13 Maret 2011

Perkembangan Credit Union Rintisan Di Kawasan Urban

Apa kabar pertumbuhan CU rintisan di kawasan urban, Surabaya dan Sidoarjo ? Selama minggu ini ada 2 CU yang mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT). RAT kedua CU tersebut memang masih seumur jagung. Sejalan dengan usia keduanya yang masih balita, di bawah 5 tahun.

Kedua CU memiliki karakteristik yang hampir sama. Mereka didukung oleh Pastor Paroki, Dewan Pastoral Paroki dan Seksi Sosial Paroki setempat. Pada awal pembentukannya, kegiatan tersebut hendak meningkatkan karya pelayanan sosial dari sekedar karitatif, menuju pemberdayaan. Tak heran sebagian dari anggota di kedua CU tersebut dulu adalah penerima bantuan Warung Projo dan penerima Beras Murah. Ada beberapa pembelajaran berkenaan dengan perjalanan kedua CU tersebut.

Perkembangan 2 CU

- CU Cipta Mandiri, Sidoarjo

CU Cipta Mandiri, Sidoarjo, baru pertama kali mengadakan RAT pada 10 Maret 2011. Sejak melakukan soft opening pada 4 April 2010, kini CU yang dirintis Seksi Sosial Paroki St. Maria Annuntiata memiliki 164 anggota. Para anggota terdiri dari beragam profesi. Mereka terdiri dari penarik becak, tukang sampah, tukang parkir hingga karyawan swasta, wiraswastawan, dosen serta rohaniwan.

Pengurus yang hanya 3 orang serta 1 orang pelaksana, dari 10 orang yang dahulu mengawali berdirinya CU, mengakui bahwa keberadaan CU setahun ini belum maksimal. Hal itu disebabkan oleh terbatasnya orang yang terlibat sebagai pengurus dan pelaksana. Memang semula ada banyak orang dalam perintisan CU, namun setelah mengalami berbagai kesulitan beberapa mengundurkan diri. Pemaparan situasi ini diharapkan menggugah beberapa anggota yang memiliki kualifikasi layak namun sukarela untuk duduk dalam struktur organisasi CU, misalnya untuk posisi penasehat, pengawas dan pengurus.

Ibu Fenny Susilowati, selaku Ketua CU Cipta Mandiri, menghimbau kesadaran untuk bekerja bersama-sama melayani sesama anggota, sehingga fungsi kontrol dan lainnya dapat berjalan demi kemajuan CU. "RAT juga dimaksudkan untuk menyampaikan rencana pembenahan CU. Dalam hal ini menjajaki kemungkinan penambahan atau perubahan personel pengawas, pengurus demi mendapatkan organisasi yang lengkap", tutur perempuan wirausahawati ini

Ada 2 hal yang akan diperhatikan dalam jangka pendek. Pertama, sosialisasi, yang akan menjadi kesempatan memperkenalkan CU serta memberi pendidikan kepada anggota. Sosialisasi, antara lain akan dilakukan kepada siswa-siswi sekolah agar menabung sejak dini sehingga mereka kelak mendapat kemudahan keuangan di bidang pendidikan. Termasuk sosialisasi ke lingkungan-lingkungan, sehingga CU semakin dikenal dan membantu mereka yang mengalami kesulitan ekonomi, ke pabrik-pabrik yang jumlahnya cukup banyak di kawasan Sidoarjo serta sosialisasi kepada anggota dalam perjumpaan di kantor pelayanan CU.

Kedua, pengawasan, yang masih kurang maksimal. Pengawasan masih dilakukan oleh pengurus kepada pelaksana. Sampai saat ini pengeluaran uang untuk pinjaman melalui prosedur yang ditandatangani pengurus memang aman. Sedangkan jumlah pinjaman disesuaikan dengan jumlah tabungan anggota. Sistem ini disebut sebagai sistem tanggung renteng oleh anggota lain. Resikonya, tabungan anggota yang dijadikan tanggungan tidak dapat diambil hingga pinjaman peminjam lunas. Hal ini memiliki sisi positif karena menunjukkan solidaritas sesama anggota dan tetap menuntut tanggung jawab peminjam yang telah dibantu oleh anggota lain.

