05 Juni 2014

Intervensi Masa Pemulihan Pasca Erupsi Gunung Kelud


 
 
 
 
 
Seminggu setelah memberikan dukungan logistik melalui Pos pelayanan di 3 paroki yaitu Paroki St. Mateus, Pare, Paroki St. Petrus dan Paulus, Wlingi dan Paroki St. Yusup, Blitar, Karina Keuskupan Surabaya yang membuka Pos di Paroki Sakramen Mahakudus, Surabaya mulai memikirkan memasuki Masa Pemulihan, pasca Masa Tanggap Darurat.  Kegiatan agak terlambat, karena idealnya kajian telah dilakukan sejak 1-3 hari setelah bencana letusan Gunung Kelud terjadi. Dalam koordinasi, pengurus Karina Surabaya sempat memikirkan beberapa intervensi seperti: logistik, perbaikan sumber kehidupan penyintas berupa dukungan pertanian, peternakan, sarana air bersih dan atap rumah. Gagasan itu belum pasti karena belum ada data berdasarkan kajian dari relawan di lapangan, pemetaan kemampuan Karina Surabaya serta gap yang belum dipenuhi oleh lembaga kemanusiaan lain.

Seiring dengan gagasan yang masih samar-samar, Karina Surabaya mendapat kunjungan dari perwakilan Deutscher Caritasverband (DCV), Country Office Indonesia di Yogyakarta yang sedang melawat ke Blitar, Wlingi dan Kediri. Dalam pertemuan di Surabaya, antara Bp. Yushar dari DCV dan pengurus Karina Surabaya, di ruang tamu pastoran Paroki Hati Kudus Yesus, Surabaya, pada 22/2/2014, DCV menawarkan dukungan kepada Karina Surabaya. Diskusi mengerucut pada pemanfaatan bantuan yang efektif sesuai dengan data kajian kebutuhan. Maka, dipastikan bahwa intervensi Karina Surabaya mengerucut pada 3 hal, ialah perbaikan atap rumah, atap kandang ternak dan perbaikan sarana air bersih. Hal ini mengingat intervansi di sektor lain telah dibahas dalam pertemuan koordinasi di Stasi Dorok, Pare pada 2/3/2014 ialah sektor air untuk pertanian, peternakan, pemulihan pertanian (benih, grenjeng, pupuk organik, demplot) untuk warga di Dusun Laharpang, Sukomoro, Sumbersuko serta intervensi air bersih di Dusun Sumbersuko, Laharpang, Sukomoro dan Sumbersuko.
 
Pada bulan April,  sebagian kegiatan Proyek Penyediaan Atap Rumah dan Kandang serta Sarana Air Bersih untuk Penyintas Letusan Gunung Kelud telah berjalan. Di Pos pelayanan Wlingi A, Karina Keuskupan Surabaya melakukan distribusi galvalum kepada warga sebanyak 3.710 lbr di Dusun Kauman, Prambon I dan Prambon II. Posko ini didukung oleh Sdr. Andre Yuris (Koordinator lapangan) serta relawan Rm Sabas Kusnugroho, Sdr. Eko dan Sdr. Roni. Bantuan itu menutup gap dari bantuan pemerintah terhadap rumah yang rusak berat dan yang rusak ringan. Adapun bantuan atap ini mayoritas digunakan untuk memperbaiki hunian sekunder (dapur, teras dan tempat usaha, kios, warung). Meskipun sempat ada isu kristenisasi melalui media online, distribusi bantuan yang dilakukan Pos pelayanan Wlingi A berjalan lancar karena didukung secara penuh oleh aparat Desa Kaumrejo, Polsek dan Bp. Ruwanto dari Babinsa Desa Kaumrejo, Koramil Kecamatan Ngantang. Selain itu, Pos pelayanan bersama lembaga lain yang berada di Dusun Pait seperti relawan Plesir dari Mojorejo, pasukan TNI, Brimob Polda Jatim, Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya, Divisi Mahasiswa Pecinta Alam (Dimpa) Universitas Muhammadiyah, Malang dan SCTV Peduli,  bahu-membahu melakukan perbaikan balai dusun, pembersihan gang dari abu vulkanik, perbaikan rumah warga yang kurang mampu serta mengalirkan air darurat dari salah satu mata air. 

