05 Maret 2009

Kunjungan Bp. Irwan Hidayat, Presidir PT Sido Muncul Ke Posko Banjir PSE / Karina





“Saya akan datang Romo. Nanti ajak saya berkunjung ke lokasi-lokasi banjir. Pokoknya yang mengarah dari Surabaya ke Lamongan, Bojonegoro. Bagus juga kalau di lokasi-lokasi yang ada komunitas Islamnya. Saya berangkat dari Jakarta jam 9. Nanti Nanik, staff saya akan menelpon Romo”, demikian suara Bp. Irwan Hidayat, Presiden Direktur PT. Sido Muncul siang itu.

Pagi itu Pak Irwan, demikian beliau biasa disapa, keluar dari pintu kedatangan domestic. Bersama beliau ada artis Doni Kusuma yang merupakan ikon produk Kuku Bima Energi, juga sekertaris pribadi Mbak Resti dan Bu Nanik, serta Rio putra keduanya. Dalam rombongan hadir pula kru Indosiar dan beberapa wartawan media cetak, diantaranya wartawan Radar Surabaya. Turut menjemput ialah perwakilan PT Sido Muncul, Surabaya yang dipimpin Bp. Gunawan Hidayat. Rombongan segera memasuki 4 mobil untuk keluarga Pak Irwan, staff dan artis ikon produk, perwakilan lokal dan para wartawan. Disusul 3 mobil box diesel berisi berbagai produk sumbangan yang akan dibagikan kepada korban banjir. Mobil Keuskupan Surabaya yang dikendarai Mas Dwi dan Pak Francis, pengurus depar stasi Lamongan kali ini menjadi pionir.

Perjalanan segera memasuki tol Rungkut, menuju tol Gresik dan keluar di pintu tol Bunder. Perjalanan lancer dan disepakati makan siang menikmati Soto khas Lamongan. Para rombongan berbaur menjadi satu, semua makan soto. Sementara Pak Irwan, Rio dan Doni Kusuma juga menikmati Pecel Lele yang juga khas Lamongan.

Setelah berganti baju, ialah baju khas warna merah dan kuning bertuliskan PT Sido Muncul dan berbagai produknya, rombongan segera meluncur ke lokasi perdana. Ialah desa Mojoasem, Kecamatan Laren, Lamongan.

Perjalanan berbelok ke pertigaan arah Brondong. Sesampai di pertigaan Pagean kembali belok kiri dan mengarah ke Tambangan, demikian biasa disebut lokasi penyeberangan sungai Bengawan Solo, yang menghubungkan Laren dengan Mojoasem. Beberapa penyambut sudah bersiap di tepi tanggul. Mobil parkir di dekat lokasi tambangan dan segera rombongan disambut koordinator lapangan Posko PSE / Karina, Sdr. Opung Juprianto yang sudah sejak Jumat 27 Maret berada di Mojoasem, juga Ipung dan Farhan relawan local, serta Rm. Markus Rudi Hermawan, CM dan Rm. Sabas Kusnugroho, Pr yang menjadi koordinator bencana di Surabaya.

“Menyeberang di sini ya?”, tanya Pak Irwan, “Ya tidak apa-apa”, katanya menepis rasa was-wasnya. Pak Irwan, staff Sido Muncul, Doni Kusuma dan rombongan relawan segera menaiki perahu tempel. Sempat rasa was-was terlontar dari mulut Pak Irwan ketika perahu oleng ke kanan-ke kiri. Memang saat itu, sungai Bengawan Solo kea rah desa Mojoasem belum surut benar banjirnya, air masih tinggi, deras dan beberapa sampah mengenang seperti batang pisang, ranting kayu dan dahan pohon. Akhirnya beliau memutuskan duduk di atas kardus produk PT Sido Muncul yang akan dijadikan bantuan simbolis. Sambil mengungkapkan “Coba kalau saya tidak ke sini. Saya tidak pernah tahu masih ada lokasi banjir begini. Kita semua enak-enak di rumah”

Sesampai di tepi, kaki menginjak desa Mojoasem, beberapa warga telah bersiap terutama anak-anak yang memang tidak sekolah karena sarana dan prasarananya basah dan rusak oleh banjir. Mereka lebih mengelu-elukan Doni Kusuma yang memang dikenal baik oleh warga, mengajak bersalaman dan memotret dari kamera ponsel. Sementara Pak Irwan dengan kameranya asyik mengambil foto dari kamera yang dibawanya.

