Komisi
PSE Keuskupan se Regio Jawa mengadakan pertemuan di Wisma Puspanita, Ciawi, Bogor, pada 25
– 27 Oktober 2013. Acara yang dihadiri oleh perwakilan dari setiap keuskupan
itu terbagi dalam beberapa bagian. Pertama, kesempatan berbagi pengalaman gerakan
HPS (Hari Pangan Sedunia). Kedua, Seminar dengan tema Mengangkat Pangan Lokal,
Memperkuat Kedaulatan Pangan. Ketiga,
kunjungan ke Kuntum Nurseries (farmfield). Komisi PSE Keuskupan Surabaya mengutus Bp. RN. Bambang Gunadi, Bp. AHM. Budiawan dan Bp. Andreas Gimin.
Pengalaman HPS
Pada kesempatan sharing, utusan Keuskupan Surabaya menceritakan peringatan HPS pada 3 Nopember 2013. Acara dikemas dalam Kegiatan Kampanye Eko Pastoral, sebagai upaya membangun kesadaran umat untuk menghargai pangan yang sehat, memuliakan lingkungan hidup yang lestari dan menghormati petani yang menyediakan bahan pangan. Acara dikemas dalam Talk show para aktivis HPS dari 5 Kelompok Tani serta pameran hasil pertanian. Peserta yang diundang ialah Ketua Seksi Sosial Paroki se keuskupan, para pendidik dan perwakilan siswa serta perguruan tinggi, pengurus BIAK, Rekat dan pengurus Wanita Katolik.
Keuskupan Purwokerto membagikan pengalaman pendampingan petani di daerah Purworejo, yang dilakukan oleh Suster Alfonsa, PMY. Tiga kawasan yang menjadi perhatian ialah, Kawasan kerja di mana petani mampu mengembangkan pengetahuan dan kreativitas dalam memanfaatkan sumber daya di lingkungannya untuk keberhasilan dalam usaha budidaya organik. Kawasan sosial, di mana petani mampu membangun dan mengembangkan organisasi untuk berhubungan dan bekerjasama dengan stakeholder. Dan Kawasan peran, di mana pelaku pertanian organik mampu mengembangkan kapasitas dalam pendampingan antar petani.
Peringatan HPS di Keuskupan Agung Semarang mengangkat tema Mencintai dan Merawat Bumi. Melalui tema ini diupayakan gerakan membangun jaringan dan memotivasi anak untuk mencintai bumi. Anak ditempatkan menjadi sentral, sebagaimana kegiatan anak-anak dari SD Pangudi Luhur, Kalirejo, Kulon Progo yang menanam sayuran dan kemudian dijual di pasar.
Keskupan Bandung mendorong perayaan HPS di paroki dan sekolah masing-masing secara seremonial, sedangkan puncak di tingkat keuskupan pada, 26 Oktober 2013. Kegiatan yang dilakukan seperti: seminar makanan sehat, bazar makanan sehat dan promosi pembuatan pupuk kascing (kompos yang digemburkan cacing). Kegiatan sosialisasi makanan sehat ditujukan kepada guru, orangtua dan siswa. Juga kegiatan pameran makanan sehat, animasi lewat spanduk serta aksi pelatihan makanan sehat dan pengelolaan bahan pangan rumah tangga.
Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) memilih tema, Semakin Beriman, Semakin Bersaudara, Semakin Berbelarasa melalui Pangan yang Sehat. Komisi PSE KAJ mensosialisasikan HPS dengan menerbitkan renungan harian serta Surat Gembala Uskup yang mengajak untuk tidak menyisakan makanan. Dalam kegiatan seminar, diperkenalkan makanan tradisional pada anak-anak. Anak-anak diwajibkan membawa sayur ke sekolah dan jika di paroki ada kegiatan diharapkan menghidangkan makanan lokal, seperti singkong. Salah satu yang menarik, di daerah Pamulang, Jakarta Selatan ada Kelompok Sadar Lingkungan. Kegiatan ini dipromosikan ke sekolah-sekolah, sehingga anak-anak dapat belajar menanam, di lahan atau secara hidroponik. Selain itu ada ada Gerakan Lingkungan Sehat yang bekerjasama dengan Bank Mandiri. Kegiatan yang dilakukan membuat komposer menggunakan mesin pencacah sampah.
Keuskupan Bogor mengadakan Seminar HPS pada 6 Oktober 2013 mengundang perwakilan sekolah, Wanita Katolik dan orang muda Karolik. Di Paroki Serang peringatan HPS diselenggarakan dalam Ekaristi syukur dengan membuat gunungan dari sayuran dan buah yang kemudian dibagikan kepada umat. Di Paroki Parung pada Juni 2013 diadakan penanaman tanaman hortikultura, yang dipamerkan di gereja pada peringatan HPS
Keuskupan Malang dalam gerakan HPS 2013 fokus pada penguatan gagasan pelestarian lingkungan dan pola hidup sehat di semua lapisan umat. Kegiatan tersebut secara khusus untuk anak-anak serta mengajak guru dan orang tua. Misa HPS diadakan di 3 paroki di Malang bagian Selatan dan Paroki Ksatrian, Malang. Tema yang diangkat tentang lingkungan hidup dan model pemanfaatan lahan sempit untuk tanaman organik, lewat media polybag. Sosialisasi HPS juga dilakukan kepada Dewan Pastoral Paroki Regio Timur Keuskupan Malang, di Curah Jati. Selain itu diadakan workshop pengolahan sampah dan dongeng HPS untuk sekolah-sekolah Katolik se kota Malang.