Di Posko pelayanan Pare, yang didukung oleh Bp. Ir. Andreas Suparman (Koordinator lapangan) serta relawan Bp. Valent, Bp. Mugi, Bp. Totot Sunaryoto, Bp. Jono, Bp. Thomas Suyitno, Karina Surabaya mendistribusikan genteng jenis Mantili kepada warga Dusun Satak sebanyak 29.850 bh. Di Dusun Sumbersuko, Karina membantu genteng jenis Mantili 3.600 bh, Karangpilang 33.930 bh dan Press 53.530 bh.  Di Dusun Sukomoro, Karina membantu gentang jenis Press 38.000 bh, Karangpilang 22.500 bh dan Mantili 7.500 bh. Di Pos pelayanan Wlingi B, melalui Bp. Felix (Koordinator lapangan), Rm. Agustinus, Sdr. Theo, Sdr. Clara dibantu Sdr. Joseph Hanny Hendra dan Sdr. Andreas Gerry, Karina Surabaya membantu  jerigen 10 liter di Dusun Munjung sebanyak 402 bh, Dusun Kutut sebanyak 490 bh dan di Dusun Pait sebanyak 362 bh. Selain itu di Dusun Ngramban, ada pengiriman perlengkapan pipanisasi untuk menyalurkan air dari Sumber Tengkler dan Kucur menuju titik terdekat warga, sejauh  4 km. Warga akan mengerjakan secara bergotong-royong. 
 
Bantuan dari Karina KWI, DCV dan Karina Surabaya  sungguh dirasakan manfaatnya oleh warga di  14 dusun yang sejak masa tanggap darurat mendapat dukungan dari Pos pelayanan paroki. Atap rumah warga yang selama ini rusak dan ditutup sementara dengan terpal, telah diganti menjadi genteng sesuai keinginan warga. Memang, ada bantuan genteng dari pemerintah, tetapi bantuan hanya untuk atap rumah utama. Pipa saluran air di Dusun Ngramban yang rusak akan diperbaiki sehingga aliran air yang kelak mengalir lagi. Warga akan memanfaatkan 2 sumber air dengan menggunakan pipa 4 dim. Warga yang selama ini kesulitan mengakses air dari tandon yang disediakan oleh PMI dan PDAM Kabupaten Malang pada masa tanggap darurat, telah memiliki jerigen untuk mengangkut air sampai di rumah untuk kehidupan harian dan memberi minum ternak sapi. Produksi susu sapi di 4 Dusun, ialah: Ngramban, Pait, Kutut dan Munjung sempat menurun hanya 4-5 ltr per hari per ekor sapi karena kelangkaan air. Kini sedikit demi sedikit menjadi pulih, dengan dengan rata-rata per hari per ekor sapi sudah mampu menghasilkan 10 ltr.

Pada bulan Mei, agenda setiap Posko menyelesaikan pengerjaan yang telah direncanakan. Mengingat sesuai dengan timeline yang dibuat dalam Proposal Project, seluruh pengerjaan akan selesai pada bulan Mei. Di Pos pelayanan Wlingi A, setelah menyelesaikan pembagian atap rumah, tim relawan bergeser ke Wlingi B di Dusun Pait. Di dusun tersebut, relawan Pos pelayanan Wlingi B melakukan pembersihan dan melakukan kajian di wilayah Dusun Pait dan Kutut. Sebagaimana informasi Bp. Supriyadi, Kepala Dusun Pait dan beberapa pengurus Rukun Tetangga, kerusakan berat sudah dilaporkan dan sudah diperbaiki oleh Pemerintah Kabupaten Malang, Pemerintah Propinsi Jawa Timur serta bantuan dari beberapa lembaga sosial. Kerusakan kategori sedang, meliputi kanopi rumah, atap gudang hasil pertanian, kandang hewan ternak, dapur dan kamar mandi sebagian sudah diperbaiki secara mandiri, namun sebagian belum karena faktor ekonomi yang belum pulih. Sementara di Dusun Kutut, menurut Kepala Dusun, Bp. Lamidi, belum ada kajian tentang kerusakan sarana air bersih. Koordinator lapangan Pos pelayanan Wlingi A menghubungkan kebutuhan tersebut dengan seorang donatur dari Semarang yang berniat untuk membantu.

