17 April 2013

Konsolidasi Gerakan CU Paroki Kluster II (Bagian 2)

 
CU Tyas Wisesa, Madiun

CU Tyas Wisesa berdiri pada tanggal 17 Agustus 2012. Pada awalnya Seksi Sosial Paroki mendukung wirausaha di dekat kompleks sekolah Bernadus. Mereka kemudian mengadakan simpan pinjam bagi para wirausahawan. Awalnya hanya ada 8 orang, setelah berjalan mengalami perkembangan. Para wirausahawan menjadi anggota awal CU. Memang sebelumnya pernah ada Koperasi simpan pinjam, namun banyak anggota yang tidak aktif.
Saat itu Rm Hardi Aswinarno mendukung keberadaan CU, meskipun belum memiliki modal. Dukungan yang diberikan berupa bantuan gaji untuk karyawan. Kini ada 12 orang pengurus yang diketuai oleh seorang muda, Bp. Iwan. Jika dulu anggota hanya para wirausahawan, sekarang para penjemput anak di sekolah Bernadus bergabung menjadi anggota. Pada akhir tahun, tercatat ada 134 anggota, aset sebesar Rp. 108 juta dan peminjam sebanyak 50 orang. 

CU memiliki anggota homogen yang tidak terbatas dari kalangan umat. Meskipun belum pernah mengadakan RAT dan pendidikan anggota, pengembangan anggota dijalankan dengan merekomendasi anggota baru secara selektif. Memang kebanyakan anggota berasal dari wilayah kota. Kelak CU akan menjangkau anggota dari semua stasi. Selama ini anggota yang meminjam telah memenuhi angsuran dengan baik, sehingga CU dapat dikategorikan sehat.
PPU Bintang Timur, Ponorogo

Para perintis di Ponorogo tidak menyebut kegiatan keuangan di kalangan umat sebagai CU. Bp. Suminto menyebut kegiatan itu sebagai Paguyuban Pemberdayaan Ekonomi Umat (PPU). Tujuannya supaya umat mengalami hidup yang lebih baik. PPU Bintang Timur awalnya memiliki aturan Simpanan pokok Rp. 100.000,- dan Simpanan wajib Rp. 10.000,-. Para perintis mengedepankan prinsip, selama 6 bulan awal anggota hanya boleh menabung, lalu dana yang ada dikembangkan untuk berbagai kebutuhan anggota.
Pada 2006, tercatat aset Rp. 40.000.000,-. Pada akhir tahun 2012, ada 153 anggota, dengan aset bersih sebesar Rp. 482 juta. Meskipun yang aktif sebanyak 38 anggota, namun pinjaman yang macet hanya 1 orang. Ada juga anggota yang mengalami kesulitan usaha, namun memiliki komitmen mengangsur secara rutin. Anggota seperti ini tetap diberi pinjaman. Seperti CU lain, penerimaan tabungan memang lebih mudah, namun untuk mengembangkan dana memerlukan strategi yang tepat. Tahun lalu, PPU menyediakan dana sosial kepada anggota sebesar Rp. 10.150.000,-, bingkisan Natal dan bantuan pengobatan bagi 79 orang anggota.

KSP Bintang Timur, Madiun
Selain CU Tyas Wisesa di Madiun ada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bintang Timur, sejak tahun 2002. Setiap anggota terikat memenuhi Simpanan wajib sebesar Rp. 10.000,- dan Simpanan pokok Rp. 15.000,- setiap bulan. Simpanan pokok bisa diangsur sampai 3 bulan. Koperasi telah berbadan hukum per 9 Desember 2004. Saat ini ada 1.216 anggota dengan total aset sekitar Rp. 1,9 M. Sementara total jumlah SHU tahun 2013, sebesar Rp. 205.000.000,-.

Menurut Bp. Gunarto, KSP Bintang Timur memberikan kemudahan kepada anggota dalam bentuk pinjaman yang bisa dicairkan sesuai permohonan, setelah anggota melakukan 5 kali simpanan. Anggota yang sudah memiliki simpanan lebih dari Rp. 1.000.000,- dapat meminjam hingga Rp. 7.500.000,- dengan jangka waktu 2 tahun. Bunga angsuran 2 % menurun atau sekitar 1.1 % flat. Pada saat meminjam, anggota dikenakan potongan 2 % dari jumlah pinjaman. Potongan tersebut digunakan untuk keperluan, sebagai berikut: 1,6 % untuk asuransi pinjaman dan  0,4% untuk administrasi. Asuransi dikelola sendiri oleh KSP.
Kelebihan lain, anggota yang sakit diberikan santunan. Jika anggota menjalani rawat inap selama 3 hari, mendapat santunan Rp. 200.000. Jika peminjam meninggal, maka pinjaman dianggap lunas. Ketika anggota meninggal, keluarga akan menerima bantuan duka Rp. 250.000,-, sedangkan untuk pasangan dan anak yang bukan anggota, diberikan santunan Rp. 150.000,-.