Seminar dan Kunjungan
Agenda hari berikut ialah Seminar yang disampaikan Bp. Andreas Dwi Santosa, Guru Besar dan Ketua Program S2 Bioteknologi Tanah dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Para peserta diajak memahami konsep pembangunan pangan di Indonesia, yang menitikberatkan ketersediaan pangan. Saat ini paradigma yang perlu dikembangkan, dari ketahanan pangan menuju kedaulatan pangan. Karena perdagangan internasional sebagai komponen vital yang menjamin ketahanan pangan telah memaksa setiap negara mengikuti aturan World Trade Organization (WTO). Dengan demikian terjadi kapitalisasi sistem pangan dunia akibat kepentingan negara maju dan perusahaan multinasional.
Di
beberapa negara maju, subsidi untuk sektor pertanian sangat tinggi. Di
Amerika, subsidi untuk setiap keluarga petani 3 kali lebih tinggi, dibanding
petani di Eropa. Tak heran, harga pangan impor lebih rendah dibanding biaya
produksi di negara berkembang. Sebagai contoh, pembukaan kran impor kedelai
akibat tekanan International Monetery Fund (IMF) telah menghancurkan swasembada kedelai. Harga kedelai impor pada
awal tahun 2000, Rp 1.950 per kilogram, sementara biaya produksi di Indonesia mencapai Rp.
2.500,-. Saat ini harga kedelai impor Rp 5.654, sementara biaya produksi
Rp 7.500. Tidak heran jika sekarang, 70% negara berkembang tergantung
impor pangan. Sementara negara maju semakin menguasai produksi dan perdagangan pangan
dunia.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu mengembangkan 3 hal penting: pengembangan pertanian kawasan urban dan rural, pendirian lumbung benih dan produk serta merapikan input produk dan jaringan pemasaran. Hal ini ditempuh dengan memperhatikan langkah-langkah seperti: memetakan potensi lahan dan sumberdaya air, memanfaatkan lahan untuk budidaya tanaman, mengidentifikasi ketersediaan sarana (media tanah, benih, kompos dan pengendalian hama), penanaman, pemeliharaan dan pemanenan serta pegembangan jaringan pemasaran.
Selanjutnya
peserta mengadakan kunjungan ke Kuntum
Nurseries. Bp. Suyanto sebagai salah satu pendiri menceritakan bahwa kawasan ini
milik perorangan. Lahan seluas 20 hektar itu menjadi lokasi pembibitan segala
tanaman. Antara lain tanaman hias, perkebunan, tanaman langka dan obat, hingga mencapai
400 spesies. Pengelolaan tanaman dilakukan secara organik. Di lokasi tersebut juga ada peternakan, sehingga menjadi tempat belajar untuk mengenal flora dan fauna.
Kesan Akhir
Beberapa kesan selama mengikuti seminar dan kunjungan dari peserta antara lain: tempat tersebut cocok sebagai lokasi belajar bagi anak-anak untuk mencintai lingkungan. Peserta lain terkesan dengan dengan kandang ternak yang bagus dan bersih. Ada pula yang menyebut bahwa pengelolaan di farmfiled saling memberi manfaat karena setiap kegiatan memberi efek pada kegiatan lain. Sebagaimana alur, dari ternak menghasilkan kotoran, kotoran menjadi pupuk, pupuk menyuburkan tanaman dan tanaman memberi hasil bagi manusia.
Para peserta dari perwakilan Komisi PSE se Regio Jawa menyepakati bahwa HPS perlu terus dijadikan gerakan dan tidak berhenti pada kegiatan seremonial. Selama ini Gereja telah terlibat dalam pelestarian lingkungan demi keutuhan ciptaan, maka yang perlu ditekankan ialah nilai keterlibatan inkarnatoris, menyatukan doa dan karya sebagai upaya mendagingkan Sabda. Kegiatan ini semakin efektif, jika ada pastor yang menjadi motor gerakan.
Pada akhir acara, disepakati rencana kegiatan tahun 2014. Akan diadakan Hari Studi tentang Aksi Puasa Pembangunan yang mengulas pendasaran teologis dan pastoral pada bulan Maret, di Wisma Sanjaya, Muntilan. Sementara berkenaan dengan Credit Union direncanakan pendalaman dasar gerakan CU pada bulan Agustus, di Purwokerto. (RNB/AHM)