04 Februari 2013

Kunjungan Ke Kevikepan Cepu

 
 
Pada tanggal 14 Desember 2012, Komisi PSE Keuskupan Surabaya mengadakan kunjungan ke Paroki St. Wilibrordus, Cepu. Pertemun dihadiri oleh Ketua Seksi PSE, Bp. Sitris, Bendahara Bp. Sunardi, Bp. Aris serta Rm. Siprianus Yitno. Mereka mendengarkan struktur, program dan kinerja Seksi Sosial. Berkenaan dengan kinerja, masih ada bagian karitatif yang diampu oleh Ibu Sunardi. Mereka bekerjasama dengan SSV (Serikat Santo Vincentius) dan AIC (Asosiasi Ibu Cinta Kasih) untuk memberikan bantuan karitatif.

dalam program pertanian organik, ada bantuan dana yang diberikan untuk kelompok tani di lingkungan Bp. Kasmijan. Jika berhasil baik, maka akan dikembangkan di lokasi lain. Ada modal yang diberikan ke Seksi Sosial ialah sebidang tanah di Jipang. Memang situasi belum mendukung pertanian organik, karena sumber air dari Sungai Bengawan Solo tercemar.

Selain di Jipang, ada pengembangan organik di Desa Dengok, Kecamatan Padangan. Yang menjadi pionir ialah komunitas di Jipang dan Mentul Ijo. Saat ini pengembangan perlu didukung dana. Meksipun lahan yang dikelola lahan yang gersang, mereka tetap bergerak, sambil belajar aneka teknis pertanian organik. Karena lokasi lahan tidak mendukung, akan diusahakan pembuatan filterisasi air dengan media tanaman enceng gondok di beberapa kolam, sedangkan kolam terakhir diisi tanaman azolla. Harapannya hasil pertanian berupa padi semi organik. Karena tidak tersedia air tanah, maka program ini juga untuk membenahi tanah. Dukungan dana dari Komisi PSE KWI dan Keuskupan akan membantu. Selain itu akan diusahakan dukungan dari pihak lain, seperti Pertamina yang mungkin membantu perintisan biopori, dengan memanfaatkan event Hari Lingkungan Hidup.

Tentang sosialisasi bantuan dari Komisi PSE, telah diinformasikan kepada umat pada saat pertemuan DPP. Pada tahun 2009, Seksi Sosial pernah mengajukan bantuan perbaikan rumah dan biaya pengobatan. Namun  di tahun 2012 tidak ada, karena sesuai dengan arahan Komisi PSE, agar bantuan karitatif diberikan kepada yang sangat mendesak, sementara bantuan produktif lebih diutamakan. Proposal bantuan produktif sudah diajukan berupa pelatihan ternak kambing etawa. Peternakan ini akan mengambil lokasi di Mentul Ijo. Pengurus berencana mengembangkan kambing etawa dan sapi. Saat ini ada sapi tetapi masih kecil, sementara kualitasnya pun kurang bagus. Untuk peternakan kambing akan dipelihara dengan membagi keuntungan.

Peternakan kambing etawa masih perlu mengkaji lokasi. Idealnya lokasi ada di dekat hutan, karena kambing membutuhkan makanan hijau. Seksos menjajaki belajar dari komunitas yang berkecimpung di bidang kambing etawa serta salah satu CSR yang dapat memberikan pelatihan pembuatan makanan kambing. Tempat pelatihan itu ada di satu desa yang hampir semua keluarga memiliki kambing atau peranakan kambing etawa. Peternak hanya membesarkan, sedangkan pemasarannya selama ini dipasarkan ke Jakarta.

Bp. Kasmijan sangat memperhitungkan pemasaran bila melakukan budidaya kambing etawa. Karena perlu kepastian mendapatkan pembeli dengan harga yang tinggi. Kambing etawa memproduksi daging dan susu. Hasil susu kambing, jika dikonsumsi sendiri oleh keluarga akan membuat mereka lebih sehat, selebihnya dapat dijual. Kajian lain ialah tentang keberadaan peranakan kambing. Bibit yang tersedia harganya cukup mahal sekitar Rp. 8.000.000. Namun di Cepu ada informasi harga yang lebih bagus, sekitar Rp. 600.000-900.000. Kambing etawa memiliki kelebihan tingkat kolestrol rendah, sehingga bisa dikonsumsi oleh mereka yang memiliki penyakit darah tinggi.  

