24 September 2011

Pelatihan Entrepreneurship Untuk UKM




Rencana tindak lanjut yang dirancang pengurus Seksi Sosial Paroki Se-Kevikepan Surabaya Barat menjadi nyata. Koordinator Seksos Paroki Se-Kevikepan Surabaya Barat, Bp. Petrus Budiono merancang sebuah kerjasama dengan Universitas Ciputra, Surabaya untuk memberi pembekalan bagi peserta pelatihan wirausaha. Kegiatan ini terlaksana pada 22-26 Agustus 2011 dengan fasilitator dosen Universitas Ciputra.

Para peserta berasal dari utusan paroki di Kevikepan Surabaya Barat yang meliputi Paroki Redemptor Mundi, St. Aloysius Gonzaga, St. Stefanus, Tandes, St. Yusup Karangpilang, St. Yakobus Citraland, St. Maria Gresik dan Sakramen Mahakudus, Pagesangan. Mereka semua telah memiliki usaha atau pernah memiliki usaha. Mereka selama ini menggeluti usaha antara lain: toko kecil, jasa konsultan, penjahit, mebel serta profesi lain. Usia peserta rata-rata di atas 35 tahun. Sementara dari unsur perempuan yang mengikuti sebanyak 40 %. Kegiatan ini dibatasi hanya untuk 24 peserta saja. Namun hanya 21 orang yang dinyatakan mendapat sertifikat kursus, karena 3 orang gugur di tengah jalan

Pelatihan ini memiliki tujuan agar peserta dapat membedakan penjualan dengan pemasaran, mampu merancang pemasaran sebagai ide bisnis secara on line atau off line, mengenali minat diri dan kompetensi diri, mencetuskan ide bisnis yang sesuai dengan minat dan kompetensi, mampu memilih kelompok pelanggan dengan karakter sesuai dengan karakter diri dan memilih disiplin bisnis yang sesuai, mampu membuat model bisnis yang visible dan mampu membuat rencana aksi sebagai acuan start up bisnis. Juga harapannya peserta mampu mendampingi para calon pelaku kewirausahaan, melalui penguasaan model bisnis sebagai acuan melakukan lean start up dan effective scale up.

Selama 5 hari, peserta mengikuti kegiatan efektif selama 8 jam sehari. Jika ditotal ada 40 jam, sejak pukul 8 hingga jam 5 sore, diselingi istirahat setiap sesi dan pada makan siang. Pada bagian pertama, peserta mendapatkan masukan tentang inspirasi ide bisnis dan pemasaran, lalu bagian kedua etika dalam pemasaran bisnis serta bagian ketiga, strategi model dan rencana start up bisnis. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini ialah case-based learning, in class learning serta off class selling. Pada bagian akhir pelatihan, peserta diharapkan sudah memutuskan model bisnis yang akan dikembangkan disertai action plan yang lengkap. Model dan action plan yang dirancang oleh setiap peserta kemudian dipresentasikan di depan fasilitator dan peserta lain, agar mendapat kritikan, masukan atau usul dalam realisasi.

Pada hari pertama, peserta diperkenalkan dengan mind set entrepreneurship sebagai pilihan hidup dan konsep bisnis yang dimulai dengan pemasaran. Setelah minum, peserta mengenal pemasaran sampai menjual ide bisnis. Pada hari kedua, peserta mengenali minat dengan mengisi formulir dipandu fasilitator. Peserta melihat passion, kompetensi dan jaringan yang dimiliki. Kemudian disusul pengenalan konsep hidup yang pararel atau linear untuk mendukung bisnis berjalan dengan baik.

Pada hari ketiga, peserta mendapatkan masukan mengenai hidup kewirausahaan yang beretika dipandu Rm. Yustisianto, Pr. Rm. Yus menekankan etika bisnis sebagai aplikasi atau implementasinya dalam bidang produksi, distribusi dan tukar-menukar barang dan jasa ekonomi. Etika bisnis mengembangkan prinsip sekunder berkenaan dengan hubungan majikan dan buruh, penjual dan pembeli, pelaku bisnis di hulu dan hilir, industri dan pada akhirnya seluruh bangsa. Sebagai kewajiban dasar, pelaku bisnis harus memperhatikan akibat langsung atau tidak perbuatannya terhadap orang atau kelompok lain. Sekalipun masyarakat memegang prinsip, "bagaimana enaknya" tanpa mengihraukan "bagaimana baiknya", dampak perbuatan orang akan menimpa orang atau kelompok lain.

