13 Februari 2010

Pembelajaran Bersama Dari Padang

Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam dari Surabaya, pesawat akhirnya mendarat dengan mulus di Bandara Udara Minangkabau. Lokasi bandara sekitar 5 km dari kota. Dari pintu keluar bandara, belok ke kanan lurus ke arah kota. Jika belok ke kiri ke arah Padang Pariaman. Sekitar setengah jam perjalanan memasuki kota Padang, tampak suasana cukup normal. Di kanan kiri, tampak bangunan yang rusak atau sedang dalam perbaikan. Aktifitas ekonomi memang menggeliat lagi di Padang, tetapi toko-toko besar, mal dan supermarket belum ada yang buka dan sedang direnovasi seperti, Matahari, Suzuya Rocky Plaza, Plasa Andalas dan Ramayana belum terlihat beroperasi.

Ketika sampai di penginapan pun, sopir taksi menjelaskan bahwa bangunan empat lantai di sebelahnya telah runtuh, namun pemilik segera merenovasi sehingga bisa beroperasi dan menjadi tempat menginap. Dari dalam kamar, memandang keluar jendela, tampak kompleks sekolah yang rusak berat, sementara aktifitas belajar mengajar tetap berlangsung di bangunan semi permanen dari papan dan tripleks beratapkan seng. Gempa masih terjadi ketika meletakkan tas di atas meja dan menurut office boy, memang masih sering terjadi gempa susulan dalam skala kecil dan ringkas. Dari sebuah tempat persis di sisi kanan Katedral Padang di Jalan Bundo Kanduang pertemuan Caritas Joint Response Learning Review dilaksanakan pada 27-28 Januari. Acara tersebut dihadiri oleh unsur ERT Keuskupan Padang, Karina, Caritas Partners, Caritas Member Operation dam Lembaga Karitas Keuskupan yang terlibat dalam penanganan bencana beberapa waktu lalu.

Acara dibuka dengan sambutan singkat oleh Uskup Padang, Mgr. Martinus D.Situmorang. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan peserta. Rm. Agus Mujihartono, dari ERT Keuskupan Padang melanjutkan dengan presentasi singkat pengalamannya ketika gempa menguncang bumi Padang secara kronologis. Presentasi ini diberi judul G30S / Sumbar (Gempa Bumi 30 September / Sumatera Barat). Rm. Agus juga menuturkan beberapa kebingungan yang dialami, antara lain untuk soal: koordinasi ketika banyak orang yang datang, siapa yang harus dikontak, perubahan struktur yang begitu cepat berimbas pada perubahan tugas dan pekerjaan, perubahan budget, orang dan membuatnya berniat mengontak beberapa pihak yang pernah menawarkan bantuan sebelumnya. Termasuk kehadiran relawan yang datang membantu tetapi semua berangkat ke Padang Pariaman, tidak menolong umat dan warga kota Padang. Ia mengatakan kota Padang diabaikan, padahal jumlah rumah yang roboh tidak kalah banyak.

Acara kemudian dilanjutkan dengan diskui. Diskusi dilakukan dalam 3 kelompok, yakni ERT Keuskupan Padang, Karina dan Caritas Partners serta Lembaga / Karina Keuskupan lain. Mereka menjawab beberapa pertanyaan panduan sebagai berikut, apa yang berjalan baik? apa yang berjalan tidak baik? apa yang seharusnya ada tapi tidak ada? apa yang sudah terjadi tapi seharusnya tidak?

Menurut peserta dari Lembaga / Karina Keuskupan lain, beberapa hal yang sudah baik adalah, terbentuknya Caritas Joint Response, keterlibatan Karina Keuskupan dan Caritas Internationalis, serta kehadiran relawan yang secara tidak langsung menjadi kesempatan pengembangan kapasitas dalam rupa pembelajaran langsung di lapangan. Sedangkan yang tidak berjalan disebutkan koordinasi misalnya, mekanisme kerjasama Karina dan Keuskupan Padang belum lancar, koordinasi relawan, juga paket bantuan yang tidak seimbang, ketersediaan barang dari supplier, komunikasi antara logistik, relawan lapangan dan procurement kurang lancar, koordinasi antara relawan dari Keuskupan lain dan relawan Keuskupan Padang. Selain itu, relawan perlu mendapatkan penjelasan dan penyesuaian tentang form administrasi, assesment, monitoring dan evaluasi. Berkenaan dengan relawan hal yang petut diperhatikan adalah, pembagian tugas, pelibatan relawan lokal paroki dan penanggung jawab hidup harian. Kelompok dari berbagai Keuskupan ini merekomendasi pentingnya manajemen sirkulasi relawan, draft panduan relawan, database relawan dan relawan dari Keuskupan lain hendaknya ditanggung oleh Karina Keuskupan setempat.

Sementara dari kelompok ERT Keuskupan Padang menggarisbawahi tentang, proses verifikasi beneficiaries, penjelasan tentang kinerja Caritas Joint Response dan ERT Padang, penerusan informasi hasil pertemuan ke semua level dan ada forumnya secara khusus, selain manajemen informasi dan komunikasi yang mencakup alur informasi yang jelas. Kelompok Karina, Caritas Partners dan Caritas Member Operation merekomendasi beberapa hal, yaitu: organisasi yang akan datang ke lokasi harus memberitahukan kepada lembaga Karina lokal terlebih dahulu, adanya ER policy yang jelas, tool kits yang praktis, apa yang harus dibuat / dipersiapkan, kebijakan, pengambilan keputusan, peran masing-masing pihak, pertemuan koordinasi yang teratur (dari segi isi, waktu, dan peserta), pentingnya liaison officer sebagai penghubung antara lembaga lokal dengan pihak donor dan satu struktur dalam pelaksanaan tanggap darurat di lapangan.

Diskusi selanjutnya berkenaan dengan kinerja Caritas Joint Response, terbagi dalam 4 kelompok, meliputi, Kelompok Gudang, Procurement dan Distribusi, Kelompok Manajemen Proyek, Koordinasi dan Sumberdaya, Kelompok Program Design dan Kelompk Administrasi dan Keuangan. Diskusi dari berbagai kelompok ini menghasilkan poin-poin penting yang disebut rekomendasi. Sesuai rencana, hasil pertemuan tersebut dan beberapa rekomendasi akan dibukukan dalam sebuah buku saku yang dapat menjadi semacam buku panduan.

Di sela-sela acara diskusi, Pak Manalu dari ERT Keuskupan Padang menuturkan ketidakjelasan tugas ketika hasil rapat menunjukknya bertanggungjawab di salah satu bagian, tetapi tidak jelas di bagian mana. Sementara Dian dari Keuskupan Tanjungkarang menyebutkan saat mengambil alih tugas, ternyata setiap orang harus menciptakan sesuatu yang baru untuk memperlancar tugas, sehingga terjadi miskoordinasi. Termasuk masa kerja relawan serta keluar masuknya orang yang menurutnya menyulitkan. Harapannya kejadian yang demikian tidak terjadi dan semoga karya-karya pelayanan kemanusiaan di lingkup Karina menjadi lebih baik.