Kegiatan lain yang akan dijadikan prioritas adalah peningkatan kapasitas pengurus CU. Bentuknya berupa peningkatan pengetahuan serta kinerja pengurus dan pengelola. Selama ini sebenarnya telah ada upaya pembelajaran melalui kunjungan ke CU Sawiran, Malang dan CU Mandiri, Probolinggo. Bahkan 3 orang pelaksana dipersiapkan dengan mengikuti training di CU Sawiran. Serta menghadiri pertemuan Komisi PSE Keuskupan Surabaya yang menjadi kesempatan berjejaring dengan CU se Keuskupan. CU Cipta Mandiri juga menjajaki kerjasama dengan CU Sawiran yang menjadi induk, tempat belajar dan konsultasi. Tidak hanya itu, pengurus menjajaki kemungkinan Puskopdit Jatim Timur memberikan pendidikan.

Secara umum, ada beberapa hal positif yang menggembirakan. Misalnya manajemen resiko prosedur pengeluaran pinjaman melalui rekomendasi pengurus, selama ini berjalan aman. Prediksi positif pada akhir April 2011 berupa, perolehan laba operasional untuk pembagian sisa hasil usaha (SHU). Juga rencana paket dana sosial yang juga diperoleh dari laba operasional. Tanda baik lainnya ialah meningkatnya jumlah penabung selama 5 bulan terakhir. Pada bulan Desember 2010 tercatat 259 penabung, dari 164 anggota. Selain itu terjadi solidaritas dengan sistem tanggung renteng dalam peminjaman. Tak bisa dipungkiri, keberadaan CU turut membantu kebutuhan anggota untuk mencukupi kebutuhan seperti: pendidikan (50%), pinjaman modal kerja (25%), pinjaman konsumtif (12,5%) dan pinjaman lain (12,5%).

Beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan ialah: kesadaran menabung anggota yang berkenaan dengan rasa memiliki dan memajukan kesejahteraan bersama. CU masih perlu menyisihkan biaya untuk cadangan resiko dan menyisihkan dana amortisasi renovasi kantor serta training. Termasuk penerapan Standard Operasional Manajemen (SOM) dan Standard Operasional Prosedur (SOP). Selain pemilihan penasehat, pengawas serta peningkatan kesadaran anggota melalui pendidikan. Dengan demikian 3 pilar CU yaitu: pendidikan, solidaritas dan keswadayaan dapat berlangsung dengan baik. Semua itu menjadi bagian dari pencapaian target proyeksi tahun 2011.

- Kopdit Swadaya Sejahtera, Pakis Tirtosari, Surabaya

Kopdit Swadaya Sejahtera, yang berdiri sejak tahun 2008, mengadakan RAT ketiga. Perkembangan yang dicapai Kopdit yang dirintis oleh Seksi Sosial Paroki Redemptor Mundi, Surabaya cukup membanggakan. Jika pada RAT kedua, tahun lalu, jumlah anggota sebanyak 295 orang, tahun ini terjadi penambahan menjadi 378 orang (133 lelaki dan 245 perempuan). Sementara jumlah aset per Desember 2009 sebesar Rp. 77.913.067,-, meningkat per Desember 2010 menjadi sebesar Rp. 1.164.959.339,-. Jumlah pinjaman yang beredar, tahun lalu sebesar Rp. 821.200.000,- , sedangkan tahun ini Rp. 787.000.000,-. Yang patut dipuji, pinjaman yang dimanfaatkan oleh anggota adalah pinjaman untuk kegiatan produktif. Secara berurutan pinjaman yang beredar berdasarkan banyaknya jumlah peminjam ialah: pinjaman produktif (41 orang), pendidikan (30 orang), kesehatan (9 orang), bangunan (21 orang), konsumtif (26 orang) dan tabungan (1 orang).

Meskipun mengalami kemajuan, namun pengurus tetap berupaya untuk meningkatkan sumber daya anggota, jumlah anggota serta mengatasi kelalaian pinjaman anggota. Karena itu, RAT 2011 mengambil tema, Meningkatkan Kualitas Anggota Melalui Pendidikan Dasar. Pengurus melihat bahwa anggota Kopdit Swadaya Sejahtera perlu disemangati terus agar meningkatkan budaya menabung. Karena tidak ada kesuksesan tanpa menabung. Bp. Fransiskus Budiono dalam kesempatan laporan memaparkan program kerja antara lain: mengadakan rapat bulanan bagi pengurus, pegawas dan staf yang membahas agenda rapat, resiko pinjaman, rencana kaderisasi dan persiapan bergabung dengan Puskodit serta memikirkan kekosongan pengurus dan pengawas. Memang secara organisasi, Kopdit Swadaya Sejahtera telah memiliki kepengurusan yang lengkap seperti penasehat, pengurus, panitia kredit, pengawas dan pelaksana harian. Mereka adalah 12 orang yang rela melibatkan diri dalam karya pelayanan.

