BPBD Propinsi Jawa Timur mengadakan Workshop
Peningkatan Kapasitas Kesiapsiagaan Masyarakat dan Peringatan Dini Tsunami. Kegiatan
tersebut berlangsung di Garden Palace Hotel, 17 April 2013. Kegiatan ini
merupakan kerjasama antara BPBD dengan GIZ Protects, sebuah lembaga nirlaba dari Jerman yang concern mendampingi komunitas di kawasan rawan bencana tsunami.
Bp. Sugeng Yanu Santosa dari BPBD menyampaikan
Masterplan PRB tsunami merupakan program yang mendesak, maka perlu ada tindakan yang memberi gambaran situasi beserta pernyataan
administratifnya. BNPB, PU, BMKG, dan LIPI sedang mengupayakan suatu pilot project di mana antisipasi tsunami
akan dilakukan menyeluruh. Tidak ketinggalan pembuatan payung hukum untuk
Masterplan PRB Tsunami agar berlanjut
ke Peraturan Presiden. Saat ini
pemerintah sedang mematangkan Masterplan PRB Tsunami, lalu merancang seminar
karena Masterplan tersebut butuh penyempurnaan. Selain itu
perlu penanganan secara struktural dalam pembuatan peta rendaman
tsunami, yang sudah dikembangkan masyarakat International.
Bp. Benny dan Ibu Wina dari GIZ Protects memaparkan mekanisme pelaksanaan program. Program Peningkatan Kapasitas Masyarakat yang berlangsung sejak Juli 2011-Juni 2013 tersebut telah menginisiasi Kelompok Kerja di beberapa Kabupaten rawan bencana tsunami seperti: Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Jember dan Banyuwangi. Kegiatan yang telah terjadi antara lain workshop bersama di masyarakat, rapat kerja bersama unsur pemerintah kabupaten, pelatihan tematis, perencanaan evakuasi, pemetaan, pelatihan fasilitator dan kader relawan, kunjungan lapangan serta implementasi hasil pelatihan dan pendampingan oleh BPBD propvinsi dan GIZ. Hasil kerja masing-masing kelompok antara lain: ada peta bahaya tsunami di kabupaten, rencana evakuasi komunitas, konsep peringatan dini, tersedianya fasilitator kader di tingkat desa dan kabupaten serta perencanaan sosialisasi untuk masyarakat.
Wakil masyarakat dari Pacitan, Tulungagung,
Lumajang, Banyuwangi dan Trenggalek bergantian menceritakan pengalaman
pendampingan yang dilakukan. Ada kisah menarik dari Tulungagung tepatnya di
wilayah Kali Batur. Warga yang tinggal di pantai telah mengadakan simulasi
bencana. Acara didahului dengan penekanan tombol sirene tanda bahaya. Sirene
tanda bahaya (early warning system)
didesain berdasarkan pengalaman selama pelatihan oleh seorang Indonesia.
Ketika pelatihan, banyak warga yang lari
menuju zona aman sesuai hasil kajian. Setelah 2 hari, ternyata alat itu
menimbulkan masalah. Karena hubungan arus pendek, alat itu berbunyi dan
masyarakat segera berlari meninggalkan pantai. Ketika berlari, mereka saling
bertabrakan sehingga banyak warga yang terluka, bahkan terluka parah karena panik. Anak-anak sekolah lari lebih cepat menuju tempat yang
aman. Sementara orang tua panik mencari anak-anak di pantai. Padahal anak-anak sudah di lokasi aman. Setelah kepanikan terjadi, ternyata tidak terjadi tsunami. Ketika para petugas mengecek, alat tersebut memang rusak. Akibatnya BBPD menanggung biaya perawatan
warga yang terluka.
Pada sesi terakhir, penyampaian materi
peta rawan bencana tsunami dan pemasangan alat peringatan dini. Peta-peta bahaya tsunami yang dibuat merupakan informasi penting dalam disaster
managment, seperti perencanaan evakuasi. Namun, hasil pemodelan
tidak selalu akurat. Data dan metode pemodelan perlu divalidasi. Kadang-kadang ada banyak hasil pemodelan,
untuk satu daerah, dengan zona-zona inundasi yang berbeda. Maka hasil-hasil
pemodelan perlu ditafsirkan dan dipahami secara logis. Meskipun demikian, informasi
bahaya tsunami untuk daerah tertentu perlu dipelajari, disosialisasikan dan dapat
digunakan dalam proses pembuatan keputusan, ketika mengantisipasi atau menanggulangi bencana. (EDL/ALW).