27 Januari 2013

Monitoring Ke Kevikepan Blitar

 
 
 
Batik, bordir dan jamur dari St. Maria, Blitar

Seksi PSE Paroki St. Maria, Blitar, merupakan paroki yang banyak mengajukan bantuan dana usaha produktif yang diajukan perorangan. Namun Seksi PSE paroki merancang sistem yang baik, sehingga tidak ada kredit macet. Apabila  ada gejala munculnya kredit macet,  tim Seksi PSE paroki melakukan kunjungan  sehingga para peminjam tetap mampu mengangsur. Kunjungan kepada para penerima dana usaha memiliki nilai strategis. Karena dengan begitu kelihatan bahwa kredit macet berawal dari pemanfaatan dana  yang tidak sesuai dengan pengajuan.

Saat ini ada dana kas yang digunakan. Seksi PSE mendampingi 3 kegiatan kewirausahaan. Pertama, kelompok batik yang selama ini memberi hasil, bahkan dipesan oleh Wanita Katolik Regional yang mengenakan batik khas Blitar.  Mereka mengharapkan ada modal lebih besar, menambah ilmu batik dan pemasaran. Kelompok bordir, memiliki  3 mesin.  Pelatihan bagi mereka yang berminat sebenarnya tidak sulit, tetapi belum terlaksana. Harapannya pelatihan bisa menjangkau banyak orang dan kelak menekuni bidang ini. Kelompok berikut ialah kelompok jamur,  mereka merancang paket pelatihan dan kegiatan inovatif lain. Mereka telah mengikuti aneka pelatihan dan memberikan hasil. Mereka harus menyiapkan tempat, berjuang dan belajar membuat log (media tanam) dan mengajak kaum muda dalam budidaya jamur. Selain memiliki modal kegiatan produktif, ada pula kegiatan karitiatif. Sampai saat ini ada sekitar 25 KK yang mendapat bantuan.  

Tim Seksi PSE yang berpengaruh pada kinerja ialah Ketua Ibu Elisabeth, bendahara Ibu Asis, sekretaris Bp. Pius,  sedangkan Ibu Sunaryo dan Bp. Agus mengawal gerakan CU. Sementara Ibu  Sri dan Ibu Sutejo  memberikan dukungan logistik.  Tim secara tetap mengadakan kunjungan ke 12 stasi. Mereka berangkat jam 8 pagi dan pulang jam 8 malam. Dari beberapa kunjungan, muncul beberapa hal yang perlu ditanggapi dalam program pendampingan.

Antara lain: peningkatan kualitas SDM dalam mengembangkan usaha. Karena beberapa umat yang memiliki aneka usaha produktif, belum didukung dengan pengetahuan dan ketrampilan, sehingga usaha yang dirintis tidak maksimal. Ibu Elisabeth memberikan resep untuk bertahan dalam situasi sulit, hal ini perlu ditularkan kepada kelompok usaha. Ketika mengalami tantangan, pelaku usaha ditantang menemukan inovasi mengembangkan usaha. Pelaku usaha jamur mengungkapkan perlu pelatihan intensif, sehingga menghasilkan produk dengan manajemen sirkulasi yang baik. Sedangkan keterlibatan kaum peremupan dalam usaha, perlu didukung dengan forum sharing dengan para suami, sehingga ada pengertian dan perhatian dalam pengembangan usaha.
 
Ketela pohon dan produk kayu dari St. Yusup, Blitar

Seksi PSE Paroki St. Yusup, memiliki tim ialah: Ibu Bambang selaku ketua, Ibu Veronika Susanti sebagai bendahara, Bp. Marsilam sebagai sekertaris dan dr Tripomo selaku bagian kesehatan. Mereka mengintegrasikan kegiatan usaha produktif dengan Credit Union. Karena itu dana Seksi PSE Paroki disimpan di Credit union.

Ibu Elisabeth menceritakan pengalaman kesulitan  mengatasi kredit usaha yang macet. Para penerima dana ketika ditagih tidak lagi hadir dalam kegiatan gereja. Karena itu untuk pengajuan dana, tidak lagi diberikan secara perorangan, tetapi kelompok. Dalam kelompok ada saling kontrol dan kebersamaan, terutama ketika mengalami kesulitan. Saat ini ada usaha pengembangan pertanian organik, budidaya jahe dan ternak kambing. Di Stasi Slorok, kegiatan pengembangan pertanian organik didukung dengan modal pembelian pupuk. Jika modal pembelian kembali, maka akan masuk kas stasi. Mereka menyediakan tanah, sementara hasil padi dibeli, sehingga penggarap bersemangat. Saat ini, ada seperempat hektar sawah ditanam padi secara organik dan telah 3 kali panen. Namun umat belum banyak yang tertarik. Karena pengenalan organik kepada umat masih kurang.