Lelaki yang menjadi Tim CU Komisi PSE itu menambahkan, "Kopdit saat ini sedang mempersiapkan status berbadan hukum, targetnya pada tahun buku 2011 Kopdit sudah berbadan hukum. Berkenaan dengan pola kebijakan, Kopdit merencakan peninjauan poljak pada bulan Oktober 2011. Berkenaan dengan pendidikan, Kopdit akan mengadakan pendidikan anggota dengan tujuan memberikan konsep dasar koperasi kredit dan menumbuhkan tanggung jawab anggota sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa Kopdit. Sedangkan panitia kredit akan meningkatkan volume pinjaman dan mengurangi kemacetan pinjaman untuk mengindari kerugian".
Kopdit mengupayakan pendidikan terus menerus berupa pendidikan dasar anggota dan pengurus kopdit. Pendidikan kepada anggota merupakan kegiatan bagi anggota baru untuk mengenal, menambah pengetahuan, menumbuhkan rasa kecintaan kepada Kopditnya. Para anggota baru akan mendapat materi berupa: apa dan bagaimana Kopdit, profil, produk simpanan, visi misi, perkreditan serta anggaran pendapatan dan belanja. Sedangkan pendidikan bagi pengurus serta staf ialah pelatihan manajemen demi meningkatkan keterampilan dan keahlian operasional manajemen, menambah wawasan dan pengetahuan perkoperasian demi meningkatkan profesionalitas pelayanan. Kopdit Swadaya Sejahtera bahkan telah menarik minat Paroki St. Aloysius Gonsaga dan Paroki St. Yakobus, Surabaya untuk mendapatkan penjelasan tentang gerakan yang telah menjadi prioritas program Komisi PSE Keuskupan Surabaya tersebut. Hasilnya nyata, paroki Aloysius Gonsaga kini menjadi tempat pelayanan, sehingga Kopdit Swadaya Sejahtera kini memiliki 3 tempat pelayanan.

Apresiasi

Rm. Severinus Sabtu, CM, Pastor Paroki St. Maria Annuntiata, mengomentari perkembangan CU di parokinya, berdasarkan laporan simpanan saham yang di dalamnya meliputi simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela. Jika simpanan saham dikonfrontasikan dengan jumlah anggota, tampak bahwa komitmen anggota untuk menabung masih lemah. Anggota belum sadar apa arti menjadi anggota CU. Padahal anggota harus sadar bahwa menjadi anggota CU berarti pertama-tama untuk menyejahterakan dirinya bersama anggota lain, dengan cara menabung.

Pastor yang selama ini aktif dalam pengembangan CU di Bintuni, Papua Barat ini mengatakan bahwa pendirian CU harus dimulai dari komitmen sekelompok orang yang menabung terlebih dulu. Idealnya kelompok itu sangat solid dan cenderung homogen. Mereka memperkuat diri dulu selama beberapa waktu. Setelah aset kelompok kuat, CU bisa memperluas anggota secara inklusif. Itu yang terjadi dengan bebeberapa CU yang kini memiliki aset besar. Misalnya CU Sawiran yang semula berlaku bagi kalangan pendidikan milik kongregasi CDD. Mereka lebih mudah memperkuat kewajiban simpanan karena ada komitmen pemotongan gaji dari anggota serta menggarap tabungan para siswa. Efeknya, simpanan saham anggota terkumpul segera dan pasti. Sedangkan untuk kelompok yang heterogen dan langsung terbuka untuk umum, memang baik. Namun perlu komitmen yang sangat kuat dari semua anggota untuk menabung. Memang, tantangan untuk kelompok yang heterogen lebih besar. Meskipun demikian Pastor asli Flores ini memiliki rencana, "Saat ini fokus perhatian adalah penguatan kapasitas pengurus sehingga mereka sungguh memahami bagaimana membawa CU secara benar. Kemungkinan yang sedang dijajaki adalah meminta pendampingan dari jejaring CU".

