01 Februari 2013

Kunjungan Ke Kevikepan Kediri


 
Pinjaman modal bergulir di Paroki St. Yosep, Mojokerto

Kunjungan Komisi PSE Keuskupan Surabaya ke Kevikepan Kediri fokus pada 2 paroki ialah Paroki St. Yosep Mojokerto dan Paroki St. Mateus Pare. Di Mojokerto, tim bertemu dengan Ibu Rintiantri, Ketua Seksi Sosial. Beliau menceritakan pengalaman Tim Seksi Sosial Paroki.  

Seksi PSE tekun menjalankan pinjaman modal bergulir sebagai bangian dari gerakan wirausaha bagi umat. Gerakan ini dimulai dari 7 orang. Saat ini, ada beredar dana pinjaman bergulir sebanyak Rp. 27.000.000 di kalangan umat yang membutuhkan bantuan modal usaha kecil. Sepertiga dana tersebut disimpan sebagai cadangan yang siap digulirkan kepada mereka yang membutuhkan bantuan. Ketika ada anggota baru yang ingin bergabung dan bersedia mentaati aturan yang disepakati kelompok, maka mereka akan melengkapi beberapa syarat. Mereka harus membuat surat permohonan lengkap dengan jenis usaha yang akan dikembangkan. Permohonan lalu dibahas oleh Tim Seksi Sosial. Setelah mendapat persetujuan Tim, dana disalurkan kepada mereka.

Kekuatan pelayanan sosial di Mojokerto karena ada tim yang solid. Tim selalu menjalin komunikasi intensif dengan Ketua DPP Kerasulan Umum. Ketua DPP menjembatani komunikasi yang tersendat dengan berbagai pihak yang kurang memahami kegiatan pelayanan sosial selama ini. Kemungkinan yang baik ialah menduplikasikan program ini kepada wilayah atau stasi yang membutuhkan bantuan usaha  secara kelompok, dikoordinir oleh  Tim Seksi Sosial Paroki dengan berkoordinasi dengan para ketua komunitas basis.

Dalam hal pemberdayaan Credit Union, saat ini ada 2 CU yang berkembang. Ialah CU yang dirintis oleh para suster dan CU di salah satu stasi, yang menjadi tempat pelayanan CU Bintang Timur, Paroki St. Yusup, Blitar. Peluang ini dapat disinergikan untuk mengembangkan CU di tingkat Paroki.

Pembelajaran yang diperoleh dari Mojokerto ialah, kehadiran Tim Seksi Sosial merupakan  pendukung yang menjaga keberlangsungan program. Kaderisasi pun terbentuk secara otomatis karena adanya tim. Pengambilan keputusan atau pergantian pengurus kelak akan diambil dari anggota tim yang sudah memiliki pemahaman, pengalaman dan semangat berkaitan dengan pelayanan sosial. Tim juga berperan meneguhkan semangat persaudaraan dan menjaga transparansi perputaran dana.

Kambing bergulir di Paroki St. Mateus, Pare

Di Paroki St. Mateus, Pare, kunjungan dilakukan bersama Bp. Valent, selaku Ketua Seksi Sosial. Bersama Tim yang dibentuk, beliau merancang aneka program. Program strategis yang dilakukan adalah solidaritas kematian. Peristiwa kematian terbukti memberikan beban kepada keluarga yang berduka. Setiap wilayah membentuk paguyuban khusus yang menangani kematian, dengan mengalokasikan dana sebesar Rp. 400.000.

Sementara di wilayah pedesaan ada pogram pengguliran ternak kambing. Kehadiran Bp. Jono dengan kemampuan memelihara ternak, sangat membantu perkembangan program. Program berjalan didukung oleh nara sumber yang tahu memelihara ternak.

Sebelum memulai program, Bp. Pak Valent melakukan survei dan mencari informasi berkaitan dengan sumber daya manusia dan sumber alam yang tersedia. Karena beternak kambing membutuhkan orang yang memahami benar serta sumber daya rumput sebagai bahan pangan.

Semula, banyak pihak yang meragukan usaha ternak kambing. Karena itu dirancang sistem administrasi yang jelas, dibangun komitmen bersama pengurus dan penerima bantuan serta komitmen untuk bersedia dipantau dan dievaluasi secara tertulis. Pendekatan personal kepada para peternak pun terus dilakukan. Para peternak mendapatkan 2 induk. Setelah memiliki 6 anak kambing, maka 5 anak kambing menjadi milik mereka dan 1 anak diberikan kepada Seksi Sosial untuk digulirkan. Induk kambing digulirkan kepada orang lain yang memenuhi syarat. Memang, bila anak kambing yang digulirkan tidak bagus, maka bibit tersebut akan diganti dengan anak kambing baru. Tentu setelah melalui proses evaluasi dalam kelompok.

Selama pengguliran ternak kambing, ada semacam standard yang diterapkan bagi para calon peternak. Mereka diharuskan bergabung dalam kelompok dan menerima nomer urut yang disepakati bersama. Mereka menerima kunjungan tim survei sebelum mendapatkan rekomendasi. Penerima program ini terutama ialah mereka yang memenuhi syarat, antara lain: memiliki penghasilan minim, faktor jumlah anggota keluarga, kesanggupan memelihara, penyediaan kandang serta pengetahuan tentang pemeliharaan ternak kambing.

Adanya persyaratan tersebut membantu mengukur tingkat kesanggupan para calon penerima, apakah mereka sungguh-sungguh ingin menerima bantuan pemberdayaan. Selain itu adanya survei juga positif dalam mengurangi kegagalan, sebagaimana terjadi di masa lalu. Kehadiran fasilitator seperti Bp. Jono sangat penting dalam memberikan pendampingan dan mengawal program agar berjalan dengan baik.

Berkenaan dengan rencana di masa mendapat, Bp. Valent telah melakukan survei mengenai karakter masyarakat Pare yang dikenal gemar makan, terutama di malam hari. Saat ini ada usulan untuk membuat semacam food-court bagi wirausahawan kuliner. Tim sedang mempertimbangkan mencari lokasi yang nyaman dan disukai orang untuk menikmati aneka sajian makanan. Hal ini juga didorong oleh keprihatinan keluarga muda yang ingin menata kehidupan ekonomi. Memang apapun jenis usaha perlu didukung oleh manajemen dan pemasaran yang baik. Sementara kehadiran CU Karya Bersama di Stasi Kampung Baru telah memberikan sumbangan bagi upaya mengusahakan kesejahteraan bersama, khususnya bagi para anggota.  (BUD/EDL/EML).