Sesuai dengan hasil pembicaraan tim relawan dengan warga, Karina Surabaya akan membantu atap bagi warga yang belum mendapatkan, memfasilitasi pembuatan tandon dan penyambungan pipa dari tandon ke rumah warga di Dusun Pait. Selama masa darurat warga terbantu dengan usaha Dimpa Unmuh Malang yang mengangkat air dari sumber bawah. Menurut informasi dari Bp. Hasan, Babinsa Desa Pandansari, TNI dalam waktu 1 bulan ditargetkan menyelesaikan penyambungan pipa yang rusak dari sumber menuju titik terdekat Dusun Pait. Dari pipa itu, Karina akan meneruskan mambuat tandon. Pembuatan tandon disepakati warga berada di halaman belakang rumah Bp. Subari dengan ukuran tandon lebih besar, ialah 3 x 3 m. Pengerjaan tandon dan pipanisasi dilakukan warga secara bergotong-royong. Sedangkan pemenuhan kebutuhan atap didapat dari sisa galvalum dari Dusun Kauman, Prabon I, Prabon II, Selokurung dan Gading yang tersisa. Selain itu kekurangan kebutuhan didapat dari asbes yang masih tersedia dari donatur lokal.  

Sementara di Pos pelayanan Wlingi B, sebelum melaksanakan pengerjaan pipanisasi, dalam pertemuan Koordinator lapangan, relawan dan warga, ada beberapa perubahan yang disepakati bersama. Misalnya: perubahan jalur pipa yang semula dirancang menempel di tebing, pembuatan cor seling baja karena sebagian pipa akan diseberangkan melintasi Sungai Sambong untuk menghindari ancaman longsor. Hal ini mengingat lokasi tebing atas sampai ke dasar sungai sekitar 10 m. Terlebih mengingat pipa bantuan keluarga Caritas akan dipasang secara permanen. Selain itu ada pembuatan bak penampung air tertutup di Sumber Tengkler sehingga air dari sumber tetap bersih. 

Sementara itu, Pos pelayanan Pare, setelah menyelesaikan distribusi genteng, tim melakukan persiapan bersama Koordinator lapangan, relawan dan perwakilan warga 3 dusun dalam  kelancaran penerimaan seng dan galvalum. Dalam pertemuan ada beberapa kesepakatan seperti: koordinasi bersama sebelum distribusi, melibatkan warga dalam kelompok dan menampung semua usulan untuk dicari kesepakatan, sehingga distribusi bantuan berjalan lancar. Warga mengatur pemasangan material atap secara gotong-royong bergiliran, setelah usai mencari rumput untuk ternak.

Di tengah-tengah kegiatan tersebut, Karina Keuskupan Surabaya secara internal dan Karina KWI secara eksternal melakukan monitoring pelaksanaan Project di lapangan. Ada beberapa temuan dalam pelaksanaan Project ini. Antara lain umpan balik dari penerima manfaat, dukungan tim relawan di lapangan dan swadaya warga, sehingga Project dapat berjalan lancar. Hasil monitoring juga memberi hikmah untuk menata dan menemukan langkah perbaikan, seperti: membuat dokumen SOP tertulis, memperbaiki koordinasi dan manajemen tanggap darurat bencana di tingkat Keuskupan / paroki sehingga membantu semua pihak yang terlibat memahami cara kerja. 

Selain itu, untuk mengantisipasi masa akhir Project, ada rencana memanfaatkan anggaran yang tersisa. Maka, dalam koordinasi pengurus Karina Keuskupan Surabaya dengan Koordinator Lapangan serta bagian keuangan dari DCV, muncul gagasan perubahan sisa anggaran tersebut untuk Kegiatan untuk penerima manfaat  dan Kegiatan untuk penguatan institusional Karina Keuskupan Surabaya. (ditulis kembali dari laporan bulanan Project on Roofing and Clean Water Intervention for Mount Kelud Eruption Survivor).