20 Mei 2013

Sosialisasi CU di Ngawi dan Magetan

Setelah mengadakan pertemuan Credit Union (CU) yang terbagi dalam beberapa kluster,  beberapa paroki ingin mengenal CU lebih baik lagi. Paroki St. Yosep, Ngawi dan Paroki Regina Pacis, Magetan, mengundang Tim CU untuk memberikan sosialisasi. 

Paroki Ngawi

Paroki St. Yosep, Ngawi mengadakan sosialisasi pada 21 April 2013. Bertempat di Balai Paroki di Jalan JA. Suprapto hadir pengurus Dewan Pastoral Paroki (DPP), para Ketua Wilayah dan Ketua Lingkungan.

Bp. Edi Loke, menjelaskan 2 prioritas program Komisi PSE ialah pemberdayaan CU dan kewirausahaan. Berkenaan dengan Gerakan CU, yang ditekankan ialah nilai saling percaya. Dalam situasi saling percaya, ada kebersamaan yang nyata. Di paroki Ngawi sudah ada CU, umat perlu mendukung keberadaan CU dalam semangat kebersamaan.

Berdasarkan angket CU yang dilakukan oleh Ibu Elisabeth, dosen Fakultas Bisnis, Unika Widya Mandala Surabaya, sebagian besar anggota CU justru masyarakat kalangan menengah ke atas. Padahal keberadaan CU perlu membantu orang miskin atau kalangan menengah ke bawah, sehingga mereka menabung dan meningkatkan kesejahteraan.

Dalam sharing, Bp. Edi mengisahkan saat berkunjung ke Keuskupan Palembang. Beliau mendengar kisah komunitas mantan gelandangan dan pengemis, yang semula menempati lahan kosong, lalu difasilitasi Komisi PSE setempat untuk mendirikan CU Abdi. Mereka didampingi, diarahkan menjadi anggota CU dan diajak menabung. Hasilnya, beberapa tahun kemudian, CU mengumpulkan aset milyaran rupiah. CU di beberapa Paroki di Keuskupan Surabaya kurang berkembang, mungkin karena tidak menyentuh kaum miskin. Padahal jika mereka didampingi, terbukti yang kecil dapat menjadi besar, karena kesungguhan masing-masing anggota mewujudkan kesejahteraan bersama.

Sementara kesaksian dari pengurus CU Gotong-Royong di Paroki St. Maria, Jombang mengatakan bahwa anggota merasa uang yang dikelola di CU akan aman. Kepercayaan ini hendaknya ditumbuhkembangkan sehingga mensejahterakan kaum miskin. Karena, dengan bergabung di CU, kaum miskin bisa menolong sesama.

Tentang kewirausahaan, saat ini ada kerjasama dengan Unika Widya Mandala Surabaya yang memberikan pelatihan bagi pendamping dan pelaku kewirausahaan. Mereka yang telah mengikuti pelatihan dan memenuhi syarat pinjaman mikro, bisa mengakses dana dengan difasilitasi Seksi Sosial. Pola yang dipakai ialah kelompok, sehingga pengguliran dana terkontrol. Dari Paroki Ngawi, yang telah mengajukan usaha ialah kelompok tani di Stasi Sine dan peternak ikan nila di Stasi Banjaran.

Selanjutnya Bp. Bambang Gunadi, dari CU Bina Sejahtera, Ngawi menyampaikan wacana CU. Peserta yang hadir diajak menyanyikan hymne CU. Kemudian beliau memperkenalkan CU Bina Sejahtera yang berdiri sejak tahun 2005. Saat itu Ibu Siwi, selaku ketua Seksi Sosial Paroki mengikuti sosialisasi dan pelatihan CU. Sampai akhirnya ada keputusan untuk mendirikan CU.

Pada awalnya ada tantangan, karena di masa lalu pernah ada CU tapi tidak jalan. Ini menjadi kendala besar. Namun Rm. Ignatius Kaderi memberikan restu berdirinya CU dan beliau menjadi anggota nomer 1. Semula CU memberikan pelayanan hanya di dalam halaman gereja. Lama-kelamaan, terdorong oleh kehendak memajukan CU, maka CU “keluar” dari halaman gereja dan mendapat pinjaman di salah satu ruangan di SMPK. Hal ini bermakna positif bagi kemandirian CU dan menjangkau pelayanan yang lebih luas. Tidak hanya terbatas di seputar gereja. Perkembangan CU terus berlanjut, hingga kini CU Bina Sejahtera memiliki kantor dan karyawan sendiri.