Pelaku bisnis harapannya tetap mendidik hati nurani secara peka dengan mempelajari permasalahan hidup dan melakukan kebaikan. Sebagai majikan, produsen, distributor terikat untuk memenuhi syarat kesejahteraan karyawan serta kewajiban menjaga keamanan konsumen. Dalam tukar menukar barang dan jasa, dalam menjual dan membeli, tidak boleh mengeksploitasi pelanggan dengan penipuan. Intinya bagaimana usaha bisnis tidak boleh serta merta merugikan orang atau kelompok lain. Penjelasan etika bisnis, dipertegas dengan penjelasan Ibu Victoria Suryani yang memaparkan etika bisnis dalam lingkungan Astra Group. Selain itu ada pemaparan bisnis sebagai partisipasi pengembangan bangsa dan pengalaman social bussines.

Pada hari keempat, peserta mendengarkan kisah pelaku usaha yang bertahan dan berkembang meskipun hanya memiliki 3 warung saja. Ini tak lain karena disiplin pelaku wirausaha. Semua itu diperjelas dalam resep kelanggengan usaha yang intinya sederhana, fokus dan konsisten. Peserta kemudian mempresentasikan ide dan rencana bisnis masing-masing. Tampak sekali ada kesulitan, semangat sekaligus tantangan dan peluang dalam merencanakan ide.

Pada hari kelima, peserta mendapat masukan rencana pengembangan aksi nyata bisnis, meliputi pengembangan produk dan pasar yang efisien. Selain itu, peserta diperkenalkan cara menciptakan saluran distribusi dan pemeliharaan konsumen secara efektif. Setelah minum, peserta memperbaiki rencana keuangan dan sampai pada finalisasi, ketika peserta melakukan perubahan-perubahan agar rencana bisnisnya semakin mantap. Fasilitator menekankan bahwa selain aneka ilmu dalam pelatihan, keuletan, kegigihan dan kesungguhan peserta untuk menerapkan ilmu dalam kegiatan bisnis, menjadi penentu suksesnya program ini di masa yang akan datang.

Paroki St. Aloysius Gonzaga memberikan dukungan dalam kegiatan ini dengan menyediakan tempat. Selain itu, dukungan penuh dari para dosen dan staf Lembaga Pengabdian Masyarakat, Universitas Ciputra. Pelatihan bahkan menambah waktu hingga 17 September 2011. Karena pada sesi terakhir, ketika pembuatan dan presentasi action plan, waktu yang disediakan ternyata tidak cukup. Peserta cukup bersemangat, hal ini tampak dari tingkat kehadiran mencapai 60 %. Fakta kehadiran menunjukkan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat. Mereka bahkan saling menampilkan keterampilan dengan demo pembuatan kuliner, keterampilan membuat bordir, sharing pemasaran produk dan lain-lain.

Komisi PSE Keuskupan Surabaya yang turut mendukung kegiatan ini, melihat pelatihan ini sebagai perwujudan rancangan program dalam pertemuan Seksos Paroki di Sasana Krida Jatijejer, Trawas. Komisi PSE akan terus menganimasi Paroki di Kevikepan Surabaya Selatan dan Surabaya Utara untuk menduplikasi kegiatan sejenis. Karena, sesuai dengan Arah Dasar, kegiatan yang diprioritaskan ialah kewirausahaan bagi kaum muda dan kaum petani. Meskipun sudah dirancang, peran dan komitmen koordinator Kevikepan dan Seksos Paroki sangat penting dalam mewujudkan rencana tersebut. (disarikan dari: Laporan Pelaksanaan Entrepreneurship Untuk UKM, Paroki St. Aloysius Gonzaga).