09 Desember 2013

Rencana Pendampingan di Dusun Selopuro dan Dusun Sumber Tumpeng, Nganjuk

 
Pada bulan Juni 2012, di Dusun Selopuro, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, terjadi retakan tanah persis di atas lokasi rumah penduduk. Retakan tanah tersebut membelah jalan aspal yang menghubungkan rumah warga dengan akses ke jalan utama. Jalan sempat ditutup atau tidak boleh dilewati oleh masyarakat sesuai keputusan yang ditetapkan oleh Ketua RT karena berbahaya.

Saat ini retakan tanah tersebut ditimbun dengan tanah, meskipun belum ada tanda keretakan lagi, namun retakan itu masih berpotensi menimbulkan ancaman bagi warga. Karena kekhawatiran tersebut, warga yang tinggal persis di bawah lokasi retakan merasa khawatir. Sebagian besar warga telah mengungsikan harta miliknya ke rumah warga yang jauh dari retakan. Ketua RT telah membujuk untuk mengajak pulang. Warga berani menempati rumah jika musim kemarau, tetapi jika musim hujan mereka ketakutan. Karena jika musim hujan, mereka khawatir bencana longsor akan menimpa rumah mereka.

Sementara di Dusun Sumber Tumpeng, Kecamatan Sawan, terdengar suara dentuman keras. Setelah dicek, dentuman tersebut mengakibatkan beberapa retakan tanah di berbagai tempat secara sporadis. Padahal di bawah bukit yang retak-retak itu, terdapat pemukiman penduduk yang dihuni oleh 17 KK. Badan Vulkanologi telah dapat melakukan pengecekan ke lokasi setelah menerima laporan. Karena warga mengkhawatirkan ada letusan. Selain itu, warga khawatir jika letusan yang mengakibatkan retakan tersebut menjadi longsor dan menimbun rumah mereka. Sebagaimana diketahui, di Desa Kebon Agung, tetangga desa telah terjadi longsor. Longsoran tanah itu menimbun jalan, meskipun tidak mengakibatkan korban jiwa.

Ketika terjadi bencana di Dusun Selopuro, Pemerintah Kabupaten Nganjuk melalui BPBD dan Dinas Sosial memberikan bantuan berupa sembako kepada warga yang mengungsi. Karina Posko Nganjuk yang saat itu berkoordinasi dengan BPBD memberikan bantuan sembako dan makanan siap saji kepada pengungsi, melalui dapur umum yang beroperasi selama 3 hari. Relawan Karina Posko Nganjuk juga terlibat dalam kegiatan Posko bersama BPBD. Pasca kejadian dentuman keras di Dusun Sumber Tumpeng, belum ada kegiatan pendampingan kesiapsiagaan warga di kawasan rawan bencana. Di lokasi yang terancam longsor itu, Karina Posko Ngajuk telah melakukan penanaman pohon sebagai antisipasi longsor berupa tanaman coklat sebanyak 4.000 batang, yang didapat dari kerjasama dengan Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur.

Karina Surabaya merancang kegiatan untuk mengatasi masalah yang ada dengan merencanakan Pelatihan tanggap darurat dan Pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat, Penyiapan dana cadangan bencana serta Pembentukan jejaring kebencanaan di Lereng Gunung Wilis. Kegiatan Pendampingan akan didukung jejaring Caritas yang difasilitasi oleh Karina KWI.

Sebagai pendukung keberhasilan Kegiatan Pendampingan, Karina Surabaya akan melibatkan jejaring ialah BPBD Propinsi Jatim dan Kabupaten Nganjuk, Dinas Kehutanan serta Seksi Sosial Paroki St. Paulus, Nganjuk. Sasaran kegiatan ini, pertama, Aksi kesiapsiagaan bencana yang memiliki tujuan supaya warga memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi bencana. Kegiatan yang dilakukan seperti: Pelatihan tanggap darurat dan Pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat serta Penyiapan dana cadangan bencana, melalui peternakan kambing. Kedua, hasil yang diharapkan ialah Pembentukan jejaring kebencanaan warga, yang memiiliki tujuan supaya warga memiliki jaringan sinergis dalam upaya pengurangan risiko bencana. Kegiatan yang akan dilakukan ialah Pembentukan jejaring kebencanaan di Lereng Gunung Wilis.

Kegiatan Pendampingan ini akan diadakan di Dusun Selopuro, Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos dan Dusun Sumber Tumpeng, Desa Margopatut, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk.  Dusun Selopuro, memiliki 17 KK yang terdampak bencana tanah longsor. Ada 36 KK di RT 1 / RW 6, dengan jumlah warga sebanyak 195 jiwa, dengan jumlah perempuan sebanyak 86 jiwa. Dusun Sumber Tumpeng memiliki 85 KK, dengan jumlah lelaki sebanyak 127 jiwa dan perempuan 141 jiwa. Mayoritas penduduk Dusun Selopuro bekerja sebagai buruh bangunan, dengan tingkat pendidikan rata-rata Sekolah Dasar. Sedangkan Dusun Sumber Tumpeng sebagian besar bekerja sebagai petani penggarap, dengan tingkat pendidikan rata-rata Sekolah Dasar.
 
Dalam diskusi yang melibatkan Karina Surabaya, Karina Posko Paroki Nganjuk bersama warga, muncul gagasan mendirikan unit usaha Peternakan Kambing. Usaha tersebut menjadi pintu masuk memulai proses pendampingan berbasis masyarakat. Kegiatan itu mendukung upaya penyiapan dana cadangan bencana, yang berguna bagi warga di kawasan bencana. Berdasarkan hasil survei di 2 dusun, kegiatan akan diawali dengan mempelajari pembuatan kandang sesuai standar kesehatan ternak serta membuat pakan khusus yang memberikan hasil kenaikan berat badan, gemuk dan sehat. Selama ini warga telah mencoba membuat makanan ternak, berupa makanan fermentasi pada pagi hari dan rumput hijau pada sore hari. Karina Surabaya akan mendukung proses peternakan dengan perlakuan khusus (standarisasi perawatan) tersebut. (MAR/EDL)