Keberadaan CU tidak lepas dari komitmen yang dipegang pengurus. Para perintis menjunjung tinggi nilai kepercayaan. Antara lain, pengurus CU tidak menerima dana dari pihak ketiga. Dana hibah justru bisa menghancurkan CU. Hal itu terbukti dalam pengalaman di masa lalu, ketika banyak anggota yang meminjam tidak mengembalikan, karena menganggap dana hibah bisa dimanfaatkan. Perkembangan anggota sampai April 2013 sebanyak 90 orang. Total asetnya Rp. 3,4 M. Harapannya, dengan sosialisasi ini ada lebih banyak umat, terutama dari stasi-stasi, dapat menjadi anggota CU. Bp. Bambang menyampaikan, jika para ketua lingkungan, wilayah atau stasi bergabung menjadi anggota CU, mereka bisa mengumpulkan umat di suatu tempat dan tim CU Bina Sejahtera memberikan sosialisasi.

Paroki Magetan

Di Paroki Regina Pacis, Magetan, acara sosialisasi CU diawali sambutan Rm. Severinus Sabtu, CM. Beliau mengajak para pengurus lingkungan dan stasi yang datang mengenal CU. Saat itu ada 75 orang yang hadir dari sekitar 100 orang yang diperkirakan panitia. Mereka berasal dari kota Magetan, Stasi Karangrejo dan Stasi Maospati.

Bp. AHM. Budiawan dan Bp. Bambang Gunadi secara bergantian menjelaskan bahwa CU telah diwacanakan sejak Nota Pastoral KWI 2004 dan 2006, juga dijadikan strategi menyikapi kemiskinan dalam kesempatan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2005. Secara berurutan, Konpernas Komisi PSE 2005, 2008, 2011 memberikan rekomendasi tentang CU. Komisi PSE Keuskupan Surabaya menempatkan CU sebagai prioritas program pada periode tahun 2009-2019.

Sampai tahun 2012, ketika diadakan pengelompokkan, di Keuskupan Surabaya ada: kelompok pertama: paroki yang sudah memiliki kegiatan keuangan mikro (CU) yang cukup mantap, memiliki jumlah aset dan anggota ideal, berbadan hukum dan bergabung dalam Puskopdit; kelompok kedua, paroki yang sudah memiliki kegiatan keuangan mikro, namun belum memenuhi kriteria CU; kelompok ketiga, paroki yang tergerak untuk mendirikan CU dan kelompok keempat, paroki yang belum tergerak mendirikan CU.

Bp. Antonius Boyni, tim CU Keuskupan Surabaya mengawali paparan berdasar modul, Memulai Credit Union dari Nol dalam Semangat Arah Dasar Keuskupan Surabaya. Peserta diajak mengucapkan rumusan cita-cita bersama gereja ialah: Gereja Keuskupan Surabaya sebagai persekutuan murid-murid Kristus yang semakin dewasa dalam iman, guyub, penuh pelayanan dan misioner. Kemudian, beliau mengajak peserta menyanyikan hymne CU dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

CU adalah kegiatan ekonomi kerakyatan yang memberi peluang membangun persekutuan warga lintas suku, ras dan agama. Dalam sejarah, CU lahir dari situasi kemiskinan, sehingga rakyat mendapatkan keadilan. Maka perlu ada semangat solidaritas. CU boleh dilahirkan oleh umat, namun selanjutnya tidak berada di bawah struktur DPP atau Seksi Sosial Paroki. CU dapat mensejahterakan anggota, hanya jika setiap anggota memiliki komitmen hidup hemat, membiasakan menggunakan uang dengan bijaksana dan merancang masa depan. Karena, CU merupakan milik anggota, meminjamkan hanya kepada anggota serta memiliki jaminan terbaik bagi peminjam, ialah anggota yang meminjam.

Pengajar di SMUK Seminari Menengah, Garum itu mengingatkan bahwa pada awal berdiri, anggota CU perlu memiliki kehendak kuat untuk saling percaya dalam ikatan pemersatu dan bersepakat menabung, sehingga mewujudkan modal bersama. Dalam hal pinjaman, CU memberi pinjaman hanya kepada anggota dengan bunga yang layak, demi tujuan produktif dan kesejahteraan bersama. (BUD/ALW)