16 Januari 2011

Pendampingan Sosial Ekonomi Melalui Kambing

Berawal dari retret bertema sosial, muncul ide dari Rm. Yustinus Suyatno, Pr, Pastor Stasi St. Don Bosco, Gringging, Kediri Barat untuk melakukan kegiatan pemberdayaan di wilayah sekitar Kalibago dan Sumberbentis. Sebelumnya ada saja rentetan kegiatan yang mendorongnya untuk menyusun kegiatan ini. Hal ini berawal dari kunjungan ke keluarga-keluarga di Stasi Gringing dan sekitarnya yang jumlahnya sekitar 346 KK. Juga berdasarkan data hasil live in para seminaris dari Seminari St. Vincentius, Garum, kelas IV, pada tanggal 29 Sep - 4 Okt 2010. Hal itu mendorong untuk memprioritaskan Stasi Kalibago dan Semberbentis mendapatkan pendampingan di bidang sosial ekonomi.

Sebagai contoh hasil laporan di Stasi Sumberbentis, di wilayah sekitar kaki Gunung Klotok terdapat 57 KK. Sebagian besar merupakan lansia, sebanyak 19 orang diantaranya berstatus janda. Buruh tani berjumlah 34 orang, buruh kerja 10 orang, kuli bangunan 2 orang, pesuruh 1 orang, karyawan pabrik rokok Gudang Garam 8 orang, petani 4 orang dan pedagang kecil 8 orang, tukang 4 orang, karyawan swasta 2 orang, guru 2 orang, ibu rumah tangga 15 orang dan wartawan 1 orang.

Pada tanggal 5 Oktober 2010, disusun suatu daftar isian tentang kedaan ekonomi keluarga sebagai bahan proses pemberdayaan ekonomi. Hasilnya, memang cukup banyak warga yang memelihara kambing, bahkan ada beberapa KK yang memelihara kambing dengan sistem maro. Artinya kambing itu milik orang lain dan orang itu hanya berjasa memelihara. Hasilnya nanti diparo atau dibagi dua. Hal ini cukup menggambarkan situasi ekonomi umat setempat.

Faktanya kebanyakan warga di desa tersebut masih memelihara kambing secara tradisional. Disebut tradisional karena, pemeliharaan dilakukan dengan cara yang masih sama dengan pemeliharaan di jaman dulu. Maka untuk mendapatkan informasi baru tentang pemeliharaan kambing, seksi sosial melakukan kunjungan ke Pare untuk melihat pemeliharaan kambing secara lebih baik. Setelah itu, seksi sosial mensosialisasikan apa yang dilihat di Pare dan mengajak ketua lingkungan / stasi serta umat di Stasi Kalipang. Saat itu diberikan tawaran bahwa jika ada yang berminat akan diantar.

Karena, Stasi Gringing memiliki tanah sawah cukup luas, selama ini tanah tersebut ditanami mangga dan ketela pohon. Maka untuk mendorong perubahan umat tentang pemeliharaan kambing yang lebih baik, muncul ide membuat percontohan kambing terlebih dahulu. Selain itu, di tempat yang sama akan dilakukan kegiatan pengolahan sampah / pembuatan pupuk organik. Ketika itu, Pastor Stasi mengatakan hal ini kepada seksi sosial bahwa kegiatan membutuhkan perhatian, kesungguhan dan dana yang cukup besar dan membutuhkan perencanaan matang. Hal ini mengingat di sekeliling kebun itu belum ada pagarnya. Meskipun demikian hasil rapat memberi keputusan positif ialah, diusahakan dana swadaya, dukungan dari Paroki dan Komisi PSE. Untuk sementara waktu kandang tersebut akan ditetapkan di rumah salah satu anggota seksi sosial. Karena yang bersangkutan bersedia memelihara. Kelak bila kebun stasi sudah siap, maka sewaktu-waktu bisa dipindahkan.

Pada pembahasan terakhir, sampai pada keputusan bahwa seksi sosial bersama umat dan didukung oleh Pastor Stasi akan melakukan 2 kegiatan, yaitu: Penggemukan kambing dan peranakan kambing. Tujuan kegiatan ini: kelompok sosial mempelajari penggemukan dan peranakan kambing, mempraktekkan penggemukan dan peranakan kambing di tanah milik Gereja dan kelak menularkan penggemukan dan peranakan kambing kepada umat / masyarakat peternak di Stasi sekitar, yaitu: Stasi Kalibago dan Stasi Sumberbentis.