Perjalanan diteruskan ke balai desa Mojoasem, beberapa anak dan warga mulai mengekor mengikuti langkah Pak Irwan dan rombongan. Juga menyaksikan rumah yang disewa PSE / Karina Keuskupan Surabaya, sebagai Posko lokal tempat gudang bantuan serta istirahat para relawan, di rumah Bp. Subari. Sementara Doni Kusuma, tak henti-hentinya disapa, dipanggil-panggil, dan difoto. Setiap kali ada warga yang mengenali dan lewat diajak bersalaman, demikian pula dengan Pak Irwan. Selain itu, beliau selalu berhenti setiap menjumpai warung atau kios. Sejenak disibak-sibaknya berbagai macam dagangan yang digantung. Setiap kali menjumpai produk PT Sido Muncul, dilihatnya berlama-lama dan kemudian mengarahkan kamera dan memotretnya. Beliau bahkan menyempatkan diri berdialog dengan ibu-ibu pemilik warung dan kios. Ketika ditemuinya produk kompetitornya, obat masuk angin beliau mengatakan, “Ayo foto saya. Ini produk teman saya”. Juga ketika dijumpai salah satu umbul-umbul partai beliau berhenti, “Tolong difoto, ini partainya teman dekat saya”, katanya sambil beraksi memegang umbul-umbul tersebut.

Ekor pengikut rombongan semakin panjang ketika perjalanan sampai di depan Balai Desa Mojoasem. Saat itu kebetulan di Balai Desa sedang diadakan pengobatan gratis pertama kali sejak banjir melanda desa. Tak heran begitu banyak warga desa yang hadir untuk berobat. Dua orang dokter dan empat orang perawat kiriman dari Paroki Redemptor Mundi, Surabaya bahu-membahu memeriksa warga yang kebanyakan ibu, anak dan kaum lanjut usia. Beberapa warga yang berobat spontan keluar, kali ini mengepung Doni Kusuma yang diajak bersalaman, berfoto, ditarik-tarik tangannya bahkan ada yang menyentuhkan tangan Doni ke perutnya yang sedang hamil, hingga di depan Balai Desa berjejalan warga.

Lalu Doni meminta diri dan kemudian mengajak warga diam sejenak, ia mengawali maksud dan tujuan rombongan ke sini tidak lain adalah ikut prihatin dengan situasi banjir dan membawa bantuan yang tak banyak. Bantuan akan diserahkan Pak Lurah agar dibagi secara rata. Kemudian, didampingi Doni Kusuma, Pak Irwan Hidayat memberikan beberapa kardus produk PT Sido Muncul, yang diterima Pak Lurah Mojoasem dan Ipung, mewakili relawan di lokasi. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke beberapa lokasi sebelah selatan desa Mojoasem dimana rumah-rumah warga masih tergenang. Sepanjang perjalanan menyusur di atas tanggul yang agak ditinggi dan aman, di mana bertebaran pengungsi hanya dengan atap dan alas terpal plastik. Pula berdekatan dengan kandang ternak, harta berharga warga yang diselamatkan bersama.

Ketika sampai di depan satu-satunya sekolah, TK, SD An Nur, Pak Irwan bersama rombongan memberi salam kepada para guru dan pengurus sekolah. Sekolah tersebut belum bisa dipakai, berlumpur baik perabotnya, tembok maupun buku-buku dan sedang dibersihkan. Selesai berkeliling, rombongan Pak Irwan dihantar Pak Lurah menuju tepi sungai untuk menyeberang. Sesampai di seberang, sejumlah besar kardus hendak dihantar menyeberang, kembali difoto Pak Irwan sampai melambaikan tangan.

Perjalanan kembali diteruskan ke arah Bojonegoro. Sesampai di tepi tanggul kota Babat, rombongan Pak Irwan meminta berhenti. Setelah Pak Lurah menceritakan bahwa rumah yang ditepi tanggul minggu lalu tenggelam, sementara bantuan minim serta beberapa poster caleg hendak dibakar warga yang marah, maka Pak Irwan memutuskan menurunkan bantuan sebagian. Dan di tepi tanggul berlatar belakang terpal tenda pengungsi Pak Irwan kembali menyerahkan bantuan secara simbolis kepada Pak Lurah.

Perjalanan kembali dilanjutkan mengarah ke Bojonegoro, kebetulan karena pada hari Jumat dan Sabtu, Pak Irwan ada acara di Surakarta bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, maka acara mengunjungi korban banjir sungguh pas bagi beliau. Kali ini melalui pionir perjalanan, Ibu Dra. Yohana Nurwahyuni (caleg DPRD I Jatim dari Partai PNBK), yang kebetulan mengenal betul daerah Trucuk, Bojonegoro yang beberapa waktu lalu terkena banjir sepinggang orang dewasa. Ratusan orang telah bergerombol dan bak surprise mereka berteriak-teriak histeris melihat sosok tinggi besar Doni Kusuma yang akrab mereka kenal. Lagi-lagi Doni dikelilingi warga yang kebanyakan kaum perempuan ibu-ibu itu. Acara kemudian diteruskan dengan pemberian bantuan secara simbolis Pak Irwan kepada kepala desa setempat.

Di ruang belakang balai desa, ketika ditanya para wartawan, Pak Irwan mengatakan bahwa, “Hal ini sudah biasa kami lakukan. Rata-rata setiap bulan kami mendatangi siapapun yang terkena bencana”. Ketika beliau ditanya motivasinya apa, “Ini merupakan bentuk kepedulian kami yang tidak begitu besar, selain sebagai wujud corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan), juga merupakan promosi. Namun yang terpenting warga korban sedikit terbantu dan diringankan bebannya”

Perjalanan berakhir di Trucuk, Pak Irwan Hidayat meneruskan perjalanan kearah Barat menuju Surakarta dan menginap semalam di Cepu. Untuk itu dengan menyesal beliau tidak bisa menanggapi tawaran bertemu dengan kuria Keuskupan Surabaya. Sedangkan kami kembali ke Surabaya bersama rombongan supporting unit Surabaya.

Terkenang dialog sepanjang perjalanan, bagaimana Pak Irwan merasa diberi banyak hoki (keberuntungan), misalnya ketika Uskup Agung Semarang, Mgr. I. Suharyo saat rapat Yayasan Soegiyopranata, menawarkan “Itu lho Pak Irwan, Chris John dipakai bintang iklan”, sempat tidak tertarik namun malamnya tergiang-ngiang, “Lha yang nyuruh Uskup, wakilnya Tuhan, akhirnya saya setuju. Kami tawar, tapi managernya menuntut 1,5 M. Perusahaan lain memintanya 200 juta”. Pak Irwan bimbang antara kasihan Chris Cuma dihargai 200 juta, namun juga terlalu mahal. Dalam suatu kesempatan, ia bertemu Chris John dan diajaknya foto. Berakibat pada harga Chris John yang naik dan perusahaan itu khawatir Chris John dipakai PT Sido Muncul lalu menaikkan tawaran. Sampai akhirnya, Chris John, juara dunia kelas bulu itu menjadi bintang produk PT Sido Muncul. Tentang kesempatan berpromosi gratis oleh pemerintah dan jajarannya karena produknya local setting, bahannya lokal, tenaganya lokal, pemiliknya masih juga lokal sebagaimana The Botol Sosro dan Kacang Dua Kelinci.

Hokinya yang lain misalnya beberapa waktu lalu, ketika hendak menyambut Chris John, ia berpikir akan menyambutnya sendiri, malu mengajak Menpora katanya. Mendadak Menteri Adhiyaksa Dault menelponnya mengajak bersama-sama menyambut petinju yang baru mempertahankan gelar di Texas, Amerika. Fasilitas VIP pun diterimanya, pengawalan paspampres dan ruang khusus bersama artis Maia dan Tamara Blezynski. Tidak hanya itu, besok paginya beberapa media memuat fotonya bersama Chris John, para artis dan Menteri sebagai headline media massa serta berita televisi. Sekali lagi ia merasa mendapat hoki, tanpa mengeluarkan uang banyak mendapat fasilitas istimewa dan beriklan gratis lewat aneka media. Karena itu ia menceritakan, “Minggu begitu menyaksikan Chris John menang, saya semakin bersemangat mengunjungi korban banjir”

Pak Irwan bagaimanapun tetap seorang Katolik yang bersahaja di balik posisinya sebagai presiden direktur perusahaan papan atas warisan kakeknya. Sehari itu beliau mengajarkan belarasa, kesederhanaan tanpa jas dan dasi, poros pasar dan poros sosial bersatu sebagai mana disebut habitus baru. Saya terdiam ketika beliau yang hari itu justu memberi suntikan kesegaran kepada kepada korban banjir dan para relawan, ketika paradigma mengejar untung seorang pengusaha diputar baliknya dengan sms balasan, “Sama-sama Romo, kami beruntung mendapat kesempatan berbagi. Salam buat teman-teman yang menyalurkan bantuan”. (A. Luluk Widyawan, Pr)