26 April 2013

Workshop Kesiapsiagaan Masyarakat dan Peringatan Dini Tsunami


BPBD Propinsi Jawa Timur mengadakan Workshop Peningkatan Kapasitas Kesiapsiagaan Masyarakat dan Peringatan Dini Tsunami. Kegiatan tersebut berlangsung di Garden Palace Hotel, 17 April 2013. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara BPBD dengan GIZ Protects, sebuah lembaga nirlaba dari Jerman yang concern mendampingi komunitas di kawasan rawan bencana tsunami.
 
Bp. Sugeng Yanu Santosa dari BPBD menyampaikan Masterplan PRB tsunami merupakan program yang mendesak, maka perlu  ada tindakan yang memberi gambaran situasi beserta pernyataan administratifnya. BNPB, PU, BMKG, dan LIPI sedang mengupayakan suatu pilot project di mana antisipasi tsunami akan dilakukan menyeluruh. Tidak ketinggalan pembuatan payung hukum untuk Masterplan PRB Tsunami  agar  berlanjut  ke  Peraturan Presiden. Saat ini pemerintah sedang mematangkan Masterplan PRB Tsunami, lalu merancang seminar karena Masterplan tersebut butuh penyempurnaan. Selain itu perlu penanganan secara struktural dalam pembuatan peta rendaman tsunami, yang sudah dikembangkan masyarakat International.

Bp. Benny dan Ibu Wina dari GIZ Protects memaparkan mekanisme pelaksanaan program. Program Peningkatan Kapasitas Masyarakat yang berlangsung sejak Juli 2011-Juni 2013 tersebut telah menginisiasi Kelompok Kerja di beberapa Kabupaten rawan bencana tsunami seperti: Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Jember dan Banyuwangi. Kegiatan yang telah terjadi antara lain workshop bersama di masyarakat, rapat kerja bersama unsur pemerintah kabupaten, pelatihan tematis, perencanaan evakuasi, pemetaan, pelatihan fasilitator dan kader relawan, kunjungan lapangan serta implementasi hasil pelatihan dan pendampingan oleh BPBD propvinsi dan GIZ. Hasil kerja masing-masing kelompok antara lain: ada peta bahaya tsunami di kabupaten, rencana evakuasi komunitas, konsep peringatan dini, tersedianya fasilitator kader di tingkat desa dan kabupaten serta perencanaan sosialisasi untuk masyarakat.

Wakil masyarakat dari Pacitan, Tulungagung, Lumajang, Banyuwangi dan Trenggalek bergantian menceritakan pengalaman pendampingan yang dilakukan. Ada kisah menarik dari Tulungagung tepatnya di wilayah Kali Batur. Warga yang tinggal di pantai telah mengadakan simulasi bencana. Acara didahului dengan  penekanan tombol sirene tanda bahaya. Sirene tanda bahaya (early warning system) didesain berdasarkan pengalaman selama pelatihan oleh seorang Indonesia.
 
Ketika pelatihan, banyak warga yang lari menuju zona aman sesuai hasil kajian. Setelah 2 hari, ternyata alat itu menimbulkan masalah. Karena hubungan arus pendek, alat itu berbunyi dan masyarakat segera berlari meninggalkan pantai. Ketika berlari, mereka saling bertabrakan sehingga banyak warga yang terluka, bahkan terluka parah karena panik. Anak-anak sekolah lari lebih cepat menuju tempat yang aman. Sementara orang tua panik mencari anak-anak di pantai. Padahal anak-anak sudah di lokasi aman. Setelah kepanikan terjadi, ternyata tidak terjadi tsunami. Ketika para petugas mengecek, alat tersebut memang rusak. Akibatnya BBPD menanggung biaya perawatan warga yang terluka.
 
Pada sesi terakhir, penyampaian materi peta rawan bencana tsunami dan pemasangan alat peringatan dini. Peta-peta bahaya tsunami yang dibuat merupakan informasi penting dalam disaster managment, seperti perencanaan evakuasi. Namun, hasil pemodelan tidak selalu akurat. Data dan metode pemodelan perlu divalidasi. Kadang-kadang ada banyak hasil pemodelan, untuk satu daerah, dengan zona-zona inundasi yang berbeda. Maka hasil-hasil pemodelan perlu ditafsirkan dan dipahami secara logis. Meskipun demikian, informasi bahaya tsunami untuk daerah tertentu perlu dipelajari, disosialisasikan dan dapat digunakan dalam proses pembuatan keputusan, ketika mengantisipasi atau menanggulangi bencana. (EDL/ALW).