Dalam menghadapi kredit macet, pengurus yang didukung oleh Romo Paroki, Dewan Pastoral Paroki dan para Ketua lingkungan, melakukan pendidikan kepada para peminjam dengan mengambil inspirasi dari perumpamaan tentang talenta. Harapannya para peminjam dapat mengembangkan modal pinjaman dan tidak mengubur modal, sehingga mampu mengangsur. Cara tersebut memiliki dampak positif. Hal ini terbukti ampuh, kredit macet yang terjadi tidak melebih 12,5 %, sehingga KSP dapat dikatakan sehat.
CU Cipta Mandiri, Sidoarjo

CU Cipta Mandiri di Sidoarjo dirintis oleh para ibu anggota WKRI. CU awalnya hanya memiliki 6 orang anggota dan berjalan baik. Namun pada tahun kedua, beberapa pengurus mengalami kejenuhan. Padahal keberadaan CU dirasakan manfaatnya oleh anggota, terutama warga non Katolik dan keluarga pra sejahtera. Misalnya tukang becak dan pemilik warung kecil. Ketika diadakan rapat luar biasa, sebagian besar anggota keberatan jika beberapa pengurus mundur. Karena mereka menganggap jika keuangan dikelola orang Gereja akan aman. Untuk menyikapi persoalan tersebut, CU Cipta Mandiri melakukan merger dengan CU Shanti dari Pasuruan. Umat, terutama dari warga pra sejahtera didorong oleh Seksi Sosial Paroki menjadi anggota CU. Saat ini ada 150 anggota, sebanyak 30% aktif menabung setiap bulan, sehingga melebihi target yg diharapkan. CU Cipta Mandiri menempati lokasi eks SDK Untung Suropati, di Jalan Monginsidi, Sidoarjo.
CU di 3 Paroki

Umat di Widodaren, Surabaya, memiliki Koperasi sejak tahun 2005. Sampai saat ini ada 300 orang anggota dengan aset mencapai Rp. 400 juta. Para pengurus belum memahami tentang Puskopdit dan sedang menjajaki kemungkinan bergabung dengan salah satu Puskopdit yang ada. Sementara di Wlingi sedang menggagas keberadaan CU. Memang, saat ini di wilayah paroki ada CU, namun bukan dipelopori Seksi Sosial. Banyak umat yang bergabung, tetapi beberapa umat merasa Simpanan pokok dan Simpanan wajib terlalu memberatkan. Karena itu, pengurus Seksi Sosial sedang melakukan kajian untuk mendirikan CU yang dapat menjangkau umat, terutama dari kalangan menengah ke bawah. Sedangkan di Perak, Surabaya memang tidak akan mendirikan CU lagi. Karena di Stasi Ujung ada CU yang cukup berkembang. Seksi Sosial Paroki akan mendukung keberadaan CU itu dengan melakukan animasi, promosi sehingga semakin banyak umat tergerak menjadi anggota CU.
Harapan

Komisi PSE diharapkan menjadi jembatan pembinaan dan relasi dengan Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit), memfasilitasi pembinaan teknis seperti: pendidikan kepada anggota lama dan baru, pelatihan adiministrasi pembukuan atau manajemen, serta tenaga pendidik atau pendamping CU. Komisi PSE dapat mempromosikan CU kepada umat agar tertarik menjadi anggota. Misalnya dengan menyediakan pamflet atau informasi tentang CU. Juga animasi kepada Romo, Dewan Pastoral Paroki (DPP), Badan Gereja Katolik Paroki (BGKP), para Ketua wilayah dan Ketua lingkungan, agar CU semakin dikenal dan didukung. Tak ketinggalan mengkaitkan pengembangan wirausaha yang menjadi program Komisi, dengan mengajak para wirausahawan menjadi anggoota dan menabung di CU. Sehingga CU turut mendukung para wirausahawan mikro untuk memperoleh akses modal.  Ada juga harapan kepada Komisi PSE agar CU yang belum memiliki kantor dan masih menumpang di ruang Seksi Sosial, dibantu mengusahakan kantor sendiri, misalnya dengan memberikan bantuan komputer untuk mendukung administrasi. (EML/BUD/ALW).