Di Stasi Ngeni, ada kelompok petani yang menanam ketela pohon. Seksi PSE memberikan bantuan modal. Kegiatan ini juga didukung Komisi PSE. Penanaman tersebut merupakan pemanfaatan lahan di bawah pohon jati. Kaum muda terlibat aktif. Mereka mendapatkan dukungan dari perusahaan penerima ketela. Mereka berlatih memilih bibit, menanam dan merawat ketela sampai memanen. Hasil panen dijual ke perusahaan yang menampung untuk diolah menjadi tepung (mocaf, modified cassava flour). Ibu Elisabeth, selaku Ketua Seksi PSE mengatakan bahwa ketela pohon, dari satu tanaman mampu menghasilkan 12–15 kg. Untuk memanen harus mencabut, maka diperlukan minimal 3 orang. Jika ketela ditanam dilahan seluas 7 ha, memerlukan dana untuk membayar orang yang mencabut. Ketela yang dipanen, seluruhnya diolah dan tidak ada yang tersisa. Jika hasilnya baik, maka memberikan tambahan pendapatan yang baik pula.

Selain itu, kaum muda terlibat dalam pembuatan mebel dari kayu jati. Bangku, kursi, meja altar di beberapa gereja stasi, berasal dari kayu jati yang dipesan dari Ngeni. Mereka mendapatkan pelatihan. Mereka difasilitasi oleh Bp. Bambang yang memberikan pendampingan serta informasi  pemasaran, sehingga dapat menerima pesanan. Kedua kegiatan tersebut mendapat dukungan dari pengurus Stasi Ngeni dan Seksi PSE Paroki St. Yusuf Blitar. Usaha penanaman ketela pohon dan pengolahan mebel kayu jati, merupakan produk unggulan dari Stasi Ngeni. Rm. Agustinus Made mengharapkan agar setiap stasi memiliki produk unggulan yang mampu membuka lapangan kerja bagi umat. Harapannya ada pula dukungan pemasaran oleh pihak gereja dan umat yang mau mempromosikan.

Dari berbagai kegiatan tersebut masih mengalami beberapa kesulitan, antara lain, produk unggulan usaha perlu disertai dengan pemasaran yang baik. Perlu pula pembinaan mental usaha sehingga dapat bertahan ketika menghadapi situasi sulit. Harapannya mereka tidak mudah meninggalkan pekerjaan yang sedang ditekuni. Berhadapan dengan kebutuhan petani akan pupuk, peralatan dan sebagainya, memunculkan gagasan membuka toko pertanian.
 
Beras organik dan bunga dari Tulungagung

Kunjungan selanjutnya di Paroki St. Maria Tak Bernoda Asal,  Tulungagung. Bp. Thomas selaku ketua Seksi PSE paroki yang memiliki usaha krupuk meluangkan waktu memberikan informasi kegiatan Seksi PSE. Saat ini fokus diarahkan pada pengembangan pertanian organik. Pengembangan tersebut sudah mendapatkan sertifikat dari pemerintah. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, ketika panen hasil langsung digiling sampai habis. Pada suatu waktu beras yang dihasilkan tidak baik. Maka diupayakan agar beras tetap aman dari gangguan kutu. Belajar dari pengalaman itu, hasil panen akan digiling jika ada pemesanan.

Selain itu ada usaha pengembangan penanaman bunga. Pada awal menanam warga belum tampak antusias. Saat ini, tempat penanaman bunga menjadi semacam tempat wisata, di mana orang datang untuk menikmati indahnya tanaman aneka bunga. Warga juga mendapat pelatihan merangkai bunga dan menambah jenis penanaman.  Pemerintah Kabupaten pun memberikan dukungan kepada para petani.  Ibu Ratna yang mengorganisir kegiatan ini, akan tetap terlibat dalam Seksi PSE paroki periode berikut.

Berkenaan dengan kegiatan CU, di Tulungagung ada 3 CU. CU yang sangat berkembang adalah CU Bahtera Sejahtera. CU ini didirikan tahun 2005, dengan aset per bulan November 2012 berjumlah Rp. 3,424,327.847. Anggotanya sebanyak 490 orang terdiri dari berbagai kalangan.

Dari beberapa kunjungan ke paroki, yang juga dilakukan di kevikepan lain, Komisi PSE Keuskupan Surabaya mendapatkan gambaran tentang pemanfaatan dana bantuan yang diberikan. Kunjungan seperti ini, selain menjalin komunikasi dengan perangkat pastoral di paroki juga melihat nilai pemanfaatan serta memantau faktor yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan. Harapannya ada evaluasi dari pemberian bantuan modal usaha yang diberikan dan melihat kesesuaian dengan tujuan yang hendak dicapai, ialah kesejahteraan. (EDL).