Berkenaan dengan pengembangan CU, Seksos menilai masih belum matang karena di Yayasan telah ada CU. Tetapi anggota terbatas di kalangan pegawai. Orang dari luar tidak bisa masuk, apalagi kalau tidak punya penghasilan tetap. Hal yang membuat khawatir dalam pendirian CU ialah beberapa kejadian merisaukan, seperti pengalaman pengelolaan arisan sepeda motor yang sulit terbayar. Demikian pula, ada salah satu koperasi pegawai negeri di Cepu mengalami kesulitan keuangan, karena penyalahgunaan oleh oknum pengurus. Bahkan ada anggota yang tidak mengembalikan, sehingga tanah disita pihak berwenang.

Bp. Aris mengisahkan pernah ada sosialisasi kepada umat, tetapi belum ada respon untuk mengembangkan CU. Dari pelayanan sosial selama ini, ada seorang penarik becak yang memiliki angan-angan bahwa uang menarik becak disetorkan ke CU. Namun harapan itu belum dipikirkan secara sungguh-sungguh. 

Kegiatan keuangan sejenis pernah terjadi  di wilayah I, dalam perkumpulan doa bergilir. Di situ ada pengumpulan dana swadaya umat lingkungan. Dana yang masuk ke kas lingkungan, dipinjamkan kepada anggota lain tanpa bunga. Bp. Aris sendiri pernah menerima pinjaman. Dana tersebut juga dialokasikan untuk umat yang mengalami kesulitan, misalnya untuk keperluan anggota keluarga yang sakit. Sebelum melakukan survei, umat mengadakan iuran solidaritas yang digabungkan dengan dana swadaya, hasilnya disumbangkan kepada keluarga yang sedang mengalami sakit.

Pola yang dipakai ialah komunitas umat yang telah dibagi dalam beberapa kelompok basis. Maka jika meminjam harus ada  persetujuan ketua kelompok. Ketua kelompok bertanggung jawab atas para peminjam. Pola pengembalian pinjaman sebanyak 3 kali, pinjaman maksimal  Rp. 1.000.000,-. Dari kegiatan tersebut pernah terkumpul dana lingkungan sebesar Rp. 5.000.000. Sisa dana digunakan untuk rekreasi lingkungan.

Bp. Sitris sendiri memiliki niat rintisan CU dengan memberdayakan wilayah yang saat ini memiliki perkumpulan ibu-ibu. Perkumpulan tersebut ada di 5 wilayah. Jika sudah sepakat, rencananya gerakan CU akan mulai dari kelompok itu.

Rm. Siprianus Yitno mengatakan bahwa program usaha produktif bisa dimulai dari rumah atau keluarga. Semua peralatan yang ada di rumah diusahakan untuk bisa membiayai keperluan di rumah sendiri. Seksi Sosial bisa mengumpulkan orang yang sudah memulai usaha dan Komisi PSE bisa membantu mengembangkan wirausaha tersebut, entah berupa dana atau pelatihan. Beliau menegaskan bahwa hal yang sulit dalam wirausaha ialah ketekunan. Maka kalau ada keluarga yang sudah menjalankan kegiatan usaha selama 5 tahun, layak didukung.

Untuk Wahana Mentul Ijo, beliau mengharapkan ada kontrak kerjasama antara Komisi PSE dan Paroki, sehingga Mentul Ijo dikelola oleh Komisi. Dengan demikian program rintisan di Cepu dapat berlangsung berkelanjutan. Menurut beliau, Potensi Mentul Ijo sangat besar. Di lokasi tersebut dapat dikembangkan sarana penyuluhan pertanian bagi siswa-siswi TK hingga SMU, termasuk bagi umat. Saat ini sekolah yang rutin memakai adalah SMU Hendrikus, Surabaya. Mereka hadir dan diajak untuk mengenal pembibitan, penyemaian, pemeliharaan tanah dengan pupuk alami dan berbagai hal. Dari pembelajaran seperti ini, mereka diharapkan mencintai tanah sendiri, sebagai bagian dari karya melestarikan ciptaan Tuhan. Apalagi sudah ada seruan para Uskup atau KWI dalam eko-pastoral atau pastoral lingkungan.

Pada diskusi mengenai tantangan dan harapan, para peserta merefleksikan karya Seksi Sosial di Cepu. Yang memprihatinkan ialah tidak mudah mencari relawan, termasuk mencari Ketua. Bantuan yang selama ini diberikan oleh Seksi Sosial masih dianggap sebagai bantuan karitatif. Ada pula anggapan bahwa bantuan wirausaha hanya untuk wirausaha baru, ternyata dapat diberikan kepada mereka yang hendak meningkatkan usaha, misalnya perbaikan kemasan, pemasaran dan lain-lain. Komisi PSE diharapkan memberi arahan program wirausaha di masa mendatang, melakukan kunjungan sehingga bantuan terpantau dan  selalu memberikan dukungan, terutama dana serta pelatihan untuk pengembangan kambing etawa. (BUD/EML/EDL).