Sementara Bp. Lukas Indratmoko, manajer dan karyawan CU Kosayu Malang, mengomentari perkembangan Kopdit Swadaya Sejahtera yang cukup signifikan, menyebutnya sebagai sesuatu yang menarik. Pengalamannya bertahun-tahun diundang paroki-paroki dalam perintisan CU, membuatnya berkesimpulan, memulai CU di paroki lebih sulit. Kenyataannya memang hanya beberapa paroki yang sampai pada niat mendirikan CU. Di antara CU yang muncul pun sedikit saja yang bertahan dengan sehat. Kalau pun akhirnya mendirikan CU, perkembangannya lambat. Menurutnya ada beberapa faktor, antara lain komitmen pengurus Dewan Pastoral Paroki yang multi kepentingan, sehingga tidak fokus dan tidak serius. Tak ketinggalan, situasi kelompok atau anggota yang heterogen, di mana tidak semua memiliki cita-cita yang sangat kuat untuk menjadi sejahtera, karena memang beberapa di antara mereka sudah sejahtera. Hal ini berbeda dengan komunitas para guru serta karyawan di kalangan pendidikan kongregasi CDD yang sama-sama ingin membangun kesehteraan melalui CU. Hal yang sama terjadi pada para guru dan karyawan di SMUK St. Louis, Surabaya. Mereka memiliki kesadaran untuk membangun kesejahteraan dengan menabung yang dipermudah dengan melakukan pemotongan gaji. Hal ini pula yang terjadi di kalangan persekolahan milik kongregasi SPM, CU Mandiri, Probolinggo atau CU kalangan nelayan di Prigi, Trenggalek.

Berdasarkan pengalaman mendampingi beberapa CU, pengurus Puskopdit Jatim Timur ini menunjuk betapa penting dukungan para pastor dan DPP, entah berupa fasilitasi atau dorongan agar umat membentuk communio, solider dan mengingatkan agar umat mau menabung. Tak kalah penting peran sumber daya manusia yang disemangati oleh “roh” CU. Artinya, perlu ada pioner yang memiliki komitmen sungguh-sungguh, mau turun, mau jatuh bangun, bahkan rela menanggung kesulitan yang ditemui. “Tidak perlu banyak-banyak, 3 orang yang berkualitas, cukup untuk merintis CU yang baik”, lanjutnya. “Selain itu, pembentukan CU tidak terbatas atau tidak hanya berbasis paroki. Tidak hanya berbasis teritorial, tetapi juga berbasis kategorial. Karena, masih terbuka peluang prospektif pembentukan CU bagi kelompok-kelompok homogen seperti karyawan paroki, karyawan keuskupan, yayasan serta rumah sakit yang memang sifat kelompoknya tetap dan ikatan paguyubannya telah solid”. Ia melihat peluang bahwa kota Surabaya memiliki potensi sekaligus permasalahan keuangan yang kompleks, di mana CU dapat menjadi sarana mewujudkan kesejahteraan.

Komisi PSE

Sebagaimana diketahui, Gereja Katolik kembali mencetuskan CU sebagai pintu masuk menghadapi situasi kemiskinan dalam SAGKI 2005. SAGKI 2005 mengamanatkan pengembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) / Credit Union (CU) untuk pemberdayaan sosial ekonomi di kalangan umat basis. Komisi PSE Keuskupan Surabaya telah menetapkan pengembangan LKM / CU sebagai prioritas program selama 10 tahun ke depan, dalam Arah Dasar. Komisi PSE menempatkan diri sebagai perangkat pastoral Keuskupan yang menjalin komunikasi dan koordinasi dengan semua pihak terkait, termasuk perangkat pastoral di paroki, demi terlaksananya Arah Dasar.

Konkretnya, Komisi PSE melakukan kegiatan animasi serta fasilitasi kepada umat agar melaksanakan prioritas program. Jika paroki atau kelompok umat (kelompok karyawan, kelompok lingkungan dan lain-lain) hendak mendirikan CU, Komisi PSE akan mendukung. Jika pendirian primer CU hendak dilakukan di setiap paroki, itu merupakan keputusan setiap paroki atau kelompok umat. Atau jika paroki-paroki di satu kevikepan justru bersatu, membentuk satu primer CU saja yang kuat dengan tempat pelayanan di setiap paroki, itupun keputusan masing-masing. Komisi PSE tidak mencampuri dan tidak akan membuat primer CU, tetapi mendorong agar kesadaran sosial umat tumbuh dan berkembang.

Komisi PSE akan menjalankan peran sebagai promotor Self Help Promotion (SHP) dan bukan Self Help Organization (SHO), di mana CU seharusnya lebih mendahulukan orang, communio, daripada uang. Melalui seksos paroki, Komisi PSE mendorong peran sebagai kompas gerakan yang menjaga perilaku etis dan moralitas CU, menghadirkan kontrol sosial, evaluator yang mendahulukan mutualisme dan kualitas, bukan sekedar kuantitas. Ia bertindak melakukan kajian-kajian kontemporer agar CU tidak berkiprah secara eksklusif-sektoral dan membentuk CU yang sungguh-sungguh memberdayakan. (A. Luluk Widyawan, Pr, Ketua Komisi PSE Keuskupan Surabaya).