17 Februari 2009

Surat Gembala Prapaskah 2009

Saudara-saudara yang terkasih,

Hari Rabu Abu, 25 Februari 2009 menandai Masa Prapaskah tahun ini sebagai mulainya masa pertobatan kita sebagai umat yang beriman kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang telah menebus kita dari kegelapan dan kesia-siaan hidup dan menghayati Dia sebagai Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh 14:6) itu sendiri. Kata-kata yang mengiringi penerimaan abu pada dahi kita “Ingatlah manusia, engkau debu dan ke debu engkau akan kembali” atau “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.” Kata-kata ini mengingatkan kita akan tanda agar kita berpaling dari diri sendiri dan mengarahkan diri kepada Tuhan dan sesama. Tanda bahwa kita mau mengambil serius hidup ini, yang karenanya Tuhan rela menebus dengan darahNya di kayu salib dan wafat bagi kita, agar kita “mati bagi dosa, ... bangkit bersama Dia, demikian (juga) kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:2-4).

Dalam masa Prapaskah selama 40 hari ini kita dingatkan akan pergumulan Yesus di padang gurun (lihat Mat 4:1-11) untuk:

Berpuasa atau bermatiraga: Gereja mengajak kita melaksanakan ini sesuai dengan pedoman yang minimal untuk ditangkap dan agar mengusahakannya secara maksimal, bukan sekedar untuk pengaturan diri, kontrol diri terhadap bahaya hedonisme (mengejar kenikmatan), sensualisme (hidup melulu karena rasa senang, suka, enak), konsumerisme (melahap, memuaskan diri), dsb.

Sadar diri sebagai ciptaan dan keterarahan kita hanya pada Allah yang patut dipuji: Gereja mengajak kita semua untuk mengatasi egoisme atau egosentrisme (yang penting diriku) dengan lebih tekun dan setia berdoa, meditasi, adorasi di hadapan sakramen mahakudus, dan menekuni devosi-devosi Gereja.

Hidup dalam kelimpahan rahmat Tuhan bukan dalam materi/kebendaan: Gereja mengajak kita untuk bersedekah dan beramal mengatasi bahaya materialisme (kelimpahan karena materi/kebendaan) sementara mengabaikan saudara-saudara yang berkekurangan, miskin dan menderita.

Tema APP 2009 (Aksi Puasa Pembangunan) Keuskupan Surabaya adalah “Komunitas Dialogis umat beriman demi kesejahteraan umum” kiranya tepat mempertanyakan kembali apa artinya hidup iman dan keagamaan dalam hubungannya dengan peningkatan kesejahteraan umum. Tuhan Yesus mengingatkan: “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat 5:20). Apalagi kalau kita sendiri sebagai umat beriman dan beragama hanya bersifat minimalis terhadap kesejahteraan bersama. Tuhan Yesus mengingatkan kita lagi: “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?. Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Karena itu haruslah kamu sempurna seperti Bapamu yang disorga sempurna adanya” (Mat 5:46-48).

Dalam masa Prapaskah 2009 ini, kita diharapkan untuk memperdalam hidup keagamaan dan iman kita yang memanggil kita selagi kita hidup di dunia ini untuk “carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan diberikan kepadamu” (Mat 6:33), terhimpit oleh kekawatiran-kekawatiran dunia, sehingga kita bisa lebih terbuka akan keprihatinan pada yang lain yang lebih menderita (“Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap dalam hatinya?. ... marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” 1 Yoh 3:17-18). Di samping itu, kita melalui pertobatan selama masa Prapaskah ini untuk lebih mencari “perkara-perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah” (Kol 3:1) sebagai konsekuensi penebusan Kristus oleh wafat dan kebangkitanNya. Perkara-perkara yang di atas adalah perkara-perkara yang bersifat kekal, bukan yang sementara seperti kenikmatan, kenyamanan, dsb., sebagai umat beriman dalam hidup sebagai komunitas dialogis yang bekerja sama memikirkan langkah-langkah aksi keprihatinan bersama.

Sidang KWI November 2008 menerbitkan Pesan Pastoral KWI perihal “lembaga Pendidikan Katolik” sebagai kelanjutan sikap menanggapi tema sidang KWI 2008 “Lembaga Pendidikan Katolik: Mediasi Pewartaan Kabar Gembira, yang unggul dan berpihak pada yang miskin”. Surat Gembala Keuskupan Surabaya 2008 tentang Pendidikan Sekolah-sekolah Katolik dengan program “Paroki Peduli Sekolah Katolik” adalah salah satu bentuk keprihatinan umat beriman (katolik) untuk kesejahteraan umum dalam menunjang pemberdayaan sekolah katolik dalam lingkungan Yayasan Persekolahan Katolik Keuskupan Surabaya “Yohanes Gabriel”, dengan pengumpulan dana umat melalui kolekte II minggu I setiap bulannya. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasi Umat Katolik Keuskupan Surabaya yang mendukung dengan dana sukarela yang paling tidak dapat memenuhi sebagian harapan akan perbaikan nasib guru-guru kita. Kami masih tetap membutuhkan dukungan umat seperti ini dan masih menantikan lebih lanjut partisipasi semua umat untuk menunjang keprihatinan keuskupan ini sejalan dengan rencana-rencana mendukung pemberdayaan lembaga persekolahan katolik Keuskupan Surabaya di masa mendatang.

Selamat memasuki masa Prapaskah dengan rahmat pertobatan dari Tuhan yang berbelaskasih.

Berkat Tuhan,

Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono
Uskup Surabaya