untuk membuka PAUD belum terpenuhi. Data menunjukkan bahwa di RT I ada 42 KK dengan total 138 jiwa, kaum lelaki ada 61 jiwa, kaum perempuan ada 61 jiwa, balita 10 jiwa dan pasca balita 6 jiwa. Sementara di RT II ada 43 KK dengan 135 jiwa, kaum lelaki ada 66 jiwa, kaum perempuan ada 64 jiwa dan balita ada 5 jiwa.
 
Ibu Emil memberi saran, “Karina bisa memanfaatkan saat ibu-ibu berkumpul,  yakni pada saat kegiatan posyandu”. Menurutnya, kaum ibu dapat diberi penjelasan tentang cara mendidik anak, memperkenalkan gizi untuk anak, termasuk memperkenalkan program pengurangan resiko bencana, menginat wilayah mereka rawan longsor. Di Dusun Sumber Tumpeng memang ada sekolah, tetapi guru kerap tidak masuk, sementara murid masuk. Atau saat murid tidak masuk, tetapi guru justru masuk. Situasi ini menjadi tawaran yang membutuhkan penanganan. (EDL/ALW).