25 Oktober 2012

Perempuan dan Anak Rentan

Bencana alam bisa melanda siapa saja, tetapi perempuan dan anak-anak paling rentan terdampak. Mereka kerap diabaikan dalam pemulihan pascabencana. Padahal, perempuan berdaya pulih cepat dan bisa berperan besar jika dilibatkan dalam pengurangan risiko bencana.
 
Demikian penelitian United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) dengan United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR). Margareta Wahlstrom, Special Representative of the UNISDR, menyampaikan hasil penelitian itu dalam Konferensi Tingkat Menteri tentang Pengurangan Risiko Bencana Ke-5 di Yogyakarta, Selasa (23/10).
 
Ketika tsunami melanda Aceh 2004, hampir dua pertiga korban meninggal/hilang adalah perempuan atau anak-anak. Sebagai pembanding, penelitian Oxfam 2005, sebanyak 77 persen korban tsunami Aceh ialah perempuan.
 
Di Sri Lanka, menurut Wahlstrom, kebanyakan korban tsunami adalah anak-anak (31,8 persen anak usia 0-5 tahun, 23,7 persen anak usia 5-9 tahun), orang tua di atas 50 tahun (15,3 persen), dan orang dewasa 20-29 tahun (7,4 persen). Saat gempa bumi Pakistan tahun 2005, lebih dari 15.000 anak menjadi korban karena gedung sekolah runtuh.
 
Kesimpulan yang sama ditemukan Yayasan Aksara, yang banyak meneliti di daerah pascabencana di Indonesia. Dati Fatimah, Direktur Aksara, mengatakan, sebagian besar korban gempa bumi Yogyakarta 2006 adalah anak-anak, perempuan, dan orang tua. Hal serupa terjadi pada gempa Sumbar 2009.
 
Padahal, temuan Aksara, pascabencana, perempuan pulih lebih cepat. ”Perempuan di daerah bencana biasanya gigih berusaha dengan membuat industri rumah tangga atau berdagang kecil-kecilan untuk menghidupi keluarga,” katanya. Ia berharap peran perempuan dan anak-anak dalam penanggulangan bencana lebih dioptimalkan. (Kompas, 25